6. Spesial Hari Ibu

1.5K 238 50
                                    

Fino sedang duduk diam memperhatikan televisi, meski begitu pikirannya kini sedang tidak bisa fokus.

"Ayah..."

"Iya, Fin. Kenapa?"

"Sekarang hari ibu ya?"

Ayah terdiam, Fino juga masih diam... cuman Nata yang bergerak aktif di kasur lantainya.

"Fino pengen ngasih sesuatu buat Bunda."

"Hm, kalau gitu bagusnya kita kasih apa ya."

Ayah dan anak ini sama sama mikir, kira kira bunda sukanya dikasih apa di hari spesial ini.

"Ayah kasih tau dong, ayah kan cinta mati sama bunda, ayah tau semuanya soal bunda."

"Heh, belajar dari mana kata kata itu hahaha."

Theo tersipu malu... benar juga... dia itu kan suaminya Susan. Dia yang paling tahu segalanya soal wanita cantik miliknya itu.

"Fino jangan bingung, serahkan semuanya ke ayah."

Maka dengan percaya dirinya dia mulai bangun lalu pergi ke luar untuk beberapa lama.

"Ayah nyiapin hadiahnya sendiri, kita ngapain dong Nata?" Fino berbaring disamping adiknya lalu berfikir tentang apa yang sebaiknya ia lakukan.

Fino pun bangkit, mengambil gendongan bayi dan menggendong Nata dengan itu.

Fino mulai menata meja makan, singkatnya dia ingin memberikan sesuatu walau kecil kemungkinan Susan akan terkejut senang. Tapi tak apalah, yang penting niatnya. Begitu fikir Fino.

Dia mulai menyiapkan buah anggur, mengisi gelas kesukaan bunda dengan teh yang wangi dan mengambil beberapa keping biskuit.

Biskuit biskuit itu dia jajarkan diatas piring, lalu Fino mengambil sebuah vla rasa coklat. Dia menulis beberapa pesan singkat di atas biskuit itu.

Seperti aku sayang bunda, selamat hari ibu, tetaplah sama Fino... dan masih banyak lagi.

Lalu, setelah beberapa lama akhirnya ayah datang juga. Dia membawa sebuah kue yang sangat cantik.

"Loh, Fino lagi ngapain."

Tapi, pas mau menjawab... keburu ada Bunda. Beliau langsung menatap heran karena suasana di meja makan ini cukup aneh.

"Ada apa nih? Pesta minum teh?"

Theo berdehem... Dia mengambil langkah pertama, mumpung anak anak sedang anteng.

Sisi romantis dari pria yang hampir berusia 40 tahun itu membuat Susan terkekeh geli, tapi juga menikmati. Alhasil dia hanya senyam senyum sambil merona.

"Makasih karena perjuangan hebat kamu selama ini dan semoga sampai seterusnya. Kehidupan di rumah ini tidak akan berjalan tanpa adanya kasih dan kehangatan dari kamu. Terima kasih sudah merawat Fino, Nata dan aku." Setelah mengucapkan itu, Theo pun mendekat, menangkup pipi Susan dan mencium keningnya.

Dan sentuhan akhir, kue yang tadi dia bawa diperlihatkan. Membuat Susan semakin tersenyum senang, penuh haru.

"Waduh, selamat hari ibu? Hehehe pinter banget ya nyenengin hati istri." Susan berkata setelah membaca pesan diatas kue itu.

Melihat pemandangan itu Fino jadi merasa kalah... soalnya ayahnya menang telak!

Hal itu membuatnya berkaca-kaca, hampir saja menangis jika saja tidak Susan tanya.

"Fino sini duduk, gak pegel gendong Nata terus? Yuk sini... kita makan kue nya bareng bareng."

Susan belum peka jika anak sulungnya ini sedang cemburu.

Sampai ia melihat beberapa keping biskuit yang sudah dihiasi tulisan tulisan kecil. Walau sebagian vla coklatnya sudah memudar karena menyerap, tapi masih bisa terbaca.

"Hmm... ini siapa ya yang menulis diatas biskuit? Unik banget, bunda suka-!"

Itu bukan sekedar kalimat penenang supaya Fino tidak menangis. Tapi tulus Susan berikan untuk mengapresiasi Fino.

Sambil dimakan satu persatu dengan wajah yang cantik karena senang, hingga Fino mengintip malu malu dan rasa sedih karena tidak bisa menyiapkan hadiah lebih bagus kini berganti menjadi haru, karena Bunda benar benar wanita baik. Benar benar ibunya.

"Fino sayang sama bunda... makasih sudah jadi ibunya Fino. Fino minta maaf kalau nakal terus... bunda sering nangis karena Fino nakal, Fino sering ngamuk... Fino sering pukul bunda tapi bunda gak pernah pukul Fino. Bunda kasih Fino semuanya... Fino sedih gak bisa kasih bunda kue yang kayak dibeliin ayah. Soalnya kan... Uang Fino ada di Reka... hiks..." cicitnya sambil menunduk, mendekati Susan lalu berusaha memeluknya.

Tadinya Susan dan Theo ingin mengerjai Fino sedikit, tapi melihat kata kata tulus itu mereka jadi tersentuh.

Mau bicara pun yang keluar malah tangisan.

Jadilah mereka saling diam diaman.

Sampai Nata hampir saja menjangkau kue, Susan pun terkekeh kemudian mengambil si bungsu dari gendongan Fino.

Semuanya pun mencicipi apapun yang terhidang di meja makan. Sambil tertawa riang karena sebuah candaan.

"Fino, tau gak kenapa kita harus berterima kasih sama bunda?" Theo tiba tiba bertanya dengan tampang nakalnya. Membuat Susan menatap curiga dan berharap ayah dan anak ini tidak mengobrol yang aneh aneh.

"Kan bunda sayang sama kita."

"Iya betul, bunda sayang kita sekeluarga. Tapi ada alasan khusus lagi loh."

"Hum? Apa itu, ayah?" Fino bertanya penasaran.




"Soalnya bunda udah ngasih kita air susu- aduh!"

"Udah! Jangan meracuni pikiran polos Fino!"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Theo keburu mengaduh akibat cubitan pada perutnya.

Fino cuman diam saja melihat ayah dan bunda saling bercanda dan saling bercengkrama mesra. Pemandangan yang indah, tapi lama lama kok geli juga.

Jadi, setelah beres makan Fino pun pergi ke halaman belakang. Mau menenangkan pikiran.

"Bunda udah ngasih kita air susu."

Gumam Fino sambil duduk. Dia pun mulai mengingat pesan iklan pada televisi tadi pagi. Dimana disana bilang jika ibu itu sangat berjasa didalam hidup kita. Sudah berjasa mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mencintai anak anaknya.

Fino paham maksud dari kata kata ayah tadi. Pasti maksudnya kearah sana. Ya... kemana lagi...

Lalu Fino segera bangkit dan bertanya kepada ayah.

"Yang sudah menyusui berarti harus dikasih ucapan terima kasih?"

"Iya lah, harus berterima kasih. Menyusui itu bukan hal yang gampang." Ayah menjawab.

"Iya betul!" Fino menjawab penuh amarah. Membuat Theo kebingungan tapi membiarkan saja anaknya itu lari ke kamarnya.

Fino berbaring, menatap ponsel dengan nyalang dan setiap detiknya ingin meledak marah.

Kenapa Fino marah?

Karena...

"Fino udah sering menyusui Reka, tapi kok Reka gak ngucapin terima kasih hari ini sama Fino! Durhaka!"

Ucapnya lantang sambil memegangi dadanya.

Membuat sudut bibir Reka di desa sana berkedut beberapa kali, ditambah telinga yang jadi panas sekali.

"Duh... kangen Fino." Gumam Reka sambil memperhatikan air sungai.





.
.
.

.
.
.

Bersambung

Ini agak telat sih tapi nda papa, Choco pengen ngerayain hari ibu sama Fino.

Selamat hari ibu ya, untuk semua wanita hebat di luar sana.

Peluk hangat dari Choco 🤍

My Boyfriend has a Little Space 3Where stories live. Discover now