1. Pindah

1.8K 260 12
                                    

Pletak!

Menyudahi acara lari larinya, Fino berhenti sambil memegangi dahi yang barusan menabrak jendela yang terbuka.

"Nah kan, udah dibilangin jangan lari lari." Reka menyahut dari dalam, dia sedang mengelapi jendela.

Reka perhatikan Fino, ternyata anak itu tidak menurut. Dia kembali berlari, mengelilingi rumah ini. Rumah baru mereka.

Mungkin ini sudah yang ke 9 putaran. Apa dia tidak pusing? Tidak. Itulah keajaiban Fino ketika sedang aktif.

Tapi tak aneh juga, Fino terlewat senang karena mereka bisa pindah ke rumah yang dia suka. Tidak besar, tapi ini kawasan bersih yang masih berjarak luas dengan penghuni lain. Tidak terlalu dekat. Tidak terlalu jauh juga. Aman.

Selesai beres beres bagian dalam, Reka pun memanggil Fino untuk makan. Ajaibnya, jika mendengar sesuatu soal makan, anak itu langsung menghampiri dan duduk manis di hadapannya.

"Naget?" Fino bertanya kecil. Matanya mencari kesana kemari tapi yang dicari malah tidak ada.

Reka menggeleng, ia memaksa menyuapi Fino. "Belum beli, sementara makan ini dulu oke?"

Fino memicingkan mata. Apa yang terhidang dan apa yang berusaha Reka suapi padanya adalah tumis kacang polong dan wortel, ditambah nasi hangat. Itu saja!

Fino tahu kok uang Reka habis semuanya untuk beli rumah ini. Tapi ayolah, sisakan beberapa puluh ribu untuk naget berharganya!

Reka terkekeh, dia tahu jika Fino sedang menggerutu didalam hati.

Sambil terpejam, Reka makan secuil makanan yang lama sekali diabaikan Fino. Mengunyah pelan pelan, merasakan asin dan gurih dari apa yang ia buat.

"Kalau jadi anak baik, nanti kamu boleh beli apa saja pas belanja."

Terdengar helaan nafas dari Fino, tapi kemudian dia mengambil tangan Reka, yang tadinya ingin makan satu suapan lagi. Kini sesendok nasi bertabur kacang polong dan wortel masuk ke mulut Fino, dikunyah pelan pelan sambil menatap kearah Reka.

Sampai satu piring sudah habis. Reka senang melihat Fino makan dengan anteng begini. Sebagai apresiasi, Reka memberikan jus mangga yang segar, membuat Fino bersemangat dan beberapa jam setelahnya ketiduran.

Sementara Fino dibaringkan diatas sofa, tidak lupa diselimuti dan diberi bantal empuk yang nyaman. Selanjutnya Reka menata barang barang yang baru saja tiba.

Hal ini menguras banyak tenaga dan juga waktu. Tapi semuanya terbayarkan saat sedikit sedikit isi rumah ini sudah sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Tinggal sentuhan terakhir, Reka pergi ke bagian samping rumah. Ia geser pintu kaca pelan pelan, kemudian ia membawa sebuah tali tambang khusus dan juga sebongkah kayu. Di bagian samping rumah ini terdapat kolam renang kecil, sengaja ia buat untuk Fino. Rencananya ia juga akan membuat ayunan, supaya Fino lebih anteng (supaya betah dirumah).

Ini harus selesai sebelum Fino bangun. Jadi Reka pun bergegas, bergerak gesit dan cekatan namun penuh ketelitian.

Si kecil diruang tamu, diatas sofa sedang menggeliat merasa terganggu ketika mendengar suara suara bising. Matanya terbuka pelan pelan, lalu menguap. Dalam penglihatan yang masih remang itu, Fino melihat Reka sedang naik keatas tangga dan memasang tali tambang.

Fino bangun seketika, ia berlari kencang memeluk perut Reka lalu menangis.

"Astaga! Fino, kenapa?" Reka terkejut, untung saja dia tidak jatuh.

Ia segera menuruni tangga dan menggesernya ke samping. Meski susah karena Fino sedang menempel.

Lalu, dia duduk bersila dan mendengar segala macam ocehan Fino.

My Boyfriend has a Little Space 3Where stories live. Discover now