18 - Pentas Seni

421 46 6
                                    

30 Agustus 1965 (satu bulan sebelum peristiwa G30S/PKI)

Pagi ini adalah hari yang sangat dinantikan oleh anak sulung Pak Nas, yaitu Yanti. Hari ini, gadis remaja itu akan melaksanakan pentas seni di sekolahnya dengan membawakan tarian berkelompok. Sejak pagi-pagi sekali, kediaman Jenderal Besar A. H Nasution sibuk. Sepeninggal Pak Nas yang bertugas ke luar kota, Bu Joanna menyiapkan segala kebutuhan rumah, termasuk memastikan pagi ini berjalan lancar hingga mereka berangkat ke sekolah Yanti. 

Gadis remaja itu sejak semalam memasang wajah sedih, karena ayahnya tidak bisa ikut menyaksikan pentas seni yang ia bawakan nanti. Kayla dan Bu Joanna berusaha menghibur, namun harapan Yanti agar Pak Nas bisa melihatnya sungguh besar. Pak Nas pun sebenarnya merasa berat meninggalkan rumah untuk bertugas. Ia teramat ingin menyaksikan anaknya yang sudah remaja itu tampil didepan banyak orang. Namun sebagai abdi negara, urusan negara adalah yang utama dibandingkan keluarga.

Yanti sudah siap dengan kostum dan riasan tipis di wajahnya, begitupun dengan Bu Joanna yang sejak tadi sibuk merapikan gelungan rambut Yanti. Ade yang berdiri di samping ibunya hanya senyum-senyum melihat kakaknya berpakaian khas penari betawi yang menurutnya terlihat seperti pengantin wanita. Sementara itu Kayla yang baru saja selesai bersiap di kamar, berjalan menghampiri Bu Joanna. Sontak, ketiga orang itu menoleh ke arah Kayla. Gadis berparas cantik itu mengenakan dress semi-brukat dibawah lutut berwarna broken white dengan bordiran bunga kecil berwarna senada. Sangat manis dan menonjolkan sisi feminimnya. Kayla sendiri tidak menyangka bisa  menemukan baju ini di lemarinya.

 Kayla sendiri tidak menyangka bisa  menemukan baju ini di lemarinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Onty Sarah cantik sekali," ujar Ade.

"Onty Sarah seperti artis saja. Iyakan bu?" kali ini Yanti yang memuji.

Kayla hanya nyengir mendengarnya.

Bu Joanna memperhatikan adiknya itu. Hingga tanpa sadar matanya berkaca-kaca melihat Kayla. Kayla yang menyadari perubahan wajah Bu Joanna langsung bertanya,

"Mbak?"

"Ah. Mbak hanya tidak percaya waktu berlalu begitu cepat. Kamu sudah dewasa. Dan Yanti hari ini melangsungkan pentas pertamanya. Mbak senang kamu ada disini," ucap Bu Joanna sambil menghapus air matanya.

Kayla tersenyum. Ia memeluk Bu Joanna.

"Sudah, ayo kita berangkat. Nanti kesiangan," ucap Bu Joanna mengingat waktu.

Kayla, Bu Joanna, Yanti, si kecil Ade, dan beberapa pengawal kediaman Pak Nas langsung bergegas menuju sekolah tempat dimana acara akan dilangsungkan.

Jarak kediaman Pak Nas tidak begitu jauh dari sekolah Yanti, sekitar 10 menit mengendarai mobil akhirnya mereka sampai di tempat pentas.

Sekolah Yanti termasuk sekolah elite dengan gedung besar dan halaman yang luas, sekolah mayoritas orang-orang besar di zaman ini. Tidak heran, bangunannya pun khas peninggalan Hindia Belanda dengan arsitektur eropa yang masih terasa. Kayla masih melongo sejak masuk gerbang hingga masuk ke bangunan utama sekolah. Namun untuk acara pentas kali ini khusus diadakan di halaman sekolah dengan panggung besar dan dekorasi megah. Beberapa wali murid sudah mengisi kursi-kursi yang disediakan. Kayla bisa menduga para orang tua murid tersebut bukan orang sembarangan juga.

Will Never EndWhere stories live. Discover now