10 - Idola Kaum Hawa

745 89 2
                                    

Di mulmed ada video gambaran wajah Jakarta pada bulan April tahun 1965. Silakan di tonton dan masuklah ke tahun 1965 :)

happy reading 

"Aku dan kamu, itulah mimpi besarku"

"Anda tidak apa nona?"

Deg

Kayla mengerjapkan matanya beberapa kali, masih merasa terkejut.

Kayla mengangguk, "Ahh g-gue ga papa."

Pierre melepaskan tangannya dari pinggang Kayla. Ajudan Pak Nas dibantu security masih berusaha menertibkan mahasiswa, beberapa diantaranya masih saling dorong.

Kayla melirik ke arah Pierre. Pierre baru saja akan membawa Kayla keluar dari kerumunan, ketika tiba-tiba kerumunan itu bergerak mundur. Ajudan Pak Nas dibantu security memaksa mundur kerumunan yang terus mendekati Pak Nas.

Tidak lama, kerumunan mahasiswa itu kembali mundur secara mendadak. Sontak saja, Kayla yang masih berada di tengah kerumunan terdorong lagi. Namun kali ini, ada Pierre yang menahan tubuhnya dari belakang. Kepala Kayla membentur dada Pierre, menciptakan gemuruh di hati Kayla.

Kerumunan mahasiswa itu kembali bergerak mundur, Kayla yang bertubuh kecil terus terhimpit ke arah Pierre.

Kayla yang merasa pengap tidak bisa lagi membendung rasa kesalnya, ia ingin keluar saat ini juga dari mahasiswa-mahasiswa bar-bar ini.

"WOY BISA KALEM GA ANJIRRR," teriak Kayla kencang. Suara Kayla menggelegar di seluruh ruangan aula.

Sontak, semua orang yang berada di dalam ruangan melihat ke arah suara, termasuk Pak Nas dan tentu saja Pierre. Pemuda itu bahkan sampai menutup kuping saking kencangnya teriakan Kayla.

Tapi Pierre dengan cepat menguasai keadaan. Ia menarik Kayla ke arah pintu dan keluar dari kerumunan.

Pierre berhasil mengeluarkan Kayla.

Mereka kini berada di luar ruangan. Kayla menghirup udara banyak-banyak.

"Gila!! Bar-bar banget!! Bisa mati gue lama-lama disana," ujarnya. Kayla tidak sadar mengucapkan itu saat Pierre masih bersamanya.

Begitupun dengan Pierre yang merasa lega, "Anda tidak akan mati disana, nona,"

"Mungkin, jika anda memang selemah itu," lanjutnya.

Kayla melotot. Pierre selalu membuatnya kesal.

Tapi ia tidak menjawab sindiran Pierre. Pemuda itu senang menyulut emosi Kayla. Tapi Kayla lebih memilih diam. Tidak menanggapi.

Kayla lebih memilih melihat-lihat gedung kampus dan meninggalkan Pierre di tempat.

Gedung kampus ini khas gedung peninggalan zaman Hindia Belanda. Kayla bisa melihat arsitektur nya yang unik seperti di kota tua Jakarta. Ruangan-ruangan di gedung ini di rancang luas, sebagai ciri khas karakter bangunan eropa.

Beberapa mahasiswa-mahasiswi berlalu lalang. Di zaman ini, yang bisa berkuliah masih dari golongan orang-orang berduit. Kayla bisa melihat dari pakaian mereka. Rapi dan terlihat berkelas.

Pierre masih setia mengekor Kayla. Gadis itu tampak antusias berkeliling kampus, sambil sesekali menyapa mahasiswa atau mahasiswi yang lewat. Sesekali, Pierre melihat tatapan memuja mahasiswa yang melihat Kayla.

Will Never EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora