7 - Annoying Girl

711 89 0
                                    

Pierre melirik sebentar ke arah Kayla. Gadis itu menahan tangisnya.

 Gadis itu menahan tangisnya

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

happy reading :)

Sebagai seorang abdi negara, Pak Nas memiliki jadwal super sibuk. Ia jarang berada di rumah dan lebih sering menghabiskan waktu untuk berdinas. Baru beberapa hari yang lalu ia pulang dari Medan, pagi ini ia harus kembali bertugas ke luar kota. Bu Joanna, Mbok Marni, dan Kayla sibuk sejak pagi. Bu Joanna sibuk menyiapkan pakaian dan keperluan Pak Nas, sementara mbok Marni sibuk menyiapkan sarapan dibantu Kayla. Ya meskipun sebenarnya Kayla hanya memperhatikan saja, karna Kayla sama sekali tidak bisa memasak.

"Mbok, tolong bantu Ade siap-siap di kamarnya ya," ujar Bu Joanna begitu melewati dapur.

"Ngeh bu," Mbok Marni mengiyakan. Tapi sebelum pergi ke kamar Ade, mbok Marni berpesan pada Kayla untuk memotong tempe dan tahu.

"Non Sarah tolong potong tempe sama tahu nya ya, mbok liat non Ade sebentar," mbok Marni bergegas pergi ke kamar Ade tanpa melihat respon Kayla.

Kayla bingung. Seumur-umur ia tidak pernah memegang pisau, apalagi memotong sayur atau buah. Ia hidup berkecukupan dan selalu tau beres. Kayla melihat-lihat bahan yang ada di meja. Ia menggaruk dahinya.

"Gimana cara motongnya?" ucapnya dengan dirinya sendiri.

"Ih, kok di tempe nya ada bulu-bulu nya sih? Udah basi ni pasti," Kayla kebingungan. Ia langsung membuang tempe tersebut ke tempat sampah, tanpa tau bahwa bentuk tempe memang seperti itu. Kini tatapannya beralih pada tahu kotak-kotak berwarna kuning kunyit yang ada di dalam plastik.

"Mulai darimana nih? Kiri apa kanan?" ujarnya sambil membolak-balik tahu di genggaman.

Disaat yang sama, Pierre datang ke dapur untuk mengambil air minum. Ia melirik ke arah Kayla yang sejak tadi sibuk membolak-balik tahu di tangannya dengan menggenggam pisau di tangannya yang lain. Pierre bisa melihat kerutan di dahi gadis itu. Gadis itu tengah kesulitan, batinnya.

Pierre mendekat.

"Mau saya bantu?" tawar Pierre. Kayla tidak menyadari kehadiran Pierre karena sibuk mengamati tahu. Gadis itu menoleh sekilas pada Pierre dan buru-buru membuang muka.

"Gausah," responnya.

Hei, jangan lupa kalau Kayla masih kesal karena hal tempo hari. Pemuda itu mungkin sudah lupa, tapi tidak dengan Kayla. Meski sebenarnya mereka sama-sama salah, Pierre dengan sifat keras kepalanya dan Kayla yang mudah tersulut emosinya, sama-sama tidak mau minta maaf duluan.

Pierre yang mendengar respon tidak ramah dari Kayla hanya diam. Ia memasang ekspresi tidak peduli dan  berniat melangkah pergi. Tapi baru beberapa langkah, suara Kayla memekik

Will Never EndOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz