Prolog

25 3 0
                                    

Happy Reading!
🖤🤍

Happy Reading!🖤🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

『••✎••』


Jakarta, 08/08/2019 pukul 03:15.

Tangis dan raungan keras mengisi kamar mayat di sebuah rumah sakit. Air mata terus bercucuran, mengalir tanpa henti, menyesakkan dada hingga rasanya cara bernapas pun lupa.

Ia menyaksikan semuanya. Gadis kecil berumur 13 tahun itu diam membisu, berdiri di sudut ruangan, menatap satu persatu raut wajah orang-orang. Semuanya sama, mereka semua menampakkan kesedihan mendalam di wajahnya.

Kakinya ingin melangkah, mendekat pada jenazah yang terbaring kaku di brankar itu. Tetapi ia tak bisa, tubuhnya seketika membeku dan hanya mampu melihat semuanya dengan air mata mengalir dan leher yang terasa dicekik. Suara-suara dari orang-orang disekitarnya bercampur dengan suara-suara yang tiba muncul di kepalanya. Itu semua berisik, sangat berisik sehingga Kayla terduduk lemas sembari menutup rapat-rapat telinganya.

Dari sekian banyaknya orang yang ada di ruangan tersebut, tidak ada satupun yang melihat Kayla. Gadis itu dibiarkan sendiri, dipaksa menerima sebuah kehilangan yang bisa membuat setengah jiwanya terasa mati.

Di sana, ibu nya-Kirana Dewi terus meraung memanggil-manggil nama putrinya yang kini sudah menjadi mayat. Memeluk dengan erat dan mengamuk kepada siapa saja yang mencoba menjauhkannya dari jenazah sang putri.

Keisha Giovani Leona A, ditemukan meninggal di bebatuan sisi laut pada tanggal 07-08-2019, pukul 23:25. Saat ditemukan warga tubuh gadis itu sudah membiru dengan wajahnya yang begitu pucat serta suhu tubuhnya yang begitu dingin.

Kayla tahu itu, dia mendengar semuanya. Dan ia merasa ikut sakit membayangkan saudari kembarnya sendiri bertahan begitu lamanya di bawa arus ombak hingga terdampar di bebatuan. Keisha pandai berenang, jadi Kayla pikir saudarinya itu akan bisa ditemukan dengan selamat.

Nyatanya tidak, harapan semunya itu hancur lebur dengan kenyataan bahwa Keisha telah meninggal, pergi ke tempat yang jauh tanpa berpamitan dengannya. Kayla merasa ini tidak adil, jika ingin pergi bukankah saudarinya itu harus menyampaikan pesan perpisahan dengannya terlebih dahulu?

"Kirana, hentikan!" Suara itu mampu membuyarkan lamunan Kayla. Gadis itu tahu betul siapa yang mempunyai suara dengan intonasi yang berat tersebut. Matanya bergulir menatap ke arah ayah tirinya-Jeremy Vincent yang berusaha menenangkan ibunya.

Sejujurnya, dari lubuk hatinya yang terdalam. Selama 3 tahun ini Kayla tidak pernah menerima Jeremy sepenuhnya menjadi sosok ayah yang kedua. Entah mengapa, rasanya sulit menaruh kepercayaan pada orang dengan gelagat aneh seperti Jeremy.

Bahkan Kayla pun baru menyadari. Setelah menelisik wajah Jeremy saat ini, ia bisa merasakan bahwa pria itu tidak menampilkan ekspresi apapun. Seharusnya pria itu sedih, bukan? Tapi ia sama sekali tidak melihat ekspresi tersebut.

Tap tap tap

"Brengsek kalian semua!"

Bugh

"Kayla .... "

Tak sempat melihat apa yang terjadi sebenarnya, sosok remaja laki-laki datang menghalangi semua pemandangan mengerikan yang tak pantas Kayla lihat.

Remaja itu memeluk tubuh mungil Kayla dan mendekapnya dengan erat, bahkan menutup kedua telinga Kayla rapat-rapat. Tidak membiarkan adiknya melihat dan mendengar semua kekacauan yang terjadi.

"Ayo pergi, dek."

"Abang .... "

"Kenapa?"

"Sekarang aku sendiri, ya?"

『••✎••』

Gimana nih sama prolognya? Tertarik untuk ikuti perjalanan hidup Kayla selanjutnya? Yuk! Baca terus part selanjutnya yang akan datang dan jangan lupa vote atau comment! Terimakasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gimana nih sama prolognya? Tertarik untuk ikuti perjalanan hidup Kayla selanjutnya? Yuk! Baca terus part selanjutnya yang akan datang dan jangan lupa vote atau comment! Terimakasih...

See you in the next part!

AMERTA; Who's That?Where stories live. Discover now