BAB 15

49 8 2
                                    

Hari ini Rea hendak pergi bersama Sakti. Pria itu mengajak'nya ke sebuah tempat yang katanya seru untuk sekedar refresing sejenak.

Sakti menjemputnya tepat di depan rumah Rea, kemudian keduanya segera meluncur menuju lokasi yang mau di tuju.

Sesampainya di sebuah danau, keduanya duduk di tepi danau tersebut saling berdampingan.

"Lo tau tempat ini darimana?"

Karena aku ular, aku bisa dimanapun termasuk danau ini.

"Aku tau dari teman."

"Hm, lo sebenernya kerja atau kuliah?"

"Tidak keduanya. Maksudku, keluargaku kaya raya dan aku gak perlu kerja."

"Tapi lo gak bisa ngandelin mereka Sakti, masa lo gak kerja? Nanti kalau lo nikah, itu Isteri lo mau di kasih makan dari duit orangtua lo?"

"Memangnya siapa yang mau nikah sama aku? Kamu?"

Rea melotot. Ia cukup terkejut dengan pertanyaan itu, yang padahal Sakti hanya sekedar bercanda saja.

"YA ENGGAKLAH!" reflek Rea jadi salah tingkah tidak jelas.

"Hm, kenapa? Apa aku kurang tampan?"

"Ck! Bercanda mulu lo! Btw, lo bisa nyanyi?"

Sakti menggeleng. Ia memang tidak bisa bernyanyi, karena di dunia'nya tidak sama dengan dunia manusia.

Untuk menyanyi Sakti memang tidak jago, tapi untuk membuat Rea jatuhcinta padanya, sudah akan ia pastikan.

"Kenapa lo gak bisa nyanyi?"

"Aku gak ngerti aja sama lagu-lagu dan kaya'nya susah."

"Sekarang bahasa lo udah lumayan ya. Pake lo-gue aja biar lebih kedengeran akrab,"

"Aku tidak mau menyakitimu Rea,"

"Maksudnya?"

"Bahasa itu kedengeran tidak baik, dan kasar. Jadi aku gak berani pake gue-elu, karena takut nyakitin kamu. Gapapa kan kalau pake aku-kamu aja?"

"Haha santai aja kali Sakti! Temen-temen gue pake bahasa gue-lo dan gue gak masalah,"

"Aku bukan teman kamu."

"Hah?!"

"Rea, apa kamu mau jadi kekasihku?"

"Kekasih?"

"Hm, apa ya di dunia manusia namanya semacam--"

"Dunia manusia? Emang lo apaan? Ufo? Lo juga manusia kali." Sungguh Rea ingin tertawa dengan tingkah Sakti itu.

"Maksudku, bahasa gaul- YA bahasa gaul! Kalau menurut aku sepasang kekasih, kalau di bahasa gaul'nya apa?"

"Pacaran maksud lo?" Sakti mengangguk cepat. "Hm, gue belum bisa nerima lo Sakti, lo tau kan kalau gue lagi fokus sama pekerjaan gue?"

"Jadi kamu nolak aku?"

"Maaf-"

"Gapapa. Aku ngerti. Lagipula kamu kan belum ada rasa sama aku Re, tapi aku masih punya banyak kesempatan buat perjuangin kamu. Nanti aku ungkapin lagi, lagi, dan lagi, sampe kamu bisa terima aku jadi pacar kamu."

Rea terdiam sesaat. Sakti nampak begitu tulus dengan tampang polos'nya. Pria itu meskipun kelihatan datar, tapi sikapnya seperti anak kecil yang membuat Rea sedikit gemas. Kadang Sakti kelihatan dewasa, kadang pula seperti anak-anak.

Dua bulan sudah mengenal seorang Sakti dalam hidup Rea. Pria itu yang selalu ada untuk Rea, pria yang tidak pernah menampilkan amarah meledak-ledak karena takut kehilangan Rea, pria yang sabar menunggu Rea membuka hati untuknya.

Belakangan ini juga Rea jarang bertemu dengan Aryan, itu karena Aryan sibuk dengan pekerjaan-nya dan entah apalagi kesibukannya sampai meluangkan waktu bertemu dengan Rea-pun rasanya sulit.

"Rea, kamu sama Aryan, gimana? Apa kalian udah jalin hubungan?" tanya Sakti tiba-tiba.

"Gue udah gak ada komunikasi atau pertemuan lagi. Aryan kayanya sibuk banget, lagipula gue juga gak begitu ngarep sama dia."

Ada se'utas harapan dalam diri Sakti, juga rasa senang karena mendengar kabar tentang Rea juga pria lain itu renggang. Sungguh, rasanya Sakti semakin gencar menginginkan Rea menjadi miliknya- walau untuk sebuah misi.

Tak sengaja sorotan mata Rea tertuju pada bagian leher Sakti. Ia mengamati itu dengan saksama, 'Sisik? Itu sisik kan?' Rea yakin bahwa yang berada di leher Sakti seperti kulit ular, bersisik.

"Sakti, itu leher lo-" seketika Sakti menyentuh lehernya.

Sial. Kenapa bekas berganti kulit ini masih ada? ucap Sakti membatin.

"Leher lo kenapa?" tanya Rea penasaran.

"Hm, ini-- alergi! Ya, alergi. Jadi aku kalau makan sembarangan suka kaya ular gini, bersisik."

Emang ada ya alergi makanan jadi bersisik? Setau gue, kalau gak bentol-bentol, ya merah-merah. Kok ini bersisik?

"Kaya'nya mau turun hujan, kita pulang sekarang ya?" Rea mengangguk. Tentu saja Sakti membutuhkan waktu untuk membersihkan kulitnya, jadi ia terpaksa menutup waktu sementara bersama Rea.

Sakti berharap, Rea tak berfikiran apapun lagi. Ya, semoga saja gadis itu percaya.

SAKTI ✓Where stories live. Discover now