BAB 1.

153 22 1
                                    

Kejadian dua tahun lalu, saat dimana Ria meninggalkannya masih begitu membekas dalam ingatan Rea. Ia sangat menyayangi Ria. Seandainya saudara kembarnya itu masih hidup, mungkin ia akan sangat bangga mendengar kelulusan sang kakak.

"Ria, aku lulus. Kamu pasti udah tenang disana ya? Nanti sore aku mau ke tempatmu, aku mau kasih kamu buket bunga yang cantik." Gumamnya.

Merenung sejenak. Meski kepergian Ria sudah dua tahun berlalu, tetap saja hingga detik ini Rea tidak di anggap sebagai bagian dari keluarganya sendiri. Ia terus di salahkan, dan apapun yang ia lakukan tidak membuat kedua orangtuanya senang juga bangga.

Bahkan di saat hari kelulusan, kedua orangtuanya tidak ada di sampingnya. Jangankan berada di sampingnya, sekedar tersenyum berbangga saja tidak sama sekali.

Pedih.

Kehilangan Ria, sangatlah membuat alur kehidupan Rea berubah 180derajat.

Kehilangan Ria, sangatlah membuat alur kehidupan Rea berubah 180derajat

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Tanpa Rea sadari, se'ekor ular memantaunya dari beberapa jarak. Ular itu berdiam diri di atas meja, seraya memperhatikan gerak gerik Rea, juga mendengar setiap apa yang gadis itu katakan.

Aku akan membayar semua rasa bersalahku.. Rea.

Ular itu bergerak perlahan, kemudian ia mengubah wujudnya menjadi manusia.

Ular itu bergerak perlahan, kemudian ia mengubah wujudnya menjadi manusia

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Menangis tidak akan merubah apa yang sudah terjadi,"

Mendengar suara asing itu, membuat Rea seketika terkejut dan menoleh ke arah suara.

"LO SIAPA?"

Marah? Tentu saja. Cowok asing itu kenapa bisa masuk ke dalam kamarnya?

"KENAPA LO BISA DISINI?"

Pria itu tetap dengan tampang datarnya. Ia sama sekali tidak merespon, dan dengan santai'nya duduk di atas meja.

"Lo siapa hah?! Lo mau maling ya? Mau perkosa gue? Sialan!! Lo kenapa bisa disini?" Amuk Rea.

Tanpa di duga, gadis itu mengambil sapu injuk, hendak memukulkan gagangnya pada pria asing yang tidak ia kenali itu.

"Hei! Kau ini, kenapa? Mengapa kau ini brutal sekali?" kesal si pria.

"YA LO SIAPA? NGAPAIN DISINI? GUE BAKALAN ABISIN LO KALAU LO MASIH DIEM DAN GAK JAWAB PERTANYAAN GUE!! OH ATAU BENER DUGAAN GUE, LO MAU MALING KAN? NGAKU LO!!"

"Aku tetangga baru'mu."

Kedua bola mata Rea membulat sempurna. Tetangga baru?

Seakan tahu isi hati Rea, maka dengan cepat pria itu memperkenalkan diri. "Nama'ku Sakti, aku baru saja membeli rumah di sebelahmu. Aku berada disini, karena aku melihatmu bersedih dari balkon kamarku, dengan segera aku menghampiri. Kebetulan pintu rumahmu terbuka, juga tidak ada siapapun."

BUGH!
BUGH!!

Rea tetap melancarkan aksinya memukul pria itu dengan gagang sapu, sampai-sampai Sakti kelimpungan menghadapi Rea.

"Hei berhentilah!! Sungguh, aku tak memiliki niat buruk. Aku hanya memberi simpati padamu,"

"Gue gak butuh simpati dari lo! Lo sinting, gila apa gimana? Lo masuk rumah orang tanpa izin, itu namanya gak sopan!"

"Tapi di rumahmu tidak ada siapapun, jadi bagaimana aku bisa meminta izin?"

"PERGI LO DARI SINI!!" Rea mendorong kasar Sakti dengan sekuat tetangga.

Sakti berusaha menahan pintu yang sedang Rea dorong agar Sakti tak dapat lagi berada di dalam kamarnya.

"Rea, aku ingin menjadi tetangga yang baik untukmu percayalah!"

"Gue gak pengen punya tetangga kaya lo!"

"Kalau berteman?"

"Gak mau! Gue juga gak mau juga berteman sama lo!"

"Kalau menjadi kekasihmu?"

Rea terdiam sesaat. Ia tak percaya, bisa-bisanya ada pria asing tidak tahu malu masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi, lalu kemudian dengan tidak tahu dirinya sekarang malah mengajaknya berpacaran? Sinting memang!

BRAKKK!!

Akhirnya Rea berhasil menutup pintu rapat walau dengan cara yang kasar. Ia menguncinya buru-buru agar pria itu tak lagi bisa masuk sembarangan ke kamarnya.

Jika saja aku mau, aku bisa masuk dengan mudah ke dalam kamarmu lagi Rea. Sayang sekali, kau tidak perlu tahu siapa jati diriku sebenarnya.

"Sampai bertemu kembali Rea. Besok kita akan bertemu lagi,"

"GAK SUDI!!" Sakti terkekeh dengan jawaban Rea. Gadis itu semakin kelihatan marah, maka semakin terpancar wajah cantiknya.

Tidak! Tugasku hanya menebus dosa di masalalu, bukan jatuhcinta pada manusia.

SAKTI ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora