BAB 11

50 11 1
                                    

"Aku mencintaimu."

Rea mendengar itu dengan sangat jelas. Ia terdiam mematung, membiarkan Sakti yang masih setia memeluknya. Pria itu bahkan menangis sesegukan, mengutarakan isi hati'nya dengan mengucapkan kata 'aku mencintamu.. aku mencintaimu Rea' berulang kali.

Perlahan Rea mendorong Sakti. "Lo jadi anter gue balik, atau enggak?" Bukan sebuah penolakan, tapi Rea mengalihkan agar tidak semakin menyakiti Sakti.

"Maaf, jika apa yang baru saja aku ungkapkan membuatmu terkejut."

"Gue gak kaget kok. Wajar aja lo suka sama gue, secara gue cantik."

"Aku mencintaimu untuk pertamakali'nya kita bertemu. Aku tau, kau tak memiliki perasaan yang sama, kau hanya menyukai pria tadi. Tapi, jangan menjauh dariku karena perasaanku ini. Kau mau'kan berteman denganku Rea?"

Rea tersenyum. Untuk pertama kalinya gadis itu tersenyum pada Sakti, lalu dengan jarak yang dekat ia mengusap airmata Sakti. "Lo tuh lebay banget! Gitu aja nangis. Gue tau, gue cantik dan bahenol, tapi buat dapetin gue gak harus nangis juga Sakti. Gue mau berteman sama lo, karena gue rasa lo tulus."

"Terimakasih Rea. Apa aku boleh memelukmu?"

"Eits! Tunggu dulu, ada syaratnya berteman sama gue!"

"Apa?"

"Ubah bahasa formal lo itu."

"Bahasa'ku?"

"Ya! Lo itu terlalu baku kalau ngomong, gue kurang suka dengernya. Lo ubah deh. Belajar dimana kek terserah lo, tapi lo harus berubah."

Sakti mengangguk patuh. "Aku akan melakukannya untukmu," kemudian ia memeluk Rea tanpa meminta izin.

Rea merasakan pelukan itu begitu tulus dan hangat.

Terdengar suara degupan pada bagian dada pria itu, membuat Rea ikutan deg-deg'an juga. "Baru kali ini ada cowok yang tulus banget nyatain cinta, sambil nangis dan meluk gue. Dan dengan pemikiran luas'nya, dia memilih untuk berteman daripada memaksa gue buat bales perasaan'nya"

Meskipun Rea termasuk kategori wanita yang banyak di minati laki-laki, tapi hanya Sakti satu-satunya pria tulus yang bahkan sampai menangis untuk mengungkapkan perasaan cinta'nya. Rea terharu, sekaligus merasa bersalah karena telah membuat pria itu menangis karena'nya.

 Rea terharu, sekaligus merasa bersalah karena telah membuat pria itu menangis karena'nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~

"Lo gak balik ke rumah lo?" Tanya Rea yang masih di dalam mobil Sakti.

"Tidak. Aku sudah tidak lagi tinggal di rumah itu, aku tinggal di apartemen. Apa kau mau ikut denganku?"

"Jadi tempat di sebelah gue itu, kosong dong?!"

"Ya. Bagaimana, apa kau ingin ke apartemen ku?"

"Ya enggaklah! Tampang lo itu, meragukan."

"Memangnya ada yang salah dengan wajah tampanku ini?" goda Sakti.

"Dih pede banget lo!" Walau sebenarnya Sakti memang tampan. Apalagi saat sedang bersikap seperti anak kecil tadi, menangis memohon, sungguh semakin lucu.

"Aku ingin mengajakmu ke tempatku, nanti kau akan ku kenalkan pada adikku."

"Lo tinggal sama adik lo? Diakan cewek, walau lo adik kakak sama dia, tapi gak boleh tau!"

"Hm, tidak. Dia hanya berkujung sewaktu-waktu, dia tinggal bersama bunda di Istana." Mendapat lirikan yang seolah terheran dari Rea, lantas Sakti segera melanjutkan perkataan'nya lagi. "Rumah adalah Istana bagi setiap manusia bukan? Jadi, dia tinggal bersama orangtua kami di rumah"

Rea mengangguk-ngangguk faham. "Emang apartemen yang dimana?"

"Tidak jauh dari sini, apa kau ingin berkunjung?"

"Kapan-kapan deh ya, gue capek pengen istirahat."

"Baiklah."

Rea hendak membuka pintu, namun seketika Sakti menahan pergelangan tangan'nya. "Beristirahatlah dengan nyaman, nanti aku akan mengabarimu jika sudah sampai, dan jika kau tidak sedang sibuk, kita berbalas pesan."

"Iya." jawab Rea singkat. Ia nampak sudah benar-benar kelelahan.

Setelah keluar dari mobil, Rea segera masuk ke dalam rumahnya tanpa melirik lagi pada Sakti yang sejak tadi menunggunya sampai benar-benar masuk ke dalam rumah.

Sungguh, hari ini adalah hari paling bahagia untuk Sakti. Ia bisa berteman dengan Rea saja, itu merupakan hal istimewa baginya.

Setelah Rea berada di dalam kamarnya, anehnya ia memikirkan bagaimana Sakti tadi mengungkapkan perasaannya.

"Gue baru tau, dia kaya bocil kelakuannya." Gumamnya sembari menggeleng-gelengkan kepala nampak tak menyangka prihal tentang Sakti.

Meskipun sudah berminggu-minggu mengenal Sakti, walau dengan beberapakali penolakan, bahkan mereka tidak saling mengobrol banyak dalam setiap pertemuan, tapi jujur saja Rea merasa takut jika akan kehilangan Sakti. Entahlah, ia mungkin merasa lebih nyaman di ganggu oleh pria itu.

~

Sementara di apartemen, Sakti tak hentinya tersenyum setelah mengingat bagaimana gadis cantik yang ia sukai itu tersenyum manis padanya walaupun tak bisa membalas perasaannya.

Ini pertama kalinya untuk Sakti, mengungkapkan sebuah perasaan kepada seorang wanita. Dalam hidupnya, ia tak pernah melakukan hal yang menurutnya bodoh itu. Bersikap seperti anak-anak tadi, membuat dirinya merasa malu sendiri.

"Bodoh! Kenapa kau harus menangis Sakti? Pasti Rea akan semakin tidak menyukaimu setelah ini!!" Sakti merutuki dirinya sendiri. Tanpa ia sadari, bahwa Rea malah gemas akan tingkah lakunya tadi.

Keduanya saling memikirkan satu sama lain, dengan fikiran masing-masing yang tertuju pada hal serupa, tentang yang baru saja terjadi di antara keduanya. Apakah Sakti memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam hati Rea?

Dan apakah Sakti lupa tentang siapa dirinya? Lalu apa jadinya jika keduanya saling mencintai? Musibah besar akan terjadi pada keduanya, terutama Rea.

SAKTI ✓Where stories live. Discover now