⁰⁰~05 < seas ² > ¿•?

128 34 0
                                    

÷! Dia, aneh ¡÷

⁰⁰

^*^

"Lo ngikutin gw hah?"

"Apa untungnya? Gw udah disini dari tadi." jawab Diyna sejudes judesnya.

"Ck!"

BRAK BRAK BRAK

"BUKA!" Gama mengabaikan Diyna, ia terus menggedor pintu yang terkunci itu.

"Ga ada gunannya. Tunggu sampe nanti sore bakal ada yang ngecek rooftop sebelum sekolah ditutup." ujar Diyna santai lalu kembali duduk diatas meja yang ada diujung.

"Sore? Gila!" teriak Gama emosi dan menendang pintu rooftop lalu mendekat kepembatas rooftop.

Anginnya serasa segar menyapu wajah Gama, menerbangkan setiap helai rambutnya, ia menghela nafasnya kasar lalu melihat kearah Diyna yang sedang membuka bungkus permen rasa susu dan mengemutnya.

Gama terdiam sesaat, ia bingung ingin melakukan apa sedangkan Diyna asik dengan diamnya sambil menatap langit dan menikmati permennya, Gama penasaran dengan gadis bernama Diyna itu, ia seakan merasa akrab dengan nama gadis itu. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk mendekat dan bahkan bertanya karena fobianya mungkin akan kambuh jika ia berdekatan dengan orang baru.

Diyna balik menatap Gama dan cowo itu memalingkan wajahnya kasar kedepan, ia teringat akan botol kirantinya yang masih belum bisa ia buka, dengan gengsi yang ia turunkan ia membawa botol itu dan mendekati Gama, ia berniat meminta tolong bukakan tutup botol itu karena keras dan ia benar benar lemas.

"Gam, boleh minta tolong bukain in..."

"Gak! Jauhin itu dari gw!" pekik Gama seakan terkejut melihat botol yang dibawa Diyna.

"PERGI! JANGAN NGEDEKET ATAU GW LEMPAR LO PAKE KURSI INI!" entah bagaimana tapi Gama memegang kursi yang ada dibelakangnya untuk mempertahankan diri, dengan badan yang gemetar.

Diyna yang terkejut pun refleks menyembunyikan botol kiranti itu dibelakang punggungnya, ia belum bisa mencerna dengan keadaan Gama sekarang yang seakan melakukan perlawanan.

Gama berjalan mundur dengan menyeret kursi yang menjadi temeng didepannya, ia mendekat kearah pintu dan menatap Diyna dengan waspada. Diyna mulai paham jika Gama memang tidak mau ia mendekat, dan ia melangkah mundur dan kembali ketempatnya tanpa mau menanyakan kondisi Gama, karena yang Diyna lihat Gama seperti ingin menangis dan merasa panik dengan deru nafas yang menggebu.

Beberapa menit berlalu, cahaya matahari mulai terasa panas, Diyna maupun Gama masih dengan posisi jarak yang sama. Tidak tega membiarkan Gama yang seakan terancam bersamanya, Diyna mengeluarkan ponselnya dari sakunya lalu melihat ada 6 panggilan dari Keanu yang ia tidak jawab, Diyna membuka room chatnya dan mengirim pesan padanya.

Ia memang membawa ponsel, tapi ia tidak berniat meminta tolong sama siapapun karena ia terkunci dengan Gama dan ia ingin tanya sesuatu tentang  perubahan cowok itu, tapi Gama malah terkena panik attack saat Diyna mendekat

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Ia memang membawa ponsel, tapi ia tidak berniat meminta tolong sama siapapun karena ia terkunci dengan Gama dan ia ingin tanya sesuatu tentang perubahan cowok itu, tapi Gama malah terkena panik attack saat Diyna mendekat.

5 menit kemudian, akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan Keanu yang penuh dengan peluh diwajahnya dan nafas yang tidak teratur, "Diyna! Lo dimana!" tanpa melihat kearah kanan dan langsung menyadari keberadaan Gama dengan wajah terkejutnya.

"Gam..."

BRUK

Gama mendorong dada Keanu sampai punggungnya menabrak pintu yang terbuka, lalu ia lari sambil memegangi perut dan mulutnya seakan merasa mual.

"Nu," Diyna melihat kejadian itu tepat setelah Keanu memanggil namanya ia mendekat kearah pintu.

"Eh Diy, lo ngga papa?" Keanu tersadar dan ia mendekati Diyna lalu memegang pundak gadis itu sambil mengecek apa ada luka ditubuhnya.

"Engga,"

"Gama sembuh? Kok bisa dia sama lo disini?" tanya Keanu sambil menatap mata Diyna lurus tanpa melepaskan tangannya yang ada dibahu Diyna.

"Gw gatau, tapi dia beda Nu," jawab Diyna dengan suara lemah, mau bagimanapun ia yang menyebabkan panik attacknya Gama kambuh dan ia merasa bersalah.

"Besok kita tanya dia, sekarang turun dulu, lo harus makan karena dari semalem lo belum makan apa apa," tawar Keanu dan dengan lembut ia membawa Diyna turun menuju kantin.

Disisi Gama, cowo itu pergi ke Kelasnya dan membuka kasar pintu kelas yang hanya ada Satya didalamnya yang sedang membaca buku.

"Gam lo..." Satya sedikit terkejut karena Gama tiba tiba datang, dan dikelas itu memang hanya ada dirinya yang tidak pergi ke kelas sains yang ada dilaboratorium karena ia sudah 'terlalu pintar' untuk belajar lagi.

BRAK BRAK BRAK

" ARGHHH!"

Gama mengamuk, ia mendorong kasar meja dan kursi yang ada disekitar Satya lalu ia terduduk menekuk kledua kakinya keatas di pojok dan menjambak rambutnya sendiri.

"Gama!" Satya paham dengan kelakuan Gama, karena itu menyangkut fobianya.

Satya jongkok dan ia mendekat dengan perlahan menyentuh lengan baju Gama, bermaksud tidak ingin membuat cowok itu terkejut dan panik. "Gam, what happens?"

"Dia! Cewek sialan itu! Hiks! Dia bawa hiks! Akrgh!" Gama menjawab, tapi dengan isakan pilunya dan terus menerus menjambak rambutnya.

"Calm Gam, tenangin diri lo dulu,"

Gama menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan teratur, Satya yang melihat itu terpikir tentang obat penenang Gama.

"Do you have, a medicine?" Satya mencoba tenang dan mengamati keadaan Gama.

"Ada... hikss.. uhuk! ditas." Gama menjawab dengan suara lemahnya yang masih dalam keadaan mencoba menenangkan diri.

Satya berdiri dan mengambil tas Gama yang ada dibarisan ketiga dari depan yang berada di sebelah jendela, Satya membuka tasnya dan langsung menemukan obat penenang Gama. Satya mengambilnya dan mencoba mencari minum, matanya tertuju dengan botol minum berwarna biru yang ada di meja paling depan, tanpa ragu Satya mengambilnya dan kembali mendekati Gama.

Satya membantu Gama meminum obat itu, sampai akhirnya obat itu tertelan. Sampai beberapa menit berlalu dan akhirnya Gama mulai tenang, isakannya sudah hilang dengan nafasnya yang mulai teratur.

"do you want a go home, or? Sekarang kita pulang sore, mybe 4 PM," Satya duduk disebelah Gama dengan satu kaki di tekuk keatas dan kaki lainnya yang lurus, ia mencoba relaks setelah ia melihat keadaan Gama yang menyebabkan jantungnya berpacu cepat karena panik.

"Gw ga mau pulang."

Yah, Satya sangat tau, karena dirumah Gama juga pasti ia akan bertemu dengan Adin, ibunya yang sangat ia benci dan penyebab dari fobianya Gama.






٬x҉

╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌

Have a good day all♡!

Dont forget to follow guys! Vitahrna_

Kamis, 22-01-23

EARPHONE 1&2 Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt