16. | Terjebak

459 25 4
                                    

Happy Reading ✨

Jangan lupa vote and comen yah guys! Harus pokoknya, aku maksa lo!

Hargai penulis dengan memberikan votmen. Vote (Tekan bintang) di pojok kiri bawah serta komennya gratis kok. Gk susah kan? Iya dong!

Gadis itu masih diam berkutat dengan pikirannya, seraya menatap ke atas plafon, suara dengkuran halus pemuda di samping sangat menganggunya. Bayangkan saja kalian berada di posisinya berbaring di atas brangkar pasien. Pasien gilanya memeluk tubuhnya sangat erat bak ingin meremukkan, ditambah lengan kanannya dengan lengan kiri pria itu terborgol, semua perasaan Tasya campur aduk saat ini.

Dari luar kaca jendela yang dibuka, menampakkan kilauan cahaya senja yang terbiaskan.

HUFT...

Untuk kesekian kalinya gadis itu mengembuskan napas panjang.

"Bagaimana keadaan Sean? Pasti dia kalang kabut mencariku? Aku belum memberinya kabar sama sekali, yah Tuhan, aku harus bagaimana?" Rasanya Tasya ingin menangis meraung-raung saat ini, terjebak di dalam ruangan bersama Dean adalah hal buruk untuknya. Dia benci itu.

"Eungh," lenguh pemuda itu terganggu dengan cahaya senja yang merambat masuk ke dalam ruangannya. Terpaksa dia membuka matanya secara perlahan, jujur tidurnya kali ini sangat nyenyak hingga tubuhnya terasa jauh lebih ringan. Senyum pemuda itu langsung terbit saat matanya terbuka lebar dan nyawanya telah terkumpul, menyadari Dean menatapnya dari sampingnya membuat Tasya membuang pandangannya ke arah lain. Sekaligus ia merubah posisi tidurnya, menjadi miring ke kanan membelakangi Dean.

Tak ingin merusak suasana hatinya membuat Dean tak jadi berpikir negatif.

"Apakah tidurmu nyenyak, Sayang?" tanya Dean dengan suara yang sedikit serak karena baru bangun.

"Nyenyak," jawab Tasya cepat tak sesuai dengan isi hatinya. Dia tidak ingin merusak suasana hati pemuda itu. Jika Dean kembali tak terkontrol maka ibu pemuda itu akan kembali mengancamnya.

"Tidurku tidak nyenyak bersama denganmu Dean. Aku sangat tertekan bersamamu untuk setengah hari ini, aku ingin sekali pulang ke rumahku dan tidur di atas kasurku. Daripada di sini bersamamu membuatku sangat was-was, apalagi harus berdua denganmu. Aku mempunyai seorang kekasih yang harus aku perhatikan, bukan malah dirimu yang kuperhatikan. Selain gila dan tukang ancam, kau juga anak Mami yah? Bahkan Mamimu mengancamku, jika aku meninggalkanmu maka dia akan memberi perhitungan besar kepadaku! Aku sangat terpaksa bersamamu Dean. Sangat TERPAKSA!" Tasya hanya bisa bersuara dalam hati seraya berkutat dengan pikirannya.

Dean mengira bahwa diamnya Tasya adalah menikmati kebersamaan bersamanya. Apalagi pelukan darinya pasti terasa hangat, setelah mengamuk di hadapan Tasya karena gadisnya lebih memilih Seanjing itu, sikap Tasya jauh lebih baik lagi padanya. Tidak lagi membangkang dan menyebut nama siswa baru itu, yang sudah ia masukkan ke dalam list orang, yang harus ia singkirkan. Demi keberlangsungan hidup bahagianya bersama Tasya.

"Hm Dean," panggil Tasya ragu dan berusaha melepaskan lilitan tangan pemuda tersebut di atas perutnya.

Mendengar suara kekasihnya yang mendayu sangat pelan dan lembut tersebut. Hati Dean terasa begitu hangat seiring sudut bibirnya terus tertarik, tapi ia tak suka karena Tasya memaksa untuk melepaskan pelukannya. Bukannya melepas, pemuda itu malah mengeratkannya.

"Kenapa memanggilku, Sayang?" sahut pemuda itu terlihat mendusel layaknya anak kucing di leher induknya.

CUP

CUP

Suara kecupan di pipi Tasya terdengar begitu jelas.

"Jangan menciumku sembarangan!" tegur Tasya dengan paksa harus membalikkan tubuhnya lagi. Jika terus dibiarkan seperti ini, dirinya merasa sangat risih dengan sifat Dean yang semena-mena padanya.

You Are Mine Where stories live. Discover now