4/4

350 69 126
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu kemudian.

Nadine dan Jeffrey sudah menikah. Pernikahan mereka tentu saja hanya dilakukan secara sederhana dan hanya mengundang keluarga inti saja. Seperti kakak-kakak Nadine dan keluarga dekat Jessica yang memiliki jasa penyaluran surrogate mom pada orang-orang yang membutuhkan.

"Menantu dan cucu-cucumu di mana?"

Tanya salah satu saudara Jessica. Karena seharian ini Joanna dan anak-anaknya tidak kelihatan. Hanya makanan saja yang diantar ke atas. Oleh Sumi yang memang cukup dekat dengan Joanna.

"Di atas, mungkin."

"Kamu harus menenangkan mereka. Katakan kalau ini tidak akan lama. Kau lihat kakak-kakaknya? Aku yakin, dalam sekali buat, anak laki-laki bisa langsung didapat!"

Jessica hanya tersenyum singkat. Lalu mengantar si saudara yang ingin pulang. Sekaligus keempat saudara Nadine yang kini baru saja ingin pamit pulang.

Setelah para tamu tiada, Jessica mencari keberadaan Jeffrey yang sudah tidak ada pasca acara inti dilangsungkan. Meninggalkan Nadine yang kini sedang makan dengan gaun pengantin yang masih belum ditanggalkan. Karena dia sudah kelaparan karena diminta puasa sejak semalam.

Perlahan, Jessica menaiki tangga. Ingin mencari keberadaan Jeffrey sekarang. Sekaligus memeriksa keadaan Joanna dan anak-anak yang sejak tadi tidak kunjung keluar kamar.

"KUBILANG JANGAN SENTUH AKU! AKU BENAR-BENAR SUDAH JIJIK PADAMU! JIKA ANAKKU LAHIR, AKAN LANGSUNG KULEMPAR SURAT PERCERAIAN DI WAJAHMU! SUPAYA KAU SADAR JIKA AKU SUDAH TIDAK SUDI MENJADI ISTRIMU!"

"Joanna, aku melakukan ini demi anak kita. Demi Seanna. Aku tidak ingin kalian menderita karena---"

"OMONG KOSONG! TERUS SAJA SALAHKAN SEANNA! JIKA DIA MENDENGAR INI SAAT DEWASA, AKU YAKIN DIA TIDAK AKAN SENANG DAN BAHKAN MENYALAHKAN DIRI KARENA HANCURNYA PERNIKAHAN KITA! KAMU BENAR-BENAR MENGECEWAKAN, JEFFREY! AKU MENYESAL KARENA HARUS BERTEMU PRIA PENGECUT SEPERTIMU INI!"

Joanna langsung menarik koper besar keluar kamar. Mengabaikan Jessica yang ternyata sudah mengintip di depan pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Karena Joanna memang hanya berniat memindah barang-barang ke kamar anaknya. Sebab dia tidak lagi studi satu ranjang dengan pengkhianat.

6. 20 AM

Jeffrey baru saja menuruni ranjang. Dengan keadaan sudah siap kerja. Namun dasinya masih belum dipasang. Sebab Joanna sudah tidak mau lagi memasangkan.

"Hari ini berangkat dengan Papa, ya?"

Seanna dan Savinna mengangguk singkat. Sedangkan Joanna diam saja. Tidak melarang juga. Toh, justu bagus karena dia bisa istirahat sampai jam pulang anak-anak tiba.

Mereka sarapan seperti biasa. Tanpa Nadine karena dia selalu bangun siang. Apalagi semalam dia begadang karena menonton drama.

Bukan karena nananina. Sebab Jeffrey tidak memanggilnya. Karena, tidak mungkin juga Nadine tiba-tiba menawarkan diri untuk minta ditiduri, kan?

Setelah sarapan, Jeffrey membawa anak-anaknya keluar rumah. Memasuki mobilnya yang sudah dipanaskan. Membiarkan Seanna duduk di sampingnya dan Savinna di belakang.

"Papa beltengkal dengan Mama, ya?"

Tanya Savinna tiba-tiba. Membuat Jeffrey langsung melirik dari spion di depan. Sebab penasaran akan raut wajah anaknya.

"Tidak. Kenapa bisa kamu berpikir seperti itu, Sayang?"

"Mama selalu tidul dengan kita sampai pagi. Padahal, biasanya Mama akan pindah tidul dengan Papa. Mama juga seling mandi di kamal kita. Kalian pasti beltengkal, kan?"

"Pasti karena Tante Nadine, ya?"

Jeffrey yang belum sempat mencari alasan langsung menolehkan kepala. Menatap Seanna yang memang agak pendiam anaknya. Jarang mau ikut campur masalah orang pula.

"Tidak. Mama dan Papa tidak bertengkar. Kalian belajar yang rajin saja, jangan pikirkan Mama dan Papa. Kita baik-baik saja."

Jeffrey kembali fokus menatap depan. Menyetir dengan tenang. Sesekali dia juga menanggapi ocehan Savinna di belakang. Karena dia memang sangat crewet dan tidak pendiam seperti si kakak.

5. 30 PM

Jeffrey baru saja pulang kerja. Dia melihat Nadine yang sedang menonton youtube di iPad. Di ruang makan. Sendirian. Karena Jessica dan Nirmala sedang keluar. Karena ada arisan di rumah tetangga.

"Sialan! Aku tidak disapa!"

Pekik Nadine karena kesal. Sebab Jeffrey melewati dirinya begitu saja. Tanpa mengatakan sepatah kata.

"Lihat saja, akan kubuat pria itu melupakan istrinya!"

Gerutu Nadine setelah Jeffrey hilang dari pandangan. Lalu kembali menatap layar iPad. Sesekali dia juga tertawa. Sebab dia tengah menonton kartun sekarang.

Ceklek...

Pintu kamar anak-anak terbuka. Jeffrey melihat kedua anaknya bersama Joanna. Mereka akan turun karena ingin makan malam seperti biasa.

"Eh, Papa! Balu pulang? Kita tulun dulu, ya!!!"

Jeffrey tersenyum lebar. Lalu mengangguk singkat. Ikut melambaikan tangan pada Savinna juga. Sebab hanya dia yang paling attractive diantara mereka semua.

Mau sampai kapan kamu mengabaikanku?

Batin Jeffrey dalam hati. Dia juga mulai menunduk sedih. Sembari membuka pintu kamarnya sendiri. Lalu mandi dan berkemas karena akan melakukan perjalanan bisnis.

Setengah jam kemudian Jeffrey tiba di ruang makan. Dia melihat Joanna yang sedang menyiapkan makanan di piring anak-anaknya. Tidak lagi di piringnya. Sehingga kini, Jeffrey harus lebih mandiri dari biasanya.

"Loh, Papa kok bawa kopel? Mau pelgi bisnis, ya? Ke mana?"

Joanna dan Nadine sama-sama menatap Jeffrey yang baru saja datang. Sembari menarik koper hitam berukuran besar. Sebab dia akan melakukan perjalan bisnis selama satu minggu di Amsterdam.

"Iya, di Amsterdam. Satu mingguan. Kamu jangan kangen Papa, ya!!!"

Goda Jeffrey sembari mengecup pipi Savinna dan Seanna bergantian. Lalu makan malam seperti biasa. Namun kali sedikit dibumbuhi candaan Jeffrey bersama Savinna.

8. 00 PM

Jeffrey baru saja selesai bermain dengan anak-anaknya di ruang keluarga. Guna melepas rindu sebelum dia terbang ke Amsterdam. Karena jelas Jeffrey akan merindukan mereka. Terlebih Joanna yang saat ini masih marah padanya.

"Koper saya sudah masuk, kan?"

"Sudah, Pak!"

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu memeluk anak-anaknya bergantian. Menatap wajah mereka cukup lama. Karena menunggu Joanna datang.

"Papa sudah ditunggu supil, tuh!"

"Iya, Sayang."

Jeffrey langsung menjauhkan badan. Menatap belakang anak-anaknya. Berharap Joanna datang dan memeluknya.

Namun sayang, harapan itu tidak bisa menjadi nyata. Karena sampai mobilnya berjalan, Joanna tidak kunjung datang. Hanya ada Nadine saja yang terlihat mengintip dari jendela kamar. Sembari menyesap rokoknya seperti biasa.

Udah kesel??? Tenang, next chapter bakalan lebih kesel :)

Tbc...

HOMEWRECKER [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang