2/2

436 70 115
                                    

Jeffrey mencari keberadaan Joanna yang tadi pergi mendahului dirinya. Dengan perasaan gusar. Sebab dia harus menyampaikan kabar buruk ini padanya. Jika dia bersedia menikah lagi sesuai apa yang telah ibu dan neneknya minta.

"Sayang..."

Panggil Jeffrey pada istrinya yang saat ini sedang duduk sendirian di gazebo taman. Sembari menangis sesenggukan. Sebab di sana memang sepi sekarang. Dalam keadaan gelap pula. Karena lampu taman padam.

"Aku mendengar apa yang Nenek katakan padamu! Jeffrey, kamu tidak akan melakukan itu, kan? Kamu tidak akan menduakanku, kan?"

Jeffrey tidak menjawab dan hanya memeluknya. Mendekap begitu erat. Seolah ingin menenangkan. Karena dia yakin, setelah ini Joanna akan menangis semakin kencang.

"Aku tidak mau, Jeffrey! Aku tidak mau dipoligami! Aku tidak mau kamu menikahi wanita lain!"

Joanna tidak membalas pelukan Jeffrey. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini. Kepalanya juga mulai pusing karena telat makan malam hari ini.

"Mama! Papa!!! Aku cali-cali kok tidak ada! Padahal ada suala mobilnya di depan!"

Pekik Savinna sembari berkacak pinggang. Dia juga langsung berlari ke arah orang tuanya. Diikuti oleh Seanna di belakang. Membuat Joanna lekas menghapus air mata setelah pelukan Jeffrey terlepas.

"Hayooo! Kalian pasti pacalan, kan!?"

Joanna terkekeh pelan. Lalu membawa Savinna dalam dekapan. Memeluk dan mengecup kedua pipinya. Sedangkan Seanna memeluk pinggang ayahnya.

"Tidak, Mama dan Papa hanya ingin melihat langit saja. Kalian sudah makan, kan? Tadi makan apa? Ayo langsung masuk saja! Mau hujan!"

Joanna bangkit dari duduknya. Sembari menggandeng tangan Savinna. Berjalan menuju rumah. Dengan Jeffrey dan Seanna di belakang.

"Tadi Nenek masak spaghetti! Enak sekali! Tadi disisakan sedikit. Untuk Mama saja tapi! Kalau untuk Papa sudah habis!"

Jeffrey terkekeh pelan di belakang. Lalu memprotes ucapan Savinna. Guna menggoda si anak. Sekaligus mencairkan suasana agar Joanna tidak lagi larut dalam kesedihan.

10. 10 PM

Jeffrey gelisah sekarang. Karena Joanna tidak kunjung kembali ke kamar setelah menidurkan anak-anak. Padahal, dia yakin jika Seanna dan Savinna sudah terlelap sebelum jam sembilan.

Ceklek...

Lagi-lagi Jeffrey menyusul Joanna di kamar anak-anak. Mengusap pundaknya pelan. Guna membangunkan dengan perlahan.

"Sayang, bangun. Ayo pindah tidur!"

Joanna yang memang mudah terusik tidurnya langsung membuka mata. Lalu bangun dari ranjang. Meninggalkan kamar setelah merapikan selimut anak-anak.

Jeffrey juga mengikuti Joanna di belakang. Setelah mencium kening kedua anaknya. Serta, memastikan jika jendela dan pintu kamar telah tertutup rapat.

Ceklek..

Jeffrey baru saja tiba di kamar. Dia menatap Joanna yang sudah ke kamar mandi sekarang. Cukup lama, membuatnya lekas mendekat dan ikut masuk karena pintu kamar mandi tidak tertutup rapat.

Jeffrey melihat Joanna yang sedang duduk di closet kamar mandi. Sembari menangis. Seolah sengaja ingin menangis di tempat itu saat ini.

"Mau wanita bayaran ataupun apa! Aku tidak akan rela! Lebih baik kita berpisah jika kamu nekat menikahi wanita lain demi keegoisan mereka!"

Jeffrey mendekati istrinya. Lagi-lagi dia hanya memeluk Joanna. Tanpa mengatakan apa-apa. Sebab dia bingung harus memilih jalan yang mana.

Tetap bertahan dengan keluarga kecilnya, namun dengan ancaman dicoret dari daftar pewaris tunggal. Atau justru menikahi wanita lain dan mendapat anak laki-laki seperti keinginan ibu dam neneknya. Namun dengan ancaman ditinggalkan oleh Joanna dan anak-anaknya.

HOMEWRECKER [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang