Bengkel18: Kali Pertama (1)

6.6K 180 14
                                    

"Assalamualaikum!"

Sayup terdengar suara Mang Saki mengucapkan salam. Yanto hafal jenis suaranya meski tidak begitu jelas karena sedang berada di kamar. Untuk memastikan dugaannya, Yanto menajamkan telinga.

"Waalaikumsalam. Ada apa, Ki?" Tanya suara Ibuk yang menyambut kedatangnya.

Benar, itu Mang Saki!

"Mau ada perlu sama Yanto, Wak. Mau minta dianter keluar. Ada Yantonya, Wak?"

"Ada, dia lagi di kamar. Kamu samperin aja kesana. Biasanya dia lagi main hape."

Adzan Maghrib sudah berkumadang sekitar 15 menitan lalu. Kalau sudah Maghriban, Yanto suka bingung mau melakukan apa. Mau nonton TV tapi tidak ada tayangan yang dia suka. Mau main ke poskamling, jam segini biasanya enggak ada orang. Dan kayak biasa, ujung-ujungnya Yanto berakhir main ponsel di ranjang. Kalau bukan nonton youtube, pasti mendengarkan lagu-lagu yang sudah ia unduh. lewat headset.

Tak lama setelahnya terdengar suara derap langkah kaki mendekat ke kamar. Yanto sudah tahu siapa orangnya, pasti Mang Saki.

"Yanto!" panggil Mang Saki menyibak kain penutup pintu. Kepalanya muncul melongok ke dalam kamar.

"Eh iya, Mang Saki! Ada apa, Mang?" Yanto bangkit dari rebahan jadi duduk bersila di atas kasur.

"Kamu lagi sibuk enggak? Temenin Mamang keluar yuk!"

"Mau kemana, Mang?"

"Muter-muter aja ngabisin bensin. Mamang lagi suntuk. Yuk!"

"Ya sudah iya, Mang. Tapi Yanto siap-siap dulu ya!"

Bukannya menjawab, Mang Saki malah mengintip ke belakang tubuhnya. Kepala celingak-celinguk, lalu ia masuk ke dalam kamar. Mang Saki mendekati Yanto dan berbisik, "Nto, Mamang boleh cium kamu sedikit?"

Yanto yang mendongak ke arah Mang Saki mengerutkan dahi. Heran tapi senang karena Yanto tahu maksudnya. Ia melirik ke kain penutup pintu ikut memastikan situasinya aman.

"Boleh enggak?" Mang Saki tidak sabar.

"Iya, Mang. Boleh. Cepat ya Mang, takut ketahuan."

Mang Saki merundukkan kepala mencium bibir Yanto.

"Emphh!" lenguh Yanto. 

Bibir keduanya dibiarkan menempel sementara waktu. Keduanya merasakan gelombang nikmat terangsang. Darah berdesir dan rasa senang membuncah di dada. Kemudian Mang Saki memulai ciuman dengan melumatnya. Sebentar saja. Lima kali melumat, setelah itu Mang Saki melepaskan pagutan.

Nafas Mang Saki jadi berat. Matanya berbinar cerah terarah melihat Yanto. Lalu bibirnya tertarik sedikit membentuk senyuman.

"Ya sudah kamu siap-siap gih! Biar Mamang tunggu kamu di depan," ujar Mang Saki.

"Iya, Mang."

Dada Yanto masih berdebar. Ia pegangi bibirnya yang terasa hangat sisa ciuman tadi.

Setelah Mang Saki keluar kamar, Yanto bergegas bersiap-siap. Kaos oblong merah marun tidak perlu diganti. Yanto merangkap kolornya dengan celana jins warna abu-abu tua. Dia juga tidak lupa mengenakan jaket denim biar tidak kedinginan diterpa angin malam.

Sebelum menemui Mang Saki di luar, Yanto lebih dulu pamitan kepada Ibuk dan Bapak yang sedang bersantai di ruang TV.

"Jangan ngebut bawa motornya, bilangin ke si Saki," Ibuk mengingatkan seperti biasa.

"Iya, Buk. Nanti Yanto bilangin."

Saat Yanto keluar rumah, terlihat Mang Saki sudah siap di atas motor matic-nya yang mesinnya sudah dinyalakan. Yanto bisa melihat kalau Mang Saki tiba-tiba tertegun.

MONTIR KETAR-KETIRWhere stories live. Discover now