Bengkel13: Lebih Enak

7.5K 185 17
                                    

"Ahhhhhhhh...," lenguh Mang Saki saat kontolnya digenggam Yanto di balik sarung.

Sudah lama sekali kontolnya tidak dipegang orang lain dan saat dipegang lagi rasanya begitu dasyat. Mang Saki merasa perutnya agak mules. Ini pasti gara-gara rasa gugupnya.

Gelenyar enak mendera sekujur badan ketika Yanto mengocok kontolnya pelan. Lebih enak daripada saat tangannya sendiri yang mengocok. Dengan refleks kaki Mang Saki membuka lebih lebar, memberi ruang leluasa bagi Yanto.

Setelah itu ada benda basah, lunak, dan hangat menyentuh kontolnya. Sejenak Mang Saki membayangkan kalau itu adalah lintah. Tapi mana mungkin... itu pasti lidah Yanto. Sentuhannya dimulai dari ujung kontol, tepatnya di lubang kencing, lalu turun ke kepala kontolnya. Gerakannya tambah liar, menyentuh batangnya, semua dijilat, meninggalkan bekas basah.

"Nto, kamu ngapain kontol Mamang? Ahhhhh, ohhhhhhn...."

Gundukan sarungnya naik lalu saat kembali turun, Mang Saki mengejang memejamkan mata. Kontolnya masuk ke sebuah ruang yang basah dan hangat. Ia tahu kontolnya sudah masuk ke mulut Yanto.

"Ohhhhh...."

Otak Mang Saki seperti mendadak kosong. Ada aliran enak yang mengumpul di selangkangannya, tepatnya di kontolnya.

"Nto... ohhhhhh...." lenguh panjang Mang Saki. Dadanya naik-turun. Darahnya seperti terisap ke ubun-ubun.

Yanto sengaja mendiamkan sebentar kontol Mang Saki di mulutnya agar Mang Saki bisa menikmati betapa enaknya disepong. Yang sudah-sudah, mereka akan sampai gemetaran saat kontol mereka terjebak di mulutnya.

Kemudian Yanto menggerakkan kepalanya perlahan, naik-turun. Kontol Mang Saki yang gede, panjang, dan keras, membuat mulutnya harus beradaptasi dulu. Walau agak susah, Yanto berusaha agar bisa menyepong dengan lancar tanpa kena gigi.

"Uhhhh, shhhhhh, ohhhhhh, Ntooo..."

Rambut di sekitar kontol Mang Saki agak lebat sehingga saat mulutnya melahap habis batangnya sampai pangkal, hidungnya serasa digelitiki oleh rambut kemaluan.

"Shhhhh, ohhhhhhh, sepongan kamu enak pisan, Nto, oohhhhhh...."

Mulut Yanto terus mengulum. Ia tambah semangat karena selangkangan Mang Saki harum sabun. Sesekali bisa ia cecap cairan asin dan kental yang pasti itu adalah cairan semen. Yanto melahap habis.

Mang Saki terus melenguh. Ia memegangi kepala Yanto yang terbungkus sarung sambil sesekali menekan ke bawah agar kontolnya mentok di mulutnya.

"Emphhhhh, ahhhhhh," Yanto berusaha menarik nafas sebanyak-banyaknya dari hidung saat kepalanya ditekan dan mulutnya tersumpal.

"Anjinghhhh, enak pisan, Nto, ohhhhh...."

Yanto tidak menyangka Mang Saki akan berujar kasar. Tapi ia maklum karena Mang Saki sedang dilanda birahi. Mulutnya makin cepat melahap kontol Mang Saki. Air ludah sudah membasahi batang kontolnya sampai licin. Rahang Yanto pun mulai terasa pegal.

"Shhhhhh, ahhhh, Nto, mau keluarrrr," ucap Mang Saki sambil menekan-nekan kepala Yanto pada kontolnya.

Sensasi enak berlipat saat kepala Yanto ditekan kuat hingga kontolnya mentok di tenggorokan. Selain lebih panas dan basah, tenggorokan Yanto pun menjepit kontolnya serasa memijat.

Mang Saki tak lagi sungkan, ia kendalikan kepala Yanto di balik sarung. Kontolnya yang ngaceng keras berkedut-kedut. Hisapan mulut Yanto membuat pertahanannya kalah. Ledakan pejuh sebentar lagi akan terjadi.

Selain kepala Yanto yang dikendalikan, pinggul Mang saki pun bergerak mengentoti mulut Yanto. Rasa enak sudah diujung lubang kencing. Tubuh Mang Saki mengejang. Urat di dahinya timbul.

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang