027. Sepeda

323 59 15
                                    

Di sore hari disebuah komplek perumahan yang tenang dan asri, terlihat 3 orang anak yang sedang bermain dengan riangnya di halaman rumah mereka tanpa pengawasan orang dewasa. 1 anak lelaki sedang menaiki sepeda dengan roda tambahan berwarna pink yang bukan miliknya, dibelakangnya anak lelaki yang memiliki wajah identik dengannya berlari mengejar memohon untuk diberikan giliran, sedangkan seorang gadis yang jauh lebih muda dari 2 anak lelaki itu hanya menonton sembari memegang bonekanya.

"THOOOORRRNNNN!!!! Aku juga mau pinjam!!!" Teriak si kecil Thi sembari mengejar saudaranya dengan kesal.

Kejadian ini bermula dari Thorn & Thi yang saat itu tengah bermain di pekarangan rumah melihat tetangganya yang baru kembali dari berjalan-jalan sore dengan sang Papa, uncle Pharm, menyapa mereka dan mengajak bermain bersama. Pharm membiarkan mereka bermain selagi ia mempersiapkan makan malam. Bosan dengan permainan yang mereka lakukan menarik atensi Thorn pada sepeda milik Ingfah, ia dan saudaranya tidak lagi memiliki sepeda setelah sepeda lama mereka rusak tertabrak mobil Win yang tengah memarkinkan mobilnya dalam keadaan sedikit mabuk, berakhir dengan sepeda si kecil lah yang jadi korban.

"Nong Ingfah, boleh P'Thorn pinjam sepedanya?" Tanya Thorn.

"Boleh." Jawab si cantik lembut.

"P'Thi juga boleh?" Tanya Thi yang juga antusias.

"Boleh" jawabnya lagi.

"Kalau begitu kita bermain giliran saja, dua kali putaran mengelilingi taman depan tiap orang." Usul Thi.

"Aku mau menonton saja." Tolak Ingfah, yang masih lelah setelah berkeliling dengan sang Papa.

"Kalau begitu aku dan Thi saja. Aku duluan yaa karena aku yang izin duluan." Ujar Thorn sembari bangkit dan meraih sepeda Ingfah, mulai berkeliling.

Taman depan rumah mereka tidak terlalu luas sehingga Thi sudah bersiap menunggu gilirannya di depan pagar rumah.

1 putaran...

2 putaran....

Dan setelah 2 putaran terlewati Thorn tidak juga berhenti.

"THORN!!! Giliranmu sudah selesai!!!!" Teriak Thi yang tidak dihiraukan oleh saudaranya.

Thorn tak peduli dan tetap melajukan sepedanya, membuat Thi kesal namun akan membiarkannya sampai putaran ke-3 dengan pemikiran bahwa ia akan melakukan hal yang sama dengan Thorn.

3 putaran....

Dan Thorn masih tidak berhenti, Thi kesal dan berakhir dengan mengejar saudaranya, yang justru membuat Thorn semakin mempercepat laju sepedanya sembari tertawa, senang karena telah menjahili saudaranya.

"THORRRNNN!!!! GILIRANKU!!!!" Kesal Thi yang hanya dibalas tawa sang kembaran.

Hingga akhirnya sepeda yang Thorn kendarai menjadi terlalu cepat dan kehilangan keseimbangan, ia pun jatuh tersungkur dengan wajah yang lebih dulu mendarat di jalanan beraspal.

"P'Thorn!!" Kaget Ingfah dan berlari menghampiri tetangganya.

Begitupun dengan Thi yang mendekat dan membantu saudaranya bangun.

Wajah Thorn lecet dibeberapa bagian dan yang terparah adalah bibirnya. Thorn terlihat kesakitan namun baik-baik saja, sedangkan Thi dan Ingfah yang melihatnya shock dan mulai berkaca-kaca, berakhir dengan keduanya yang menangis kencang sembari.

"Aku tidak apa-apa" ujar Thorn khawatir.

Ia pun mengajak Thi dan Ingfah yang masih menangis untuk kembali, sembari mendorong sepeda Ingfah.

Team dan Pharm yang mendengar suara tangisan anak mereka dari pekarangan rumah tentu saja tersentak dan berlari meninggalkan kegiatan mereka.

"Kenapa? Ingfah dan P'Thi kenapa?" Tanya Pharm khawatir dan memeluk sang putri erat.

"Ada apa Thi?" Tanya Team juga khawatir.

"Mereka menangis karena melihatku jatuh" ujar Thorn yang berjalan santai dibelakang.

Mendengar ucapan Thorn justru membuat kedua orang dewasa itu semakin khawatir, ditambah lagi dengan memar, lecet dan goresan darah di wajahnya.

Team hanya menghela nafas melihat anaknya yang memang sering membuat masalah ini justru terlihat biasa aja. Thorn benar-benar duplikat dari sang Ayah, Win, pembuat onar.

Mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Thi sudah tenang, dan Thorn sekarang sedang diobati oleh Team. Tak berapa lama pintu utama terbuka dengan sosok Win yang memasuki rumah.

"Oh? Apa yang terjadi dengan Thorn? Bibirmu sampai bengkak begitu?" Tanya Win mendapati sang anak dengan wajah yang tidak baik-baik saja.

"Ini semua gara-gara kamu" kesal Team.

"Aku? Kenapa tiba-tiba jadi aku? Aku baru pulang kenapa tiba-tiba jadi tersangka?" Heran Win.

"Kalau kamu tidak mabuk dan merusak sepeda anak-anak, mereka tidak akan berebut sepeda Ingfah sampai begini."

"Aku kan sudah minta maaf." Sesal Win.

Dan malam itupun dihabiskan dengan Win yang menjadi korban atas kenakalan anak-anaknya sendiri.

____________________________

Long time no see~
Beneran long time yaaa. Masih ada yang baca ini gak sih?
Ya ampun aku sampe setahun gak lanjut cerita ini. Maaf ya, beneran banyak hal terjadi belakang ini a.k.a sibuk dan lagi gak ada ide aja sih.
Semoga sedikit mengobati kegemoyan kalian sama si twins yaaa~

Ohhh yaaa btw Win Team is baaaccckkkkk~

Dah ahh segitu dulu. See you later~

Looney

The Swimmer Family (WinTeam Fanfiction)On viuen les histories. Descobreix ara