012. Jealous

1.9K 195 23
                                    

~ Team P.O.V ~

Hari ini kediaman kami kedatangan anggota keluarga baru sementara. Seekor anabul lucu berumur 4 bulan bernama Toongngern. Ia adalah anjing golden retriever milik salah satu kerabatku, Toongngern dititipkan seharian ini karena kerabatku akan menghadiri sebuah acara dan tidak tega harus meninggalkan Toongngern sendirian. Anak-anak terlihat senang saat aku mengatakan bahwa Toongngern akan bermain seharian disini, mereka menyukai anjing sama seperti Papanya. Saat bel rumah berbunyi mereka akan berlarian antusias kedepan pintu memintaku untuk cepat membuka pintu agar Toongngern bisa masuk dan bermain dengan mereka.

(Anabul = anak bulu. Ini biasanya sebutan untuk hewan peliharaan berbulu kayak anjing dan kucing setauku)

"Hai kids" sapa kerabatku sembari memeluk anak-anakku gemas dan sesekali mencubiti pipi gembil mereka.
"Aunty Aunty, Ongen dimana?" Tanya Thi antusias.
"Ada di mobil. Kalian mau bermain dengan Toongngern kan?"
"IYAAAAA!" jawab Thorn Thi semangat.
"Kau tidak apa-apa kan Team? Tidak akan kerepotan?"
"Tidak apa-apa, P'. Lagipula anak-anak sangat senang saat tahu Toongngern akan dititipkan disini"
"Baiklah, aku titip ya, nanti malam atau besok pagi aku jemput. Semua perlengkapan dan makanannya sudah aku siapkan"
"Khab~"

(Anak² gak bisa melafalkan Toongngern, mereka bisanya manggil Ongen wkwk)

Dan hari itu anak-anak terus bermain dengan Toongngern sampai aku harus memaksa mereka tidur siang. Kalau tidak tidur siang dan terlalu lelah, malamnya mereka akan sangat rewel, aku dan Hia tidak akan sanggup mengurusi kerewelan mereka bertiga sekaligus.

Saat mereka tidur siang, aku mulai membereskan mainan mereka yang berserakan dimana-mana, dan juga menyiapkan makan siang. Hia bilang ia akan pulang untuk makan siang di rumah.

"Anak-anak sudah tidur?" Tanya Hia saat tiba di rumah.
"Ah, kau sudah datang?! Anak-anak ku paksa tidur setelah makan siang. Mereka tidak berhenti berlarian karena ada Toongngern, kalau tidak ku paksa pasti nanti malam mereka rewel"

Hia hanya tertawa geli mendengar keluhanku. Melonggarkan dasinya dan mengecup pipiku seperti biasanya lalu menghampiri Toongngern yang terbaring santai didekat meja makan.

"Lucu sekali sih Toongngern ini. Apa kau tidak ingin punya anjing, Team?"
"Untuk saat ini, tidak. Tanpa anjing saja aku sudah kewalahan mengurusi mereka yang super aktif, apalagi ditambah dengan anjing dan ketiga anakmu yang menjadi mega aktif. Ku rasa tidak."
"Hahahahaha, baiklah baiklah. Kalau kau mau memelihara anjing, aku tidak apa-apa. Aku bisa mencarikan asisten rumah tangga untuk membantumu di rumah juga."
"Ku rasa untuk saat ini tidak. Aku masih bisa menghandle tingkah anak-anakmu, tapi tidak dengan ditambah anjing. Mungkin setelah mereka agak besar dan sudah bisa diajak bekerja sama untuk mengurus peliharaan. Untuk saat ini, kura-kura dan ikan sudah cukup menjadi peliharaan kita."

Di rumah kami memang ada 2 akuarium kecil dan besar, satu akuarium besar berisi ikan-ikan hias, dan satu yang kecil berisi kura-kura mini. Dengan 3 anak kecil yang super aktif, memelihara ikan dan kura-kura adalah pilihan yang tepat karena mereka tidak butuh banyak perawatan, dan mereka hanya diam di akurium.

Kami menikmati makan siang dengan berbincang banyak hal, tentang pekerjaan, tentang anak-anak, tentang isu-isu terkini. Dengan 3 anak yang harus diperhatikan, kami jarang punya moment berdua dan berbicara santai seperti ini. Maka disaat ada waktu luang, Hia biasa pulang untuk makan siang disaat anak-anak sudah tertidur, itulah moment kami bisa saling berkomunikasi tentang banyak hal. Tidak ada yang ditutupi, semua kami buka, tentang keluhan-keluhan, pujian, menjaga rumah tangga kami tetap pada jalurnya adalah dengan komunikasi.

Setelah makan siang, Hia kembali ke kantornya. Aku membereskan piring-piring sisa makan sebelum anak-anak bangun dan kembali berulah.

Malam hari saat Hia kembali dari pekerjaannya, anak-anak langsung menyerbunya. Meminta perhatian. Hia hanya punya waktu untuk mereka disaat malam hari sepulang bekerja dan juga disaat weekend ketika giliran akulah yang bekerja. Waktu Hia bersama anak-anak lebih sedikit, itulah mengapa anak-anak akan langsung menyerbu Hia saat ia ada bersama mereka.

Hia, Thorn, Thi, dan Nong Jew tengah asik menonton film sembari mengobrol di lantai, meninggalkan aku dan Toongngern di sofa. Ku rasa ini waktu untukku dan Toongngern, sejak kedatangannya aku bahkan tidak ada waktu untuk bermain dengan Toongngern. Aku memanggil Toongngern kepangkuanku, mengelus bulu-bulunya yang halus, memeluknya gemas. Melakukan trik dan memberinya cemilan. Kalau Toongngern adalah manusia, mungkin ia seumuran Thorn Thi saat ini. Sangat lucu.

Tiba-tiba Thorn dan Thi menghampiri ku dan Toongngern di sofa, lalu mereka memukul Toongngern, membuatku dan Hia terkaget.

"Hei, kenapa kalian memukul Toongngern?" Tanyaku.
"Team punya kami!!"

Lalu datanglah gelombang tangisan dari mereka berdua. Nong Jew yang melihat kedua kakaknya menangis pun jadi ikut menangis karena simpati. Rumah kami malam itupun menjadi ramai karena tangisan.

Aku berjongkok dan memeluk Thorn dan Thi yang masih menangis histeris.

"Kenapa kalian tiba-tiba menangis?" Tanyaku pada dua bocah mungil dengan wajah yang semakin menunjukan kemiripannya dengan Hia.
"Team punya kami! Team main dengan kami! Tidak boleh peluk yang lain!" Jawab mereka ditengah tangisan.
"Apa kalian cemburu? Pada anjing?" Tanyaku heran

Hia yang sedang menenangkan nong Jew hanya tertawa melihat tingkah kedua putranya yang cemburu karena Team bermain dengan Toongngern seolah Toongngern akan merebut Papanya.

"Kenapa kalian posesif sekali sih? Sama seperti Hia saja" keluhku.
"Mereka benar-benar anakku, Hahahahah" tawa Hia.
"Kalau kalian memukul Toongngern nanti Toongngern sakit dan sedih, kalian harus minta maaf yaaa pada Toongngern, dan berjanji tidak akan memukul siapapun lagi?!" Ingatku.

Mereka hanya terdiam, masih sesenggukan. Setelah gelombang tangis mereda, kami membawa anak-anak ke kamarnya untuk tidur. Setelah menangis biasanya mereka akan tertidur dengan lelap.

Keesokan paginya, ditengah menyiapkan sarapan, aku melihat anak-anak terbangun, dengan Hia yang berjalan dibelakang mereka sembari menggendong nong Jew yang sepertinya belum benar-benar terbangun.

"Pagi, anak-anak" sapaku
"Pagi, Team" balas mereka dan mengecup pipiku bergiliran.
"Dimana Ongen, Team?" Tanya Thorn.
"Disana" jawabku sembari menunjuk Toongngern didepan televisi sedang menggigiti bola mainannya.

Mereka berlarian menghampiri Toongngern dan duduk didekatnya. Mengelus bulu-bulu kecoklatan Toongngern yang halus.

"Maafkan kami ya karena memukulmu kemarin" tutur Thi pada Toongngern.
"Kami tidak akan melakukannya lagi, dan kau boleh bermain dengan Team juga." Lanjut Thorn.

Aku dan Hia hanya saling memandang dan tersenyum penuh arti. Anak-anak kami tumbuh dengan hati yang hangat dan lugu. Membahagiakan rasanya.

—·—·—·—·—·—·—·—·—

Toongngern itu anjingnya Starlatiz (managementnya Prem)

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Toongngern itu anjingnya Starlatiz (managementnya Prem).
Anjingnya gemes-gemes rese hahaha

Ohya, selamat berpuasa juga buat kalian yang menjalankan~

Enjoy reading and see you

Looney
29/04/2020

The Swimmer Family (WinTeam Fanfiction)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora