009. Kaktus

1.9K 215 24
                                    

~ Team P.O.V ~

Sejak bertemu Hia dimasa kuliah dulu, aku memiliki hobby mengumpulkan kaktus-kaktus hias, dan berlangsung hingga saat ini. Sebelum menikah dan tinggal di rumah pribadi kami, aku terkadang menahan diri untuk membeli kaktus-kaktus yang kulihat dikarenakan lahan untukku menyimpan mereka sangat terbatas, terlebih lagi di condoku yang kecil. Namun setelah tinggal di rumah sendiri, hobby ku semakin menjadi bahkan tidak hanya kaktus yang aku pelihara, apalagi dengan Hia yang memang dengan sengaja membeli rumah dengan pekarangan yang sangat luas, cukup untuk aku membuat taman kecil dan juga arena bermain anak-anak. Hia terkadang mengejekku, ia bilang seharusnya aku beralih profesi dari pelatih renang menjadi florist. Melihat bagaimana rumah kami dipenuhi tanaman hias.

“Jangan lupa sebelum berangkat bekerja lihat apakah pintu dan semua jendela sudah terkunci. Juga semua peralatan elektronik dan kompor.” ingatku pada Hia yang hanya mengangguk malas.

“Tanamanku juga tolong disiram setiap pagi dan sore.” lanjutku yang kembali hanya dibalas dengan anggukan malas.

“Jangan seperti itu, aku dan anak-anak pergi hanya 3 hari, lagipula pekerjaan Hia tidak mungkin ditinggalkan” bujukku kemudian, melihat suamiku yang masih merajuk.

Aku dan ketiga anakku berencana akan pergi keluar kota, mengunjungi orangtuaku yang kebetulan memang sedang ada acara keluarga. Hia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena sedang banyak project besar yang harus ia selesaikan, dan akupun tidak mungkin meninggalkan anak-anak bersama Hia yang sedang sangat sibuk, jadi aku memutuskan membawa mereka, keluargapun memintaku untuk membawa ketiga anak nakal ini bersama. Dan berakhirlah dengan Hia yang merajuk karena harus ditinggalkan di rumah sendirian dan kesepian.

“Apa kau yakin tidak akan kerepotan membawa mereka bertiga?” tanya Hia ragu.

“Tidak. Aku sudah mengancam mereka untuk tidak nakal, setidaknya selama perjalanan. Iya kan anak-anak?” candaku.

Khaaaab~ kami tidak akan nakal, jadi Team tidak akan membuang kami dijalanan.” keluh si kembar

Aku hanya tertawa mendengarnya.

Hia mengantarkan kami sampai ke stasiun, membantuku membawa koper karena tanganku tidak cukup banyak untuk bisa mengawasi ketiga anak kami. Terkadang aku berpikir, apa yang ada di otak Hia, dengan tiga anak ini saja aku sudah sangat kewalahan, sedang Hia malah berkata ingin menambah lagi?

"Jangan lupa pesanku, khab" ingatku.

"Iya, hati-hati, kalau sudah sampai segera hubungi. Titipkan salamku untuk keluarga disana. Dan kalian anak-anak, jangan nakal oke? Kasihan Team kalau harus mengurus kenakalan kalian semua. Jadi kakak yang baik, oke?"

"OKE, KHAAABBB" jawab si kembar dengan mengangkat tangan mereka membentuk tanda hormat.

Dan kamipun mulai berjalan meninggalkan Hia dan Bangkok. Menuju kampung halamanku.

-------------------------------

"Team~" panggil seseorang dari kejauhan.

"Pho~" sapaku.

"Hai cucu-cucuku. Bagaimana perjalanan kalian?"

"Kakek kakek…. Kami capek, mau tidur" keluh si kembar.

(Aku gak tau bahasa Thainya kakek nenek apa, lagi mager searching pula wkwk)

"Kalau begitu ayo cepat ke mobil, nenek sudah membuatkan kalian banyak kue di rumah"

"Asiikkkkk, Thi mau"

"Thorn juga"

"Tentu saja. Ayo ayo"

Ayahku pun membantuku menggiring koper dan Thi, karena tanganku sendiri sudah cukup kewalahan menggendong Nong Jew yang tertidur dan Thorn.

Acara keluargapun berlangsung dengan lancar dan ramai. Si kembar dan nong Jew menjadi sasaran kegemasan anggota keluargaku. Mereka cukup sibuk bermain dengan yang lain sampai tidak ada waktu membuat keonaran yang tentu saja melegakan untukku. Setiap malam kami akan melakukan video call dengan Hia, anak-anak tidak terlalu biasa tanpa kehadiran ayahnya, begitupun denganku mungkin.

Dan tiga hari berlalu tanpa terasa. Kami sudah bersiap untuk kembali ke Bangkok, ayah dan ibu masih membujuk untuk tinggal beberapa hari lagi. Tapi aku tidak bisa meninggalkan Hia sendiri terlalu lama.

Sore itu kami kembali di Bangkok, aku duduk di ruang tunggu stasiun, menunggu Hia yang masih terjebak macet. Si kembar sudah kelelahan dan sangat mengantuk, mereka menyenderkan kepala mereka di tubuhku sembari menahan mata mereka terpejam yang sepertinya gagal dilakukan. Nong Jew pun sudah terlelap sejak tadi. Untunglah tidak lama setelah itu Hia tiba, ia membawa si kembar yang tertidur kedalam dekapannya, sedang aku menyeret koper dan menggendong Jew ditangan yang lainnya. Setibanya di rumah ku baringkan mereka di kamar masing-masing, membiarkan mereka terlelap melepas penat. Begitupun denganku, aku pun harus mulai terlelap, dalam dekapan Hia.

Dan esok paginya semua berjalan kembali normal. Anak-anak menonton kartun pagi mereka, dengan Hia menemani sambil membaca koran paginya.

"HIAAAAAAAAAAA~" Teriakku dari pekarangan rumah.

Derap langkah terburu-buru terdengar.

"Team, ada apa? Kenapa? Kau baik-baik saja?" Tanya Hia khawatir 

"KENAPA KAKTUSKU BANYAK YANG BUSUKKKK??? APA YANG HIA LAKUKAN PADA KAKTUSKU?" Amukku.

"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya melakukan yang kau suruh" sanggahnya.

"AKU TIDAK PERNAH MENYURUHMU MEMBUNUH KAKTUSKU"

"Aku tidak tahu, sungguh. Aku selalu menyiramnya pagi dan sore kok"

"KAKTUS TIDAK PERLU KAU SIRAM TIAP HARI"

"Tapikan kau yang bilang untuk menyiram setiap pagi dan sore"

"ITU UNTUK TANAMAN LAIN, KAKTUS TIDAK PERLU KAU SIRAM. AKU SUDAH MENEMPELKAN NOTE DI KULKAS, HIAAAAAA"

"Mmmpp, aku tidak membacanya. Maaf na Team"

"TIDAK ADA JATAH UNTUK WIN JUNIOR SELAMA SATU BULAN!!!!"

(Loo playing Demi Lovato - Solo. Wkwkwk)

"Jangan seperti itu, Team, sayang, suamiku, cintaku~ Teaaaammmm 😭"

------------------------------------------------
Aku gak tau kenapa WPku gak bisa attached foto mulu, kesyal.

Cerita ini sudah ada sejak kasus kaktus Boun yg mati karena keseringan disiram. Tapi aku lagi mager parah buat ngetik wkwkwk maapkeun yak

Happy reading~

Dan selamat ber-solo buat Hia Win selama sebulan wkwkwkwk

♥️ Looney
15/03/2020

The Swimmer Family (WinTeam Fanfiction)Where stories live. Discover now