07. Si mungil dan Perpustakaan

174 150 25
                                    

"Masih sakit banget?"

Valerie mengangguk, selain menahan malu akibat terjatuh dari kursi dan dilihat sejumlah penghuni perpustakaan, jujur saja, kaki, tangan dan pinggul gadis itu terasa sangat sakit saat ini.

Harusnya ia mendengarkan saat Fasha mengatakan untuk menunggunya, atau meminta bantuan orang lain saat mengambil buku yang berada di rak atas. Mengingat tinggi Valerie yang tidak seberapa, sekalipun ia menggunakan kursi atau tangga yang disediakan oleh perpustakaan, tetap saja tangannya tidak bisa menggapai rak atas.

"Tapi lo yakin ngga ada yang luka kan?" tanya Fasha memastikan. Pria itu jongkok di bawah, melihat lebih detail kaki gadis tersebut, memastikan tidak ada lecet sedikitpun.

Valerie yang duduk di atas kursi menggeleng, ia tidak menduga kejadian memalukan ini akan terjadi sekarang. Harga dirinya benar-benar terluka.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup Valerie di SMA, siswa peringkat satu dan dua tidak bersama dalam pembagian tugas kelompok.

Sebagai orang yang menjadi rekan kelompok si peringkat satu, yang terkenal sangat detail dalam setiap tugas, Valerie tidak ingin kehadirannya menjadi beban. Meskipun tidak bisa menyumbang kepintaran sebanyak Fasha, paling tidak ia bisa menyumbang lebih banyak tenaga dan usaha dalam tugas tersebut.

"Maaf ya, harusnya tadi gue ngga usah sok ngide mau ngerjain duluan." Valerie tertunduk lesu, ia tidak menyangka kalau niat baiknya justru semakin merepotkan Fasha.

Harusnya Fasha dan Dito berbaikan saja, memisahkan mereka dalam tugas kelompok bisa saja melahirkan bencana. Valerie yakin, selain ia yang menjadi rekan kelompok Fasha, siapapun yang menjadi rekan kelompok Dito pasti juga tengah tertekan.

Belum lagi mood lelaki itu yang sangat buruk sebab kacamatanya yang tadi dirusak Fasha. Karena masih merajuk perihal kacamata itulah, Dito selaku ketua kelas mengusulkan agar pembagian kelompok untuk pelajaran mereka di hari itu di acak oleh sang guru, alasan kenapa Dito dan Fasha yang selalu satu kelompok jadi terpisah.

Fasha tersenyum, kemudian mengusap pelan puncak kepala Valerie. "Jangan cemberut dong, harusnya gue yang minta maaf karna tadi malah nyari Melvin dulu buat benerin hp," ucapnya.

Sepertinya mengusap kepala orang lain sudah menjadi kebiasaan bagi Fasha. Dengan tubuh tingginya pemandangan yang sering Fasha dapati saat berbicara dengan orang lain adalah puncak kepala mereka, jadi tangannya sering secara otomatis bergerak tanpa Fasha sadari.

Tidak heran kenapa Fasha sempat hampir melakukan hal yang sama pada Aerin, terlebih jika orangnya adalah Aerin, Fasha tentu semakin sulit menahan diri untuk tidak melakukannya.

Fasha yang tadi berlutut di lantai kini beralih duduk di kursi sebelah Valerie. Meraih buku tulis milik gadis itu yang terbuka lebar di atas meja perpustakaan.

Topik yang harus mereka kerjakan tertulis rapi di sana, lengkap dengan poin-poin yang wajib ada dan sistematika penulisan yang harus diikuti.

Fasha terlihat berpikir sejenak, ia kurang tau cara berdiskusi dalam tugas kelompok, seumur-umur Fasha di SMA, rekan kelompoknya hanya Dito, dan mereka tidak pernah berdiskusi dalam tugas apapun.

Cukup bermain tebak-tebakan, dan yang kalah akan mengerjakan tugas dari awal hingga selesai.

Pernah sekali Fasha berada di satu kelompok yang anggotanya bukan hanya Dito, dan yang terjadi adalah mereka semua mengundurkan diri dan memilih untuk membuat kelompok baru, tanpa Fasha dan Dito tentunya.

Bukan rahasia lagi, kalau Dito adalah tipe orang yang tidak segan meninggalkan rekan jika ia rasa mereka hanya akan menjadi penghambat. Sedangkan Fasha adalah seorang pemikir cepat yang teliti dalam setiap pekerjaannya, sering kali tidak ada yang bisa memahami cara ia bekerja.

PrumessaWhere stories live. Discover now