QUALITY TIME?

8K 392 1
                                    

Sudah seminggu ini Mas Tama memperlakukanku dengan baik, meski terkadang memang beberapa sikapnya masih terlihat terpaksa. Aku juga mulai meresponnya, hanya saja kami masih tidur berbeda kamar. Selama seminggu ini juga, aku belum pernah melihat kehadiran Hanna lagi di sekitar kami. Semalam Mas Tama menawarkan untuk menemaniku belanja mingguan. Karena kebetulan bahan makanan sudah mulai habis, aku menyetujui tawarannya. Kapan lagi dia mengajakku keluar, kan?

Setelah salat magrib, aku memoleskan make-up natural. Menyesuaikan dengan balutan gamis hitam dan pashmina warna coklat susu yang kukenakan. Kudengar pintuku diketuk.

"Al? Lu masih lama?" tanyanya.

"Nggak," ucapku sedikit berteriak sambil menarik tas mini warna coklat dan bergegas menuju pintu.

Lelaki itu berdiri membelakangi pintu kamarku dengan setelan kaos warna hitam, celana panjang warna hitam, serta ditutup jaket warna coklat. Aku mematung. Kenapa kita seperti couple-an?

"Al, Ayo ..." Mas Tama berbalik badan, namun tak jadi melanjutkan ucapannya ketika melihatku, mungkin ia juga tak sadar mengapa outfit kita bisa samaan begini.

"Em, aku ganti baju saja ya, Mas." Aku membalikkan badan berniat untuk ganti baju, namun pergelangan tanganku dicekal olehnya.

"Sudah, nggak papa, ayo berangkat, keburu malam," ucapnya sembari menarik tanganku, dengan tergesa aku menutup pintu kamar dengan asal.

Berjalan sembari mengamati tanganku yang ditarik olehnya, ujung bibirku tiba-tiba tersungging sedikit. Semangat, Alya. Ini baru awal. Cepat atau lambat, Mas Tama akan luluh denganku, kan? Batinku berkata untuk sedikit memberi motivasi pada diriku.

"Kunci pintu ya, Al. Gue ambil mobil dulu. Lu tunggu di sini," ujarnya sembari melepas pegangan tangannya dan langsung memakai sandalnya kemudian sedikit berlari menuju lapangan kompleks.

Setelah mengunci rumah, aku memilih untuk mengenakan flat shoes berwarna coklat. Kemudian keluar menuju gerbang, mengunci gerbang rumah, dan menunggu Mas Tama di luar pagar. Lalu segera masuk ke dalam mobil saat Mas Tama sudah berada di depan ku.

***

Mas Tama membawaku ke mall besar yang agak jauh dari rumah kami. Setelah mendapatkan parkiran yang lumayan susah karena sekarang adalah malam minggu, aku melayangkan pertanyaan kepadanya. "Kenapa nggak ke mall yang deket rumah?"

Mas Tama mematikan mesin mobil. Melihatku yang sedang bertanya. "Gue lagi ingin nonton, lu lagi ingin film apa?"

Terkejut mendengar jawabannya. Aku membuka ponsel melihat jadwal film yang diputar di mall ini. "Sebentar, Mas."

Aku tak memiliki kesiapan untuk menonton film yang ingin kulihat, dengan sedikit tergesa aku berucap. "Ini saja ya, Mas." Ku perlihatkan padanya sebuah poster film yang menurutku itu adalah film romansa.

"Oke," jawabnya singkat.

Kami keluar dari mobil dan memilih untuk menuju bioskop terlebih dahulu memesan tiket film. Kebetulan sekali film akan segera diputar lima belas menit lagi dan kita kebagian duduk di tengah seat. Dengan sedikit tergesa, Mas Tama membeli dua paket popcorn dan minum untuk kami.

Sepanjang film, yang kulihat hanyalah Mas Tama yang lebih sering bermain ponsel daripada menonton film, padahal dia ingin sekali nonton tadi. Harusnya aku tadi tidak memilih film, biarkan saja dia yang menetukan. Samar-samar kulihat ada emot love yang dia kirim. Perasaanku berubah. Film yang menunjukkan alur kisah cinta yang berakhir bahagia hanya menyisakan kesedihan di hatiku. Mas Tama bukan benar-benar ingin menerimaku, ia hanya sekadar formalitas. Namun aku bertekad, akan tetap bersikap biasa saja dan berpura-pura bahwa aku tak mengetahui apapun yang sedang ia lakukan.

"Laper, nggak?" tanyanya saat film sudah selesai.

Sebuah senyuman yang sedikit kupaksakan. "Sedikit. Makan yok. Mas Tama yang pilih tapi, takutnya nggak enak malah nggak dinikmati kayak film ini."

Dia tertegun. "Eh, maaf. Tadi ada sedikit kerjaan."

Aku tersenyum. Kami berjalan keluar bioskop. Aku mengikutinya yang memilih menuju ke restoran sushi. Meski tak begitu suka, aku masih bisa menerima makanan itu. Sepertinya Mas Tama lupa kalau aku tak begitu suka sushi, mungkin kebiasaan dulu keluar sama Hanna sering makan sushi, kan?

Kami makan dalam diam. Tanpa ucapan yang terlontar dari mulut kami. Tangan dan matanya juga tak lepas dari ponsel yang selalu dia genggam. Hanna masih menghubunginya, kah?

"Aku ke toilet dulu, Al," ujarnya sambil berdiri. Meninggalkan ponselnya di atas meja. Layarnya berkedip, terlihat sebuah pesan masuk dari "honey" yang diikuti emot love. Isi pesannya dapat kulihat dari notifikasi di home screen-nya.

'Kamu masih lama sama wanita itu, Prat?'

Aku mengabaikan pesan itu. Kemudian ada pesan masuk lagi.

'Prat sayang, kamu kok nggak bales?'

'Prat, kamu ditahan sama istri kegatelan itu ya'

'Kayaknya istrimu itu selingkuh deh sama dokternya'

'Ceraiin saja, nanti kita nikah'

'Sayaaanggg'

'Jawab dong'

'Aku ngambek ini'

Ponsel Mas Tama dirundung pesan oleh wanita itu. Aku yang wanita saja merasa jijik dengan sikapnya yang seperti itu, masa Mas Tama biasa saja menghadapi wanita seperti itu? Mas Tama kembali saat ponselnya masih dalam keadaan menyala. Aku berpura-pura tidak melihatnya, namun sepertinya ia yakin aku melihat pesan yang masuk ke ponselnya itu.

"Eh, Al ..."

Aku memotong ucapannya. "Mas, yok belanja sekarang. Keburu malam. Portal kompleks kan ditutup jam sepuluh."

Mas Tama hanya mengangguk dan menuruti keinginanku. Dia bahkan membawakan troli belanjaan demi menebus kesalahannya mungkin. Rela mengikutiku yang memutari seluruh rak supermarket di mall tersebut, meski beberapa kali kulihat dia mulai lelah.

Kemarin Delia mengirimiku pesan, katanya kalau ingin membuat Mas Tama semakin penasaran dengan perasaanku padanya, buat seakan aku cuek dengan apa yang dilakukannya ketika itu menyangkut dengan Hanna. Buat diriku seakan tak peduli apa yang dia lakukan bersama Hanna. Dia pasti akan merasa ada sesuatu yang hilang darinya. Hingga pada akhirnya dia akan mencarinya dariku. Mencari hal yang mungkin tak dia dapatkan dari Hanna.

Dan kali ini, aku mengikuti apa yang Delia sarankan. Semoga saranmu berhasil ya, Del.

Pengantin Pengganti [TAMAT]Where stories live. Discover now