07. Restu mantan

139 22 1
                                    

.

.

.

Entah kenapa Jason semakin posesif padanya, sejak Pentas Seni pada malam itu. Maxio sedikit bingung. Tapi, bukankah ini bagus?

Seperti sekarang. Jason terang-terangan menggandeng tangannya di lorong sekolah. Mengundang bisikan dari siswa-siswi yang ada di sana.

"Aku nggak tau kalau Kak Max udah punya pacar."

Tiba-tiba bisikan mereka terdengar di telinga Jason. Membuat pria manis itu tersenyum bangga.

"Apa Kak Jason pacarnya?"

'Oh, jelas. Lo gak liat nih tangan gue sama dia gandengan?' Batinnya sombong.

"Aku iriii.."

'Jelas bosss, yang bisa dapetin Maxio cuma gue.' Lihat pria ini, semakin besar kepala.

"Tapi bukannya Kak Jason pacaran dengan siswi SMA sebrang?"

Langkah mereka terhenti membuat Maxio menatapnya. Jason baru teringat akan gadisnya yang semalam ia tinggal.

"Kalau aku mengenal Kak Max lebih dulu, aku pasti sudah mengejarnya. Huwaaa kenapa dia baru muncul kemarin?? Huhuhu.."

Kakinya melangkah mendekati siswi-siswi itu. "Gue udah putus sama Rin. Jadi jangan ungkit-ungkit dia lagi di sekolah ini. Dan ingat, pacar gue cuma Max!"

Maxio yang mendengar semuanya merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Inikah yang namanya cinta?

Tubuhnya tertarik kuat. Hampir tak bisa mengimbangi Jason. "Gue kesel!"

Mereka berhenti di salah satu bangku yang tersedia. Lihatlah sekarang, Jason terlihat sangat menggemaskan. Duduk dengan melipat tangan di dada serta mengerucutkan bibirnya. Manis sekali!

Kesal kenapa?

Maxio menyodorkan notebook-nya. "Gue kesel.. ah gak tau. Max, ajarin gue bahasa isyarat! Gue juga gak mau kalah sama Hadi."

Mata tampan itu membulat. Hei, hei.. ini memang yang dia inginkan. Tapi kenapa.. tiba-tiba? Terasa aneh.

Kamu yakin? Ini susah loh

"Yakin gak yakin. Hadi aja bisa, masa gue nggak?"

Kemudian pria tampan itu menggenggam kedua tangan Jason. Jari-jari mereka saling bertaut dengan mata yang saling menyatu.

Degupan jantung Jason semakin meningkat. Pipinya entah kenapa tiba-tiba merona ketika melihat senyum tampan dari Maxio.

.

.

.

"Jelaskan!"

Nyalinya menciut ketika Sang Kekasih membentaknya. "Maksud kamu apa tiba-tiba bilang kalau kita udah putus?"

"E-enggak gitu, sayang.. aku.."

Matanya tak berani menatap Katharina. Sungguh, ia masih bingung memilih antara gadis itu atau Maxio. "Jawab, Jason!"

"Aku tadi asal ngomong aja. Iya! Asal ngomong." Bibir itu semakin terkatup ketika melihat ekspresi Katharina yang sangat marah.

"Oh, asal ngomong. Trus ini apa? Kamu bilang pacar kamu cuma Kak Max? Bukannya dia sepupu kamu?"

Darimana gadis itu tahu semuanya? Jangan bilang orang-orang tadi mengenal Katharina? "Itu bohong! Aku cuma nyelametin Max aja. Dia tadi mau di serbu. Kan kasian sayang. Mana Max gak bisa ngomong."

"Dipertemuan awal, aku kira Kak Max gak suka sama aku. Makanya dia gak mau ngomong. Tapi ternyata aku baru tau kalau dia tunawicara. Kenapa kamu bohong, Jason?"

Habis sudah. Sekarang ia harus berkata apalagi? "Kamu.. marah?"

"IYA! Aku marah banget!" Bentakan gadis itu semakin meninggi.

Katharina merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Aku marah sama kamu karena udah mainin perasaan orang baik kayak dia."

Hah? Apa? Jason menatapnya bingung. "Kamu tuh jahat banget Jason!! Kesel aku liatnya. Kalau kamu suka sama dia, kamu harus putusin aku. Jangan maruk mau keduanya."

Tunggu dulu.. apa ini? "Maksud kamu?" Katharina tiba-tiba tertawa melihat ekspresi bodoh dari Jason. "Bodoh banget. Kejar dia! Kamu udah dapetin hatinya, kamu pasti bisa lebih deket sama dia. Aku dukung kalian."

Pemuda itu tiba-tiba berdiri dari kursinya. Menatap Katharina dengan pandangan 'Kamu yakin?'

"Kalian itu gemes tau nggak? Dari awal aku liat, mata Kak Max cuma mandang ke arah kamu. Aku bisa liat tatapan cinta dari dia. Sampaikan sama Kak Max, aku minta maaf udah nyakitin hati dia karena mesra-mesraan sama kamu. Hehehe, aku cuma pengen liat dia cemburu aja. GEMESSS! KYAAA."

Perlahan Jason tersenyum dan memeluk mantan kekasihnya. "Makasih! Makasih Rin! Aku gak tau kamu sebaik ini. Maaf, udah nyakitin kamu juga.."

"Apaan sih, santai aja. Gih samperin dia." Gadis itu tersenyum menatap kepergian Jason. Seharusnya ia merasakan sakit, namun anehnya Katharina merasa senang. Apalagi setelah tahu penyebab putusnya mereka. "Untung orang itu Kak Max. Kalau orang lain, udah aku jambak sampai botak."

.

.

.

Tampak dua orang pemuda sedang berada di taman sekolah. Salah satu dari mereka terlihat frustasi. "Max.. susah banget." Bibirnya melengkung ke bawah.

Sedangkan si pemuda tampan hanya bisa tertawa melihatnya. Kemudian pria itu mengusak rambut Jason dengan lembut.

Jangan dipaksa. Pelan-pelan aja, sayang. Nanti bakalan paham sendiri. Nih, aku kasih tau gerakan yang harus kamu hapal

Dengan seksama Jason memperhatikan Maxio yang bergerak pelan. "Ulang! Ulang!" Perlahan tapi pasti, pemuda manis itu mengikutinya.

"Wuish, Max gue bisa. Emang artinya apaan?"

Maxio tersenyum simpul kemudia menulis beberapa kata di notebook-nya.

Artinya "aku ganteng"

"Aduh, ada yang lagi pacaran nih." Yang namanya berduaan selalu ada orang ketiga, bukan? Hadi yang tidak tahu dari mana, tiba-tiba muncul dihadapan mereka.

"Dih, ganggu aja lo. Eh, pas banget lo ada disini. Gue mau pamer kalau gue juga bisa bahasa isyarat!" Hadi menatapnya malas. Lihatlah wajah Jason, seperti ingin dipukuli.

"Palingan cuma tau beberapa." Ujarnya remeh.

"Namanya juga baru belajar! Nih, gue liatin." Ia mencontohkan gerakan yang Maxio ajari. Seketik gelak tawa keluar dari bibir Hadi. Begitu pula Maxio, sayangnya tidak ada suara.

"Iya, iya. Gue tau lo cantik. Pfft!" Hadi dan Maxio saling bertatapan dan terkikik kecil. "Loh! Katanya itu artinya ganteng? Gimana sih!"

Tak kuat menahan rasa geli, Hadi sampai terduduk di atas rumput. "HAHHAHAH! Mau aja lo dikibulin sama Max. Itu artinya cantik, bukan ganteng."

"MAX!!!"

.

.

.

TBC.

GenuineWhere stories live. Discover now