03. First kiss

118 21 0
                                    

.

.

.

"Pakai seat belt nya." Ujarnya sambil memasangkan seatbelt kepada Maxio.

Hawa panas sedikit menyeruak. Jason berdehem ketika menyadari jarak mereka yang sangat dekat. Sedikit menjauh dan menjalankan mobil dengan tenang.

Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Maxio memilih untuk melihat ke arah jendela. Tak lama mobil mereka menepi di salah satu supermarket. Si tampan menarik pelan baju Jason.

Kamu mau beli apa?

Alis Jason sedikit terangkat. Ia juga masih bingung ingin membeli apa. "Lo pandai bikin kue?"

Pemuda tampan itu mengerutkan dahinya dan mengangguk ragu. "Bagus, ayo beli bahan-bahannya."

Mereka menghabiskan waktu dengan berbelanja. Cukup banyak membuat Maxio bingung semua ini mau Jason apakan?

"Gue mau bayar, lo tunggu aja di mobil."

Maxio menggeleng pelan. Kemudian ia mengeluarkan notebook nya seperti biasa.

Aku aja yang bayar

"Bener gapapa? Makasih, Max."

.

.

.

Sesi membuat kue pun dimulai. Berawal dari Jason yang bersin karena terkena tepung, hingga saling mencolek mentega.

Rasanya cukup menyenangkan. Maxio merasa bahagia. Apakah Jason juga merasakannya?

"Sekarang apa?" Ia menatap bingung Sang Kekasih.

Masukkan adonannya ke loyang, baru nanti masukkan ke dalam oven. Nanti aku atur suhu sama waktunya

Si manis manggut-manggut kemudian menuruti Maxio. Sungguh menggemaskan.

Selagi menunggu kue matang, mereka mulai membereskan kekacauan yang terjadi. Errr.. cukup kotor.

Tak lama kue pun matang. Mereka mulai menghiasinya dengan berbagai macam toping.

Untuk sentuhan terakhir, Jason menggambar sebuah hati di pinggirnya. Pria manis itu tersenyum lebar. "Selesai! Cape banget gue."

Setelah bersih dan menghias kue, Jason memilih untuk duduk di sofa dan diikuti Maxio. Jason merasakan seseorang yang ada disebelah sedang menatapnya.

"Apa?"

Maxio tersenyum simpul.

Kamu manis

"Hah? Apa? Tulis coba. Gue gak paham bahasa isyarat." Kerutnya bingung. Sedangkan Sang lawan bicara hanya tertawa.

Kamu cantik. Cantikkk banget. Aku makin jatuh cinta sama kamu

"Apa sih, Max? Gue tampol lo ya? Gue bilang tulis." Terlihat ekspresi marah Jason yang sangat menggemaskan. "Awas lo, malah makin ngakak."

Gak mau kasih tau wlee

Akhirnya pemuda tampan itu menulis sesuatu. Dan.. itu membuat Jason sangat amat kesal.

"Lo- ah Max, males gue. Ngambek! Jangan sentuh-sentuh!" Si manis Jason membelakangi Maxio.

Ah, lucu sekali. Ia belum pernah melihat sisi menggemaskan Jason seperti ini. Sedikit ia colek pinggang sang kekasih. Namun, Jason seperti anak anjing yang menyalaknya.

"Dibilang jangan sentuh!"

Muncul ide jahil dari otak Maxio. Ia sedikit menjauh dari Jason, memasang posisi ancang-ancang dan menggelitiknya. "MAX!!!"

Terjadilah aksi kejar-kejaran seperti di drama India. Tawa pun meledak dari bibir Jason. Ah, sepertinya ia juga menikmatinya.

"Udah, gue cape Max.."

Mereka duduk kembali di sofa, namun terasa sedikit berbeda. Jarak wajah mereka sangat dekat. Semakin dekat, hingga bibir itu saling menempel.

Maxio dapat merasakan manis bercampur asam pada bibir Sang Kekasih. Seperti nano-nano, batinnya. Ciuman itu semakin dalam, terasa lembut tanpa nafsu.

Ting!

Suara notifikasi cukup mengejutkan mereka. Kalang kabut Jason tersadar. Pemuda itu segera mengecek ponselnya. Tak lama sebuah senyum timbul dari bibir manis itu.

Kaki jenjangnya mulai melangkah pergi, meninggalkan Maxio yang kebingungan. Mau memanggil nama Jason pun, ia tak bisa. Kali ini Maxio sedikit menyesali kekurangan yang ia miliki.

"Eits, jangan mengintip. Maju sedikit lagi, sedikit lagi. Nah! Happy Birthday sayang." Jason membuka tangannya yang berada di mata Katharina.

Gadis cantik itu terkejut dan terharu melihat kejutan dari Sang Kekasih. "Kamu yang buat semua ini?" Mereka saling menatap, terlihat serasi.

"Nggak semua, dibantu sama Max." Ternyata ia masih mengingat ada orang lain di rumah ini. "Kak Max! Makasih banget, aku suka! Ayo kita makan kue nya sama-sama." Katharina menarik Maxio dan Jason ke meja makan.

Jason menyalakan api pada lilin kecil di atas kue. "Nah, hari ini, hari ulangtahun aku yang paliiing bahagia. Karena bisa ngerayain bareng kalian! Semoga kita bisa bersama selamanya!" Api itu terhembus.

Maxio bisa melihat sendiri betapa mesranya mereka. Hatinya berdenyut sakit. Matanya memanas, namun ia memaksakan diri untuk tetap tersenyum.

'Padahal itu adalah ciuman pertamaku..' Batin Maxio. Maaf Max, sepertinya ciuman tadi tak berarti apapun bagi Jason.

.

.

.

TBC.

GenuineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang