06. Pentas Seni

136 19 2
                                    

.

.

.

Setiap sekolah pasti mengadakan pentas seni, bukan? Acara ini sangat ditunggu-tunggu para siswa berbakat. Mereka tak sabar ingin menunjukkan penampilan yang memukau.

"A.. a.. aaa.." Seperti siswa yang satu ini. Ia sedang melatih suaranya agar tetap stabil.

"Vokalis kita cakep banget. Ntar nampil sama siapa, Di?" Raju merangkul bahunya.

Pemuda itu tersenyum simpul. "Ada deh, lo bakal kaget ntar."

"Heleh, memangnya bakal sekaget apa gue?"

Pria yang kerap disapa Hadi itu menyisir rambutnya ke belakang. "Kepo banget manusia kerdil ini. Udah sono pergi, gue mau fokus latihan."

"Yaelah, yaudah. Semangat, bro. Jangan malu, soalnya biasanya lo malu-maluin." Raju segera menjauh dari Hadi sebelum pukulan itu mendarat di tubuhnya.

.

.

.

Pentas kali ini sedikit berbeda, karena para siswa dapat mengundang siapapun yang mereka sayangi. Mau itu orangtua, saudara, maupun kekasih. Ini memberikan Jason kesempatan untuk mengundang salah satu kekasihnya.

"Ayo, sayang." Ujar Jason memberikan tangannya.

Katharina menyambut tangan itu dengan senang hati. "Kamu nggak berangkat sama Kak Max lagi?" Oh ayolah, kenapa tiba-tiba gadis itu membahas orang lain?

"Gausah bahas dia. Sekarang fokus aja sama kita." Yah, itu cukup membuat mood Jason turun. Tak mau berlama-lama, mereka segera menempati kursi di depan yang masih kosong.

"Untung masih ada yang kosong ya, sayang?" Gadis itu menatapnya sambil tersenyum. "Kamu benar. Kita nggak perlu susah-susah buat liat penampilan hari ini."

Tirai pentas pun dibuka. Sorak-sorai mendominasi Pentas pada malam ini.

"Baik, terimakasih atas kesempatannya. Terimakasih juga untuk para hadirin yang manis dan tampan karena mau meluangkan waktu untuk hadir. Saya Jamal sebagai pembawa acara yang akan menemani kalian pada malam ini. Udah gak sabar belum, buat liat penampilan dari para siswa berbakat?" Tampak seorang pemuda tampan yang sepertinya digilai hampir semua orang yang hadir.

Pentas berjalan dengan lancar. Beberapa penampilan seperti parody, dance, dan band begitu memukau para tamu.

"Sayang, liat! Keren banget. Aaa.. aku jadi pengen pindah ke sekolah kamu."

Jason tersenyum miring. "Aku lebih keren." Sang kekasih memukuli bahunya pelan.

"Baiklah, telah sampai kita di penghujung acara. Ah.. jangan bersedih, sebab kami akan memberikan satu penampilan spesial untuk anda semua! Yang masih semangat, mana suaranya!!" Dahi Jason mengerut. Ia rasa tidak ada penampilan spesial. Ataukah ia salah dengar?

"Ah, kurang keras. Mana suaranya!!!"

Jamal tersenyum puas. Ia sedikit menepi dan mengarahkan mic pada bibirnya. "Inilah penampilan terakhir dari kami, semoga anda semua terhibur!"

Teriakan mereka semakin nyaring ketika melihat sosok  dibalik tirai. "A-apa..?" Jason menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Flashback on

Terlihat seorang pemuda sedang berlari mencari sesuatu. Ah, lebih tepatnya seseorang. Pemuda itu kesana-kemari, namun tak menemukan orang yang ia cari.

Sempat kebingungan, akhirnya tepukan seseorang menyelamatkannya. "Ngapain, Max?"

GenuineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang