Chapter 1 - Isaac Daniel

5 1 0
                                        

Beberapa bangunan hancur, banyak asap yang mengepul di udara membuat suasana di kota yang terkenal akan wilayah yang cukup terik pun semakin mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa bangunan hancur, banyak asap yang mengepul di udara membuat suasana di kota yang terkenal akan wilayah yang cukup terik pun semakin mencekam. Sekitar beberapa menit yang lalu telah terjadi kericuhan antara warga sipil Libernon dengan tentara Isgriel. Hal tersebut membuat pasukan khusus Isgriel atas perintah komandan mereka untuk melayangkan beberapa bom yang memiliki kekuatan kecil untuk menghentikan aksi brutal dari warga sipil Libernon.

Diantara asap yang mengepul terdapat pria yang kini tengah memberikan perintah untuk para warga sipil Libernon untuk segera mengakhiri aksi mereka. Dilihatnya beberapa warga sipil yang terluka pria tersebut menghela napas pelan dengan suara lantangnya Ia akan menyuruh para rekannya untuk melayangkan bom ancaman kembali.

Sontak para warga sipil mulai ketakutan ditambah aura tentara dihadapnya saat ini sangat kuat, tampan namun menyeramkan itulah yang ada dipikiran mereka. Dengan segera warga sipil tersebut berbondong-bondong berlari mencari tempat persembunyian dan sebagian membantu para temannya yang terluka terkena pukulan dari beberapa tentara Negara Isgriel yang berjaga.

"Kolonel Daniel, Apakah Anda baik-baik saja?"

Pria bertubuh tegap itu pun mengangguk, memberi tahu jika Ia baik-baik saja.

"Sepertinya masih ada gencatan senjata di bagian timur, Kolonel"

"Apakah di dalangi oleh pemimpin Distrik Timur?" Tanya pria itu

Lelaki dengan menggunakan penutup diseluruh mukanya mengangguk, lalu memberikan selembar kertas kepada pria dihadapannya yang merupakan ketua dari pasukan khusus, Isaac Daniel.

"Aku akan menanganinya, kau berjagalah disini. Segera lapor jika ada hal yang mengganjal"

Dengan membawa pistol yang disematkan di pinggangnya, Isaac Daniel segera menuju ke Distrik Timur dengan mengendarai mobil milik pasukan khusus. Dalam perjalanan diliriknya beberapa orang yang bersembunyi karena melihat mobil yang dikendarai olehnya.

Distrik Barat merupakan daerah yang dulunya merupakan wilayah negaranya, Isgriel. Namun ketika tanda tangan surat perjanjian melalui PBB Negara Libernon oleh pemimpinnya dahulu diduga melakukan pemalsuan data dan melakukan kebohongan sehingga wilayah Distrik Barat yaitu kota Gherse menjadi milik Negara Libernon yang sah. Hal tersebutlah yang memicu dirinya berada di Negara Libernon saat ini.

Sesampainya di Distrik Timur, Isaac Daniel menghentikan mobil yang dikendarainya. Dibukanya kacamata yang kini tengah dipakainya.

"Aku ingin menemui, Abadard"

"Tuan Abadard tidak mengizinkan musuh mendatanginya"

Daniel tersenyum sinis lalu menoleh ke kanan mengambil lipatan surat yang berada di saku celana.

"Berikan kepadanya"

Setelah mengatakan hal tersebut Daniel membalikkan tubuhnya keluar dari perkarangan rumah dinas milik pemimpin Distrik Timur itu sambil menyalakan rekaman suara yang sudah diperolehnya.

***
Setelah kepergiannya menuju rumah dinas Distrik Timur, Isaac Daniel memutuskan untuk menemui Komandan Petrus di markasnya untuk melaporkan mengenai bentrok yang terjadi di Distrik Barat.

Semua orang yang melihat kedatangannya pun memberi hormat, dan dibalas anggukan olehnya.

"Apa terjadi sesuatu?"

Sebelum menjawab pertanyaan atasannya. Isaac Daniel pun memberi hormat dan dibalas anggukan oleh Komandan Petrus.

"Warga sipil di Distrik Barat tidak mau untuk berpindah tempat. Mereka tetao kekeh mempertahankan kediaman mereka"

Komandan Petrus sedikit menajamkan matanya. Mengusap pelan dagunya.

"Para petinggi kita sudah tidak sabar untuk merebut kembali wilayah itu"

Isaac Daniel menatap intens atasannya saat ini yang tengah membaca beberapa laporan di meja dan terdapat beberapa monitor yang memantau pergerakan setiap orang di wilayah yang akan diambil alih kembali oleh negaranya.

"Mr. Ostraf sudah beberapa kali mengancam jika kita tidak bisa mengatasi ini semua, maka dia akan bertindak sendiri dengan bantuan negara sekutunya"

Kini sorot mata Komandan Petrus menyorot kearah anak buah kebanggaannya.

"Aku percayakan ini kepadamu, buat mereka pindah dari sana sebelum Mr. Ostraf bertindak dan akan sangat menyulitkan kita"

Isaac Daniel mengangguk mengerti lalu memberi hormat untuk pergi ke markas miliknya menyusun beberapa strategi.

"Besok putriku, Catherine akan ditugaskan kemari. Dia akan sedikit membantumu membujuk para warga sipil di Distrik Barat" ungkap Komandan Petrus.

Isaac Daniel pun keluar dari tenda markas dan melihat rekannya Pedro sudah menunggunya di depan mobil dinas.

"Kau disini?"

Pedro mengangguk, lalu menangkap kunci mobil yang sudah dilemparkan oleh Isaac Daniel.

"Komandan memanggilku untuk mengatasi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Rolies"

"Seharusnya itu bukan urusan kita, dia berkewarganegaan asing"

Pedro mengedikkan kedua bahunya.

"Aku hanya menjalankan perintah" ujar Pedro singkat lalu membuka pintu mobil dan mulai menyalakan mobilnya, menuju ke markas mereka yang berada di Distrik Barat.

****
To be continue . . . .

PPPPP TES OMBAKK . . .

PROJECT RAMADHAN AKU AKHIRNYA PUBLISH!! SEMOGA SUKA YAA

(CERITANYA INI SHORT YA JADI CUMAN BEBERAPA CHAPTER AJA HEHE SOALNYA EMANG KHUSUS EDISI RAMADHAN -/+ 30 CHAPTER DENGAN DURASI YANG SINGKAT PER CHAPTERNYA)

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA BWESTIE . . .

See u next chapter . . .


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Different for usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang