10. Halo, Orang Baru

152 20 3
                                    

Kaku. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan Jisoo saat ini. Ia kenal betul siapa Seungcheol dan apa peran laki-laki yang dimasa ini berumur 22 tahun itu. Ia hanya tak menyangka bahwa sebenarnya dia sudah mengenal Seungcheol sejak berumur 17 tahun.

"Jabat tangannya, Shua." Titah dari Jihoon membuat Jisoo tersadar, dengan segera dijabatnya tangan Seungcheol yang sedari tadi mengambang. Laki-laki di hadapannya masih setia mengumbar senyum manis.

"Halo... Kak Seungcheol. Aku Hong Jisoo, bisa dipanggil Jisoo atau Joshua," ujar Jisoo, memperkenalkan diri secara seadanya. Dari suaranya pun ketara sekali bahwa Jisoo tidak merasa nyaman di dalam situasi itu.

Di masa depan, Jisoo terbiasa memanggil Seungcheol dengan sebutan Cheol. Tak enak jika dia memanggil Seungcheol dengan sebutan itu disaat mereka baru saja berkenalan.

Tiba-tiba, laki-laki di hadapannya ini terkekeh. Dia terkekeh namun kesan dewasanya masih melekat, membuat Jisoo kebingungan. "Kenapa, Kak?" tanya Jisoo bingung. Entah apa yang salah dari wajahnya, pakaiannya, atau apapun itu sampai-sampai Seungcheol terkekeh.

"Maaf, tapi saya merasa lucu saja. Terakhir kali saya dipanggil Kakak itu tahun 2015, pas masih jadi mahasiswa semester 6," jelas Seungcheol, memberhentikan kekehannya. "Kalau tidak nyaman, bisa panggil Seungcheol saja," tambahnya, memberikan alternatif yang sekiranya dibutuhkan.

"Ah, iya," jawab Jisoo, gugup. Jabatannya dilepas, kepala Jisoo menoleh, menatap arah lain selain mata Seungcheol. "Pa, aku pergi sama Seungkwan dulu, ya?" izin Jisoo, menggulirkan tatapannya memandang Jihoon.

Saat Jihoon hampir mengoceh, dia bersitatap dengan Seungkwan yang berada di belakang Jisoo. Seungkwan tersenyum kecil, menyapa dirinya. Demi menjaga wibawa, Jihoon angguki, mengizinkan anaknya pergi. "Hati-hati," pesan Jihoon singkat.

Jisoo tarik tangan Seungkwan keluar, berjalan beriringan menuju gerbang komplek. Jisoo mendadak merasa kepalanya pusing. Kini, ia merasa tak berhak untuk Seokmin. Seokmin maupun Seungcheol terlalu baik untuk dirinya.

Bagi Jisoo, dia menjalani hubungan awkward dengan Seungcheol. Hubungan kaku, sekaku kanebo kering. Setelah Jisoo pikir-pikir lagi, itu tidak benar. Yang membuat hubungan mereka kaku adalah Jisoo sendiri.

Jisoo tak bisa lepas dari masa lalu, selalu saja terputar kenangannya bersama Seokmin. Namun, Seungcheol selalu sabar. Dia paham saat Jisoo tidak mau berbicara kepadanya. Dia paham saat Jisoo menolak ajakannya untuk makan malam. Dia paham kenapa Jisoo tak bisa lepas dari masa lalu. Dia dengan sabar menunggu Jisoo. Sayangnya, Jisoo koma dan jiwanya kembali ke masa lalu.

Seungcheol jauh terlalu baik untuk dirinya yang jatuh cinta teramat dalam pada Seokmin.

"Dia baik kayaknya, Soo," ucap Seungkwan, membuka percakapan. "Dia kayaknya orang yang lembut. Dia dewasa," sambung Seungkwan. Matanya terpejam, menikmati angin yang berhembus.

Seungkwan tidak memiliki maksud lebih. Pula dia tidak meminta Jisoo untuk memilih Seungcheol. Seungkwan hanya berniat memuji, karena Seungkwan memang benar-benar menemukan sifat gentle dalam diri Seungcheol.

Dalam kedamaian sore hari, angin yang berhembus menerbangkan percakapan Seungkwan. Mereka tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Seungkwan memikirkan tentang Seungcheol, sementara Jisoo tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Aku jahat, ya?" Di dalam keheningan, secara mendadak Jisoo berkata seperti itu. Sontak, mata Seungkwan terbuka lebar.

"Maksudnya?"

Jisoo diam, tak berniat menjawab. Jisoo biarkan kebingungan Seungkwan dibawa angin. Kenapa pula Jisoo bertanya seperti itu secara mendadak? Sayangnya, Seungkwan tak bisa mendapatkan jawabannya karena mereka sudah bertatap mata dengan Seokmin secara langsung.

[✓] Lost Memories | SeokSooWhere stories live. Discover now