Bab 19. Good Well Soon

Comincia dall'inizio
                                    

"Aku mencintaimu Bella."

"Aku juga mencintaimu."

"Apa? Coba ulangi lagi."

"Aku mencintaimu, Alex."

"Oh My God, thanks!" Alex tersenyum sumringah mendengar ucapan cinta yang tak diduga itu.

Akhirnya setelah penantian cukup lama, ia berhasil membuat Bella jatuh cinta. Mereka berpelukan erat. Bella memejamkan mata menikmati dekapan hangat itu. Tak puas sampai disitu, Alex kembali tersenyum nakal. Bella mengangguk paham, ia begitu semangat melayani calon suaminya itu sampai puas.

                            ***

Ketika mereka sedang terlelap di ranjang dalam posisi saling berpelukan, Bella kedinginan. Ia membuka mata lalu melirik ke arah jam dinding. Masih pukul 12 malam. Badannya mendadak panas, ia hendak turun dari tempat tidur secara perlahan untuk mengambil segelas air putih. Kerongkongannya terasa kering dan sakit.

Tangan Alex menindih perutnya. Perlahan ia menurunkan tangan kekar itu, tapi tiba-tiba Alex membuka mata.

"Honey, badanmu panas sekali."

Alex langsung terjaga. Ia memeriksa kening Bella dengan menempelkan punggung tangan.

"Aku haus."

"Tunggu sebentar, biar aku yang ambilkan obat dan air." Alex segera turun dari tempat tidur.

Ia berjalan menuju lemari penyimpanan obat dan mencari Paracetamol.

Wajah Bella kelihatan pucat. Bibirnya pecah-pecah. Sambil mengeratkan selimut ditubuhnya, Bella tersenyum tipis melihat kesigapan sang calon suami yang tampak begitu khawatir dengan keadaannya.

"Ini, minumlah."

Alex menyerahkan sebutir Paracetamol dan segelas air putih. Bella mengangguk lalu meminumnya.

"Jam berapa ini?"

"Masih jam 12 malam."

"Kita ke rumah sakit sekarang, aku tidak mau terjadi sesuatu kepadamu."

"Tidak usah, aku baik-baik saja."

"Kau sedang sakit honey. Badanmu panas tinggi. Kenapa kau tidak mau diajak ke rumah sakit?" Alex tampak jengkel, matanya menajam seperti mata elang.

"Aku tidak mau dirawat di rumah sakit. Lagipula ini hanya demam biasa sayang."

Alex terdiam tampak menimbang-nimbang, lalu mengangguk.

"Baiklah kalau itu keinginanmu. Tapi kau harus banyak beristirahat. Pagi ini aku akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu." Tatapan Alex perlahan melembut.

"Thanks."

"Sama-sama honey, aku akan mengompres tubuhmu dengan air hangat." Setelah mengatakan itu, Alex turun dari ranjang kemudian berjalan keluar dari kamar.

"Aku sangat beruntung memiliki pasangan sepertimu," gumam Bella sambil tersenyum menatap langit-langit kamar.

Alex kembali membawa sebuah termometer dan handuk beserta baskom.

"Aku ingin memeriksa suhu tubuhmu."

"Silakan, dokter tampan."

Mendengar itu, Alex tersenyum lebar. Ia meletakkan termometer di ketiak Bella. Sambil menunggu, ia merendam handuk kecil ke dalam baskom yang berisi air hangat.

Hasil termometer menunjukkan suhu tubuh Bella yang berada di angka 39,3 derajat Celcius.

"Honey, suhu badanmu tinggi sekali!"

Bella hanya mengangguk lemah. Alex segera mengompres kening Bella dengan handuk, didiamkan sebentar lalu lalu direndam lagi dengan air hangat.

"Kau harus cepat sembuh, karena pernikahan kita akan digelar dalam dua minggu lagi."

"Jangan khawatir sayang, aku pasti akan sembuh."

"Kita akan mengadakan pesta pernikahan besar-besaran. Aku sudah tak sabar ingin melihatmu tampil cantik memakai gaun pengantin." Alex tersenyum membayangkan.

Lalu ia mengganti kompresnya dengan handuk yang lain.

KRIIING

Ponsel Alex berdering, ia langsung mengangkat teleponnya.

"Ya, aku tunggu dalam dua puluh menit," ujarnya tanpa basa-basi.

"Siapa?"

"Dokter Mila Hadid."

"Kenapa harus sekarang? Ini sudah terlalu malam." Bella tampak kesal.

"Aku tidak peduli, wanita itu sudah aku bayar dengan sangat mahal jadi ia harus datang kapanpun saat dibutuhkan," ujar Alex penuh penekanan.

Bella menghela nafas kasar, sifat keras kepalanya memang begitu menyebalkan.

Tak lama kemudian, dokter cantik berdarah Arab itu datang.

"Selamat malam nona."

"Selamat malam." Bella tersenyum manis. Sudah lama ia tak berjumpa dengan dokter bermata indah ini.

Dokter Mila Hadid mulai memeriksa Bella. Lalu menyerahkan beberapa butir obat untuk diminum secara rutin.

"Nona harus banyak beristirahat, tampaknya nona begitu kelelahan. Perbanyak minum air putih dan jangan banyak bergerak dulu untuk sementara."

Bella mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

"Jangan lupa minum obat yang teratur."

"Ya, terimakasih." Bella menatap dokter cantik itu dengan tatapan kagum.

Setelah itu, dokter Mila pergi dari hadapan mereka. Alex langsung menaiki ranjang dan mencium bibirnya.

"Kau mengagumi dokter itu?"

"Ya, apa masalahnya?"

"Jangan menatapnya seperti itu. Kau membuatku cemburu."

Bella tertawa kecil dan mencubit lengannya.

"Kau ini ada-ada saja, baiklah aku akan menurut." Bella menggelengkan kepalanya heran. Alex sangat mudah cemburu. Ia bahkan melarangnya untuk mengagumi seorang dokter wanita. Konyol sekali.

"Kau harus tidur, beristirahatlah."

Tangan Alex bergerak mengelus pipi chubby Bella. Bella kembali memejamkan mata karena ia masih mengantuk. Sebelum berpindah ke alam mimpi, Bella menyadari keningnya terus dicium berkali-kali.

"Tidur yang nyenyak cintaku."

Alex mengeratkan pelukannya lalu memandangi wajah cantik Bella yang seperti seorang bidadari. Rambutnya hitam panjang, matanya begitu indah dengan bibir yang sensual. Ia selalu jatuh hati setiap kali menatap wajah Asia secantik ini.

Alex memutuskan untuk tidak tidur, ia berniat menjaga Bella sampai keadaannya membaik. Semalaman ia menahan kantuk, akhirnya tertidur juga saat menjelang pagi, tapi hanya sebentar. Rasa cintanya yang begitu besar membuatnya mampu menjaga Bella dengan baik. Alex berjanji kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri, ia akan terus menjaga wanitanya ini sampai rambutnya memutih, dan maut memisahkan mereka.



Bersambung.

My Psychopath HusbandDove le storie prendono vita. Scoprilo ora