18+ Bab 7. Crazy Things

5.2K 153 19
                                    


Hai guys.
Jangan lupa vote + komen dibawah setelah membaca cerita ini yaa 😊

Part ini mengandung unsur dewasa.
Bagi yang belum cukup umur, disarankan untuk skip aja.
Terimakasih.

Abang Keenan Anderson yang super tampan 😍 saingan beratnya Alex Browning nih wkkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abang Keenan Anderson yang super tampan 😍 saingan beratnya Alex Browning nih wkkk.

Mansion Alex.

Alex Pov.

Aku menelan ludah susah payah melihat paha mulus Bella yang terekspos didepanku.
Kejantananku mengeras. Aku bisa saja membius jalang ini dan melakukannya lagi.
Namun entah mengapa, aku merasa tak tega kalau harus membiusnya lagi.

Perlahan aku mengocok batangku sendiri. Membayangkan betapa nikmatnya ketika milikku memasuki lubang surgawi miliknya.

"Ohhh...." Aku mendesah nikmat membayangkan bibir kami bersentuhan dan saling berciuman dengan panas.

Sialan.
Aku ingin mendengar Bella mendesah nikmat ketika aku mengaduk vaginanya dengan batangku. Haruskah aku melakukannya sekarang?

Aku terus mengocok batangku semakin cepat hingga sebuah gelombang keras menghantam pahaku.

"Ohhhhh Bella...."
Aku mengerang panjang hingga akhirnya tubuhku lemas seketika setelah mencapai klimaks.

Nikmat sekali.

Aku memasang celanaku kembali dengan terburu-buru.

Kulihat Bella membuka matanya lebar.

Kami saling bertatapan.
Sejenak aku terpana dengan kecantikannya.

Maniknya begitu indah.
Bagaimana bisa, ada seseorang yang memiliki mata seindah ini.
Sorot matanya begitu teduh seakan mampu menentramkan jiwaku yang tersiksa selama ini.

Perasaan apa ini, mengapa jantungku selalu berdetak kencang setiap bersamanya? Apakah aku mulai menyukainya?

"Sudah berapa lama aku pingsan?"
Bella bertanya kepadaku.

"Kau sudah pingsan selama hampir 12 jam."

"Apa?!"

Aku memasang raut wajah tenang, meski sebenarnya aku ingin sekali menertawainya karena ia terlihat begitu panik.

Ia langsung turun dari ranjang menuju lemari untuk mengambil sebuah gaun dan handuk. Kemudian ia berjalan menuju bathroom.
Aku meraih tangannya.

"Kau tidak boleh pergi begitu saja. Setidaknya harus ijin dulu kalau ingin meminjam bathroom."

"Iya... maafkan aku."

Ia hanya menunduk tak berani menatapku.

Apa kejadian tadi pagi benar-benar membuatnya merasa trauma?
Ia bahkan pingsan setelah melihatku mengeksekusi Johnny.

My Psychopath HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang