self-aware

18 1 0
                                    

Gaya elit beli kaos kaki sulit.

Selamat membaca
________________


"Lihatlah dan bukalah mata hatimu, melihatnya lemah terluka"

Naka melirik adiknya yang tertawa terbahak-bahak saat mereka sedang mengenakan sepatu di lantai.

"Bang, uang jajan dari bunda cukup loh untuk beli kaos kaki baru" ucap Kara sembari duduk di sebelah Naka.

"Dan apa ini?" Kara mengangkat kaos Kaki berwarna hitam milik Naka dan mendapati kaos kaki tersebut bolong di bagian jari tengahnya.

"Gaya elit beli kaos kaki sulit"

Naka terheran sendiri melihat adiknya yang kembali tertawa, bahkan wajah putih pemuda tersebut sampai memerah, apakah itu lucu?.

Bukannya tidak mau membeli kaos kaki yang baru atau tidak mampu membelinya tapi Naka hanya malas saja, ia lebih suka memakai sandal kemana-mana daripada sepatu.

"Abang kenapa sih?" Suara Naza terdengar sedikit serak, bocil tersebut berjalan menghampiri kedua abangnya yang terduduk di anak tangga paling bawah.

"Obatnya abis dek" sahut Naka sembari menabok lengan Kara pelan.

"Ini Naza belom mandi, ih bau" ucap Kara sembari menunjukkan ekspresi jijik.

"Naza ga bau kog" sahut bocah tersebut sembari mengendus-endus tubuhnya sendiri.

Bocah tersebut kembali mengendus-endus dan berhenti tepat di depan wajah Kara yang kini tersenyum menatapnya.

"Baunya dari sini, hii Abang bau, Abang belom mandi ya?"

Senyuman di wajah Kara seketika luntur karena ucapan bocah tersebut, tanpa sadar mulutnya terbuka, suara tawa Naka mulai terdengar menggema.

Pemuda tersebut tertawa terbahak-bahak melihat perubahan ekspresi sang adik.

Kara yang merasa di tertawakan hanya melirik abangnya sembari mendengus kesal, padahal ia baru saja menertawakan abangnya dan sekarang keadaan sudah berbalik.

"Anak-anak sarapan dulu, bunda udah siapin sarapan untuk kalian" seru Nana sembari berjalan menghampiri anak-anaknya.

"Eh anak Buna udah bangun" ucap Nana lembut sembari tersenyum menatap Naza yang juga tersenyum menatapnya.

"Bunda udah rapih aja" ucap Kara.

"Bunda ada sidang ntar jam 9" sahut Nana.

"Kasus apa Bun?" Tanya Naka sembari berdiri.

"Biasa, hak asuh anak" sahut Nana.

"Bang Kara, Naza gendong" ucap Naza dengan suara manja.

Kara menatap adiknya yang masih berdiri di hadapannya dengan wajah menggemaskan, tanpa basa-basi lagi Kara langsung mendekap dan mengangkat tubuh mungil adiknya tersebut.

"Abang jangan cium-cium Naza" seru bocah tersebut merasa tidak nyaman karena sendari tadi di kecupi oleh Kara yang merasa gemas dengan pipi chubby adiknya.

"Kalo Abang Kara nakal tonjok aja Za" ucap Naka sembari mempraktekkan gerakan menonjok .

"Aaaa sakit za" seru Kara sembari mengusap pipinya yang sudah terlihat memerah.

"Naza ga boleh nakal sayang" tegur Tian sembari menatap si bungsu yang masih berada dalam gendongan Kara.

Sedangkan Naka sendari tadi hanya menahan tawa, melihat wajah Kara yang memerah karena cubitan dari Naza, Kara terlihat semakin menggemaskan dengan warna kemerahan di pipinya.

"Gemoy banget adek gue" batin Naka gemas.

________

Seperti biasa para inti Night Star masih berada di parkiran sekolah yang mulai sepi karena semua murid langsung meninggalkan parkiran setelah memarkirkan kendaraan mereka.

"Deka, tugas dari pak sarto Udah Lo kerjain belom?" Tanya Reyhan.

"Nih gue Udah ngerjain" sahut Venzio sembari melemparkan buku tulis bersampul batik pada Reyhan.

"Tumben lu ngerjain ven" ucap Deka sembari menatap Venzio dengan tatapan tidak percaya.

"Semalem papa di rumah jadi gue ngerjain tugas" sahut Venzio sembari kembali membuka bungkus permen mint.

"Ga heran" sahut Reyhan sembari membuka buku tulis yang di lemparkan oleh Venzio tadi.

"Ck, sebenernya gue juga males ngerjain tapi karena biar gue di beliin mobil baru jadi gue pura-pura rajin belajar di Depan papa gue hehehe " ucap Venzio.

Tin tin

Ketiga pemuda tersebut langsung menoleh menatap mobil sport berwarna hitam yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

"Siapa?" Tanya Deka Penasaran, karena ia tidak pernah melihat murid di sekolahnya membawa mobil sport mewah saat bersekolah.

"Mana gue tempe" sahut Venzio.

Ketiganya terkejut ketika sang pengemudi mobil tersebut keluar, Bahakan Deka yang biasanya bawel kini hanya melongo melihat dua pemuda yang teramat ia kenal.

"Woiii" teriak Kara sembari menepuk pundak Deka.

"Lo-" ucapan Deka terhenti saat melihat Naka yang memasukan kunci mobil di saku celananya.

"Mobil Lo ka?" Tanya Reyhan sembari menatap saku celana Naka.

"Bukan, mobilnya Kara" sahut Naka.

Sedangkan Kara hanyalah menunjukkan senyuman lebar kepada para teman-temannya, bukan hal yang asing jika Kana dan Kara memiliki sesuatu yang membuat orang-orang melongo karena harganya yang sangat fantastis.

"Yah ven mending Lo gausah beli mobil baru deh, pinjem aja sama Kara paling-paling juga buat pansos kan" cletuk Deka.

"Boleh juga ide Lo, terus uang untuk beli mobil bisa di tabung untuk melamar Nayara" sahut Venzio sembari tersenyum membayangkan wajah manis Gadisnya.

"Selagi bisa minjem kenapa harus beli" sahut Kata sembari merangkul pundak Venzio.








Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🐬

The Power Of BrotherhoodWhere stories live. Discover now