19. Menyerahkan Diri

18 3 0
                                    


Setelah mendapatkan surat penangkapan, berbondong-bondong pihak kepolisian mendatangi kediaman Seto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mendapatkan surat penangkapan, berbondong-bondong pihak kepolisian mendatangi kediaman Seto. Bangunan minimalis satu lantai itu dikepung para polisi dan detektif. Dari mulai ketukan santai di pintu, sampai seperti akan merusak persegi panjang tebal tersebut.

Rupanya keberuntungan belum berpihak pada mereka, rumah itu ternyata sudah kosong entah sejak kapan.

"Semalam sih masih kelihatan, Seno juga datang ke warung, beli dua bungkus nasi buat makan malam. Terus juga biasanya setiap pagi istrinya itu olahraga, Pak. Suka nyapa saya sekalian beli sarapan, tapi tadi pagi tumben-tumbenan nggak keluar," ujar wanita dewasa pemilik warteg yang terletak di seberang komplek perumahan Seno.

"Malam-malam saya dengar suara mobil, Pak. Mungkin istrinya melahirkan dan dibawa ke rumah sakit," lanjut ibu-ibu tetangga.

Mendapatkan informasi serupa, lembaga penegak hukum itu saling membagi tugas. Tujuh puluh persen meninggalkan rumah tersangka untuk berpencar mencari ke beberapa rumah sakit terdekat dan tiga puluh persennya memilih tinggal di sana, mewanti-wanti mendapatkan pergerakan Seno yang muncul tiba-tiba.

Ari ikut memeriksa rumah sakit. Bertanya ke petugas di bagian informasi, meski awalnya mereka memilih bungkam dengan alasan privasi. Namun, saat id card ditampakkan, barulah mereka buka suara.

Tapi lagi-lagi, hanya kata nihil yang Ari d.k.k dapatkan.

Satu rumah sakit, ke rumah sakit lain, masih juga tidak mendapatkan hasil. Ari berjalan keluar lobi bangunan tinggi yang menjadi rumah sakit ketiga yang ia kunjungi dengan bahu merosot seperti zombie tengah kelaparan.

Dalam hati detektif muda itu terselip rasa penyesalan. Mengapa tidak dari awal? Mungkin jika CCTV itu diperiksa sejak awal, kasus mayat peniru pembunuh berantai beberapa tahun silam ini sudah menemui titik terang dan pastinya keluarga korban sudah merasa puas, meski rasa kehilangan itu tetap bertengger di dalam hati.

Seorang polisi dan detektif satu tim dengannya keluar bersama wajah yang ditekuk, membuat Ari penasaran untuk melempar tanya, "Gimana?"

Kepala detektif bergeleng-geleng lemah. Mereka baru kembali dari ruang kontrol CCTV rumah sakit.

Ari menyugar rambutnya, merasa kesal jika berada di situasi seperti ini

"Ri, gue dapet kabar kapten, kalau mereka berhasil temukan tersangka," seru si detektif usai memeriksa pesan dari gawainya.

Sebuah kabar menggembirakan. Mereka lantas pergi tanpa banyak bicara, menunggangi roda empat yang Ari kendarai dengan kecepatan di atas rata-rata, sampai-sampai dua penumpangnya harus berpegangan erat di hand grip yang terletak di atas pintu.

In The RefrigeratorWhere stories live. Discover now