United we stand

12 1 1
                                    

Sambil menunggu Lassen keluar dari barak, Akupun memutuskan untuk jalan-jalan berkeliling. Di sekelilingku, hanya ada tenda evakuasi yang kosong dan hendak dibongkar karena sebagian besar penghuninya sudah dievakuasi ke lapangan udara. Di sebuah persimpangan, aku melihat seorang T-Doll sedang berjongkok di dekat sebuah bangunan runtuh. Ketika aku mendekatinya, ia rupanya sedang bermain dengan seekor anak kucing putih yang imut. Akupun mendekatinya dan menyapanya. Ternyata AN-94.

''Suka kucing?'' Tanyaku sambil memegang bahunya.

''Ah.. i..iya... aku menyukai mereka...'' Jawabnya dengan ekspresi yang sedikit terkejut dan sambil menggendong anak kucing tersebut. ''Mereka manis ya?'' Tanyaku lagi sambil mengelus dagu anak kucing yang selalu menghindari setiap jariku.

''Mereka juga lembut..'' kata Annie sambil memeluk anak kucing tersebut dengan lembut.

Tak lama, Takao datang dengan persenjataan lengkap. Ia sudah lebih dulu mengetahui keberadaan kami disini. ''Kalian sedang apa?'' Tanyanya sambil menghampiri kami. Kami berdua pun menoleh kearah prajurit dengan rambut dikuncir belakang tersebut. ''Oh, hai Takao-san. Mana Atago?''

''Masih mencari rompinya. Dia diberikan rompi khusus. Bahkan rompi untuk prajurit pria saja terlalu ketat baginya.

Aku mengernyitkan dahi sebentar. Oh iya, dada Atago-san besar.

Ketika menengok lagi ke barak, aku melihat Lassen, Belfast, Angelina, dan Bismarck baru saja selesai dari Briefing. Lassen langsung berjalan kearahku dan seperti biasa, ia selalu menyapa. Wajahnya tampak begitu berseri meski dalam keadaan perang sekalipun. Menyadari briefing sudah usai, kamipun saling berpamitan dan menuju ke regu masing-masing. Jam semakin menunjukkan waktu keberangkatan kami yang sudah dekat. Mobil-mobil regu spesialis mulai bergerak meninggalkan lokasi. Mobil kami berangkat paling akhir. Degup jantungku terasa tidak beraturan ketika hendak berangkat. Karena ini pertempuran mencegat konvoi dan menghancurkan kekuatan musuh, aku sangat berharap aku bisa bertemu dengan kakak setelah pertempuran ini. Kemungkinan besar di salah satu konvoi truk, dia bisa jadi berada disana. Itu yang kuinginkan.

Lassen masuk ke kabin supir lalu memutar kunci. Mesin jip kami mulai menderu dan panas. Pedal pun diinjak, sejurus kemudian kami sudah berjalan dan mulai meninggalkan pos militer. Kembali ke barak, Kaga menatap foto wajah kakaknya di sebuah bingkai. Ia membersihkannya dengan sarung tangannya dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Sembari memberi hormat, setelah memasang helmnya, lalu meninggalkan kantornya.

''Jangan khawatir, Akagi nee. Giliranku untuk membalas dendam Amagi nee-san.''

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mobil kami terus berjalan mengikuti beberapa mobil lain didepannya. Kabut-kabut pagi mulai bermunculan diatas tanah dan memberika kesan mistis pada area yang kami lalui. Aku melihat diriku sendiri di kaca mobil. Aku masih memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Apakah aku aku akan bertemu dengan kakakku, atau malah mati di di medan perang. Sebenarnya, aku begitu takut untuk pergi berperang, aku sudah melihat bagaimana kerasnya peperangan. Bahkan sewaktu kami bertempur melawan siren. Memang tak satupun dari kami yang mati, tapi semuanya begitu mengerikan. Aku selalu melihat bagaimana teman-temanku terluka dalam perang. Itu semua begitu mengerikan.

''Hei, apa kau baik-baik saja?'' Mendadak Lassen bertanya ketika aku sedang berada dalam lamunanku sambal mengarahkan spion dalam kearahku.

''A..aku baik-baik saja...'' Jawabku sambal pura-pura mengencangkan tali helmku.

Lassen kembali fokus ke setir dan jalan didepan. Terlihat bulir-bulir embun terlihat sedang berlomba-lomba untuk naik ke atas saking kencangnya mobil di jalan. Saking tebalnya kabut, aku bahkan tidak bisa melihat ke depan. ''Mai-chan.'' Panggilku ke T-Dolls yang juga sedang diam di sampingku.

 Marine's Shipgirl - Girls Frontline and Azur Lane FanficWhere stories live. Discover now