Prolog

7 3 1
                                        

Suara pecutan cambuk terdengar memenuhi ruangan dengan suasana yang mencekam. Orang-orang yang berada di sana memusatkan perhatiannya pada seorang gadis kecil yang sekarang tubuhnya di penuhi bekas panjang kemerahan. Tak ada rasa kasihan pada tatapan mereka, yang ada hanya tatapan mencela dan marah.

Tak ada suara tangisan atau jeritan dari anak itu yang ada hanya tangan kecil yang membekap mulut-nya dengan air mata yang mengalir di pipi bulatnya.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbuat jahat!" gertak paruh baya yang melayangkan tali pinggangnya di tubuh gadis kecil itu untuk yang kesekian kalianya.

"Ayah, Esy tidak melaku-awh"

"Saya tidak mengijinkan kamu berbicara"

Pecutan yang di layangkan semakin kuat membuat gadis kecil yang di panggil Esy itu lemas dengan badan yang merosot kelantai membuat Ergo— Ayah gadis itu menghentikan pecutannya.

Esy memeluk kedua lututnya gemetar. Mendongak, menatap Ayahnya memohon, tubuhnya sudah sangat sakit rasanya kulitnya seperti ingin terlepas dari tubuhnya, pedih dan panas.

Ini bukan kali pertamanya gadis kecil itu di hukum seperti ini, kadang ia di hukum lebih parah dari pada sekarang, namun lukanya yang kemarin belum sembuh dan sekarang malah di tambah dengan pecutan yang membuat luka yang hampir kering kini kembali terbuka.

"Aya-"

"Kirim dia ke Inggris" perintahnya kepada sang istri sebelum meninggalkan mereka yang memandangnya ngeri lalu kembali menatap gadis kecil yang sekarang menatap mereka sedih seakan menyampaikan kesakitan yang gadis itu rasakan.

"Mama" panggilnya lirih menatap Mama-nya yang melangkah menjauh dengan seorang anak kecil di gendongannya tanpa ingin membantunya, di ikuti yang lain termasuk abang-nya yang terlihat tak mempedulikannya kecuali satu orang, Bi Suti.

Bi Suti melangkah mendekati Esy dan langsung menggendong tubuh kecil itu dengan air mata yang berderai. Ntah terbuat dari apa hati orang tua gadis kecil ini hingga tega melukai anak-nya sampai seperti ini. Kadang ia ingin menegur majikannya namun ia di sadarkan oleh posisinya yang hanya seorang pembantu di kediaman ini, yang bisa ia lakukan hanyalah mengobati gadis malang yang berada di dekapannya.

"Kuat ya nak"

Esy menyandarkan tubuhnya yang lemas dengan tangan yang mencengkram baju Bi Suti yang selama ini merawatnya. Bi Suti terisak saat merasakan bahunya yang basah tanpa ada suara tangis gadis kecil itu, hanya badan yang gemetar dengan cengkraman yang kuat di bajunya.

"Bi sakit. Esy gak kuat"

***

'Anak adalah harta yang paling berharga di tangan orang tua yang tepat' - Gresylic Manovah

TBC

Gimana? Lanjut?

Jangan lupa suport cerita 'SCRATCH' agar cerita ini bisa berkembang seperti cerita author-author lain.

Jangan lupa Vote and Comen.

Sampai jumpa di part selanjutnya, salam sayang Asley (づ ̄ ³ ̄)づ

SCRATCH Donde viven las historias. Descúbrelo ahora