JOOAFKA | You

13.1K 1.2K 30
                                    

Sesuai perkiraan Afka, mereka sampai dipos 2 sekitar pukul 10 malam dan langsung mendirikan tenda disana berniat bermalam. Di pos 2 sepi tidak ada kelompok pendaki yang beristirahat hanya ada mereka berenam disepinya hutan dan dinginnya angin yang mulai dirasa seperti menusuk tulang-tulang mereka.

Ipan dan Nuno membuat perapian dengan kayu yang mereka kumpulkan disekitar pos lalu Aban, Irsa, Afka dan Joo mendirikan tenda 3 untuk mereka tempati.

Afka berjalan mendekat kearah Ipan dan Nuno yang berjongkok di dekat perapian, dia ikut berjongkok dengan dua tangannya yang membawa mie instan.

"Kompor yang lu bawa mana, Pan?" Tanya Afka kearah Ipan menanyakan soal kompor yang pemuda itu bawa.

"Oiya bentar." Ipan beranjak dari jongkoknya lalu mengambil tasnya, dia berjalan kearah Afka dan Nuno lalu membuka tasnya dan mengeluarkan kompor dan panci yang dia bawa.

Mereka menyiapkan mie dan memanaskan air, setelah mendidih Afka menaruh dua mie ke dalam air yang mendidih. Dia memasak 4 mie dengan bergantian karena ruang panci yang kecil, setelah selesai Afka menaruh pancinya ditengah-tengah tempat yang akan mereka berenam duduki.

"Woy laper ga?!" Seru Afka sedikit meninggi kearah Joo, Irsa dan Aban. Sontak mereka bertiga berjalan mendekat kearahnya dan duduk melingkar.

Joo duduk didekat Afka yang sedang membagikan piring berbahan plastik dan sendok ke teman-temannya, mereka mulai mengambil mie yang masih panas ke piring mereka masing-masing.

Afka menyodorkan piring yang sudah terisi mie kearah Joo yang diterima pemuda itu dengan senang hati, lalu Afka mengambil untuk dirinya sendiri.

"Enak ya Joo dilayani sama Bininya," celetuk Irsa membuyarkan keheningan.

"Makan ludah sendiri," sindir Ipan yang fokus ke makanannya. Afka yang merasa disindir menulikan telinganya menatap teman-temannya datar.

Joo hanya diam karena tidak mengerti pembicaraan mereka mengarah kemana, mereka melanjutkan fokus ke makanannya diiringi celotehan dari Irsa dan Ipan sesekali disauti oleh Afka.

"Gua udah ngantuk, cape. Gua tidur duluan ya," ucap Ipan setelah selesai makan dan berjalan kearah tenda.

"Gua ikut," seru Nuno ikut masuk ketenda bersama Ipan.

Tinggal Irsa, Aban, Afka dan Joo yang masih betah didekat perapian. Joo dan Aban hanya diam menatap kearah api ditemani kopi yang mereka buat, beda dengan Irsa dan Afka yang terus-terusan berbicara ngalor ngidul entah membahas apa.

"Yok tidur, besok bangun pagi liat sunrise dari sini pasti bagus." Ucap Afka berdiri dari duduknya yang disusul oleh ketiga pemuda lainnya, mereka berjalan ketenda masing-masing.

Joo bersama Afka tentunya, dia tidak akan setuju jika Afka harus setenda dengan Aban. Afka mulai membaringkan badannya begitu pun dengan Joo, dia membaringkan badannya disamping Afka dengan kedua tangannya yang menjadi bantal kepalanya.

"Seneng ga?" Tanya Joo membuat Afka melirik kearahnya.

"Seneng, tapi lebih seneng lagi kalo udah liat sunrise."

"Kenapa lu pengin banget liat sunrise," tanya Joo menatap kearah Afka.

"Karena, gua pernah pengen liat sunrise bareng seseorang yang bakal jadi pendamping hidup gua." Jawab Afka menatap balik kearah Joo.

Joo menatap diam kedua mata Afka yang menatapnya juga. "Siapa?" Tanya Joo.

"Lu," jawab Afka. Benar bukan? Sekarang pendamping hidupnya adalah pemuda didepannya, Joandra Abraham.

Sontak Joo langsung menarik pinggang Afka dan memeluk erat didekapannya membuat Afka bisa merasakan jantung Joo yang berdetak cepat seperti dirinya, dia tidak berbohong bahwa perkataannya tadi juga membuat jantungnya berpacu cepat dan gugup. Ntahlah, dia merasakan sesuatu yang membuat hatinya senang, ada perasaan tersendiri yang dia rasakan jika bersama pemuda didepannya.

"Lepasin, gerah Joo." Berontak Afka berniat melepaskan pergelangan tangan Joo yang memeluk tubuhnya erat.

"Ga," jawab Joo singkat sambil mengeratkan pelukannya.

"Gua pengin liat muka lu," ucap Afka.

"Ga boleh." Bantah Joo cepat, dia berusaha menetralkan wajahnya yang memanas dengan bibir yang tersenyum. Joo mencium lembut jidat Afka, kedua tangannya mengusap pelan punggung Afka sampai naik ke belakang leher pemuda itu.

Joo melonggarkan pelukannya membuat Afka langsung mendongak menatap wajah Joo yang diam menatap kedua mata pemuda didepannya, dia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Afka yang dibalas oleh sang empu.

Satu tangan Afka terulur meremat rambut Joo, memperdalam ciuman mereka. Kedua tangan Joo menarik pinggang Afka sampai menempel dengan tubuhnya tanpa jarak seincipun lalu satu tangannya turun ke bongkahan pantat Afka dan meremasnya pelan.

Lenguhan lirih Afka terdengar ditelinga Joo membuat pemuda itu tersadar dan melepaskan tautan ciuman mereka berdua. "Sial, kita lagi ga dirumah, tidur." Ucap Joo dengan suara beratnya dan memeluk tubuh Afka.

Afka mulai menutup kedua matanya dan terlelap cepat karena kelelahan. Joo menemani Afka sampai pemuda itu terlelap, setelah lelap Joo melepaskan pelukannya lalu duduk dari tidurannya dan keluar tenda berniat merokok.

Tidak biasanya dia ingin merokok, pemuda itu duduk dibebatuan menatap kearah perapian yang masih menyala. Joo membuka bungkus rokok lalu mengambil isinya satu dan membakar putung rokoknya, dia mulai menyebat dengan suasana hening dan sunyi hanya ditemani suara jangkrik.

Lagi enak-enaknya melamun tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari arah belakang, membuat Joo menatap kearah orang itu dengan wajah terkejut.









menuju....e.....


💐

see u Jooafka.

Jangan lupa votmen.

JOOAFKANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ