Axelle berjalan santai di tengah hutan yang gelap itu. Matanya sangat tajam untuk membantunya melihat dalam kegelapan tanpa bantuan cahaya apapun.

Langkah kakinya tiba-tiba berhenti setelah dirinya merasakan kehadiran sosok lain di dekatnya. Axelle bersikap waspada pada sekitarnya. Axelle mengendus udara dan mengenali siapa orang yang memancarkan bau tak asing di hidungnya.

"Giovanni, keluarlah!"

Giovanni keluar dari tempat persembunyiannya di belakang Axelle. Axelle menyeringai, sementara Giovanni terlihat penuh emosi yang di tujukan untuk Axelle.

"Wajahmu sudah jelek, jangan di buat jelek lagi dengan kau yang seperti itu, ha ha..."

"Sekarang bukan saatnya bercanda, Axel! Katakan, di mana kau sembunyikan Amber!"

"Sembunyikan? Kenapa aku harus menyembunyikannya jika aku bisa merebutnya darimu dengan mudah? Jangan konyol, Gio."

"Pembohong! Cepat katakan di mana dia berada, atau kalau tidak aku dan pasukan besar vampirku akan menyerang packmu saat ini juga!"

"Aku tidak menyembunyikannya! Kau yang mengaku kekasihnya, bagaimana bisa kau kehilangan dia?! Kau sama sekali tidak pantas untuknya!"

"Jaga-"

Giovanni menghentikan ucapanya ketika suara orang kepercayaannya muncul di pikirannya. Diego, orang kepercayaan Giovanni yang sekarang di tugaskan olehnya untuk mencari Amber.

Setelah beberapa saat, Giovanni kembali berfokus pada Axelle. Kali ini dia menunjukkan wajah aslinya. Axelle sendiri menatap heran Giovanni yang seolah siap bertarung dengannya.

"Kenapa? Kau masih mau menyerangku setelah aku katakan bahwa bukan aku pelakunya?"

"Kalau memang bukan kau yang pelakunya, lalu kenapa dia ada di penjara bawah tanah packmu!? Bisa kau jelaskan itu padaku?!"

"A-apa? TIDAK MUNGKIN! aku tidak mempunyai rencana untuk melakukan itu, atau jangan-jangan.... Gio, cepat kita pergi ke packku! Aku tahu siapa pelaku di balik ini semua!"

Giovanni dan Axelle segera berteleportasi ke pack milik Axelle. Axelle dan Giovanni langsung pergi ke ruang bawah tanah, mencari tempat yang di maksud oleh Diego. Tapi siapa sangka, ruangan itu telah kosong.

"Brengsek! Ke mana dia membawa gadisku!"

"Aku tidak yakin, tapi bau Amber masih tercium kental di sini. Bisa jadi mereka pergi tak jauh dari sini!"

Axelle dan Giovanni pergi ke luar menuju hutan kawasan werewolf. Mereka mencari jejak Amber dari bau gadis itu yang masih tertinggal di udara.

Karena Giovanni dan Amber ada ikatan meskipun masih sangat tipis, mengikuti instingnya pergi ke arah lain. Axelle mengikuti Giovanni di belakang pria itu.

Giovanni berhenti, dia telah tiba di tempat Amber. Matanya menatap mematikan pada seorang wanita yang sedang mencengkeram tangan Amber sampai gadis itu meringis dan darah sedikit keluar dari luka goresan kuku wanita tersebut.

"THEO, APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA!?"

"Maafkan saya, Alpha. Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai beta yaitu menjaga keamanan pack kita. Dan gadis ini penyebab anda menjadi sampai seperti ini dan membuat anda tidak membawa luna kami ke sini!"

Axelle terkejut dengan pernyataan yang keluar dari mulut betanya itu. Dia tidak menyangka jika betanya itu sampai melakukan hal seperti ini. Axelle terdiam.

"LEPASKAN DIA SEKARANG JUGA!"

"Kami akan melepaskannya setelah kau mati! SEMUA, HABISI VAMPIR ITU!"

Suara retakan tulang memenuhi udara. Semua orang berubah menjadi bentuk serigala mereka. Semua serigala itu mulai menyerang Giovanni.

Giovanni sudah siap menerima serangan para serigala itu, namun dirinya seolah tak fokus pada pertarungannya. Amber menyadari akan hal itu, gadis itu mencoba berpikir suatu cara agar dirinya terbebas dari wanita itu dan agar Giovanni bisa fokus dengan petarungannya.

Amber tiba-tiba menendang tulang kaki gadis itu hingga membuatnya melepaskan tangannya. Dia mengeram dan menatap Amber  tajam.  Wanita itu hendak kembali menahan Amber namun Amber kembali menendang kakinya lagi. Wanita itu meringis dan Amber mulai melarikan diri.

Giovanni merasa lega dan bangga setelah melihat aksi Amber tadi untuk membebaskan dirinya di sela dirinya bertarung tadi. Kini dia bisa fokus dengan pertarungannya saat ini. Giovanni membabi buta dalam pertarungan itu meskipun dia hanya seorang diri.

Giovanni akhirnya bisa mengalahkan kawanan serigala itu dan juga berhasil memojokkan Theodore. Axelle yang sedari tadi hanya menjadi penonton, akhirnya membuka suaranya saat melihat betanya sudah di ambang kekalahan.

"Permainan selesai, hentikan semuanya! Kau, Theodore! Temui aku nanti di ruanganku setelah kau mengobati luka-lukamu!"

Giovanni mundur dan menghampiri Amber. Amber langsung memeluk pria itu dan di balas erat pula oleh Giovanni. Theodore menyuruh pasukan yang di pimpinnya mundur dan kembali ke pack mereka. Axelle diam di sana memperhatikan kedua insan tersebut, lalu memutuskan mengikuti Theodore kembali ke packnya tanpa berkata kepada mereka berdua.

"Syukurlah kau datang menjemputku, gio... Hiks. Aku sangat takut di sini bersama mereka..."

"Sst, sudah - sudah. Kau aman sekarang karena aku sudah di sini. Ayo, aku akan mengantarmu kembali ke apartemen."

"I-iya..."

Giovanni mengangkat tubuh Amber. Amber menutup matanya dan setelah dia membuka matanya kembali, mereka sudah berada di kamar apartemen milik Giovanni.

Giovanni menurunkan tubuh Amber, tapi tak sengaja menyentuh luka cakaran di bahunya. Giovanni meringis yang terdengar oleh Amber. Amber merasa khawatir.

"Kau terluka parah, Gio! Duduklah, biar aku mengobati lukamu!"

"Tidak perlu. Ini hanya luka kecil, sebentar lagi akan sembuh sendiri."

"Tapi-"

"Jangan cerewet. Sekarang beristirahatlah. Biar aku urus diriku sendiri."

Amber masih tak tega melihat kondisi Giovanni yang menurut pria itu baik-baik saja, akan tetapi kenyataannya pria itu banyak mendapat luka cakaran. Terutama yang paling parah di bagian punggungnya.

Amber memegangi kerongkongannya. Dia tiba-tiba merasakan haus, haus yang berbeda. Bayangan yang muncul di otaknya yaitu cairan merah kental. Amber menelan ludahnya.

"Maafkan aku. Haus ku sampai ke dirimu, ya. Aku tidak bisa membohongimu kalau begitu."

"Jadi kau... Haus?"

"Ya begitulah."

'Dia habis bertarung, tak heran jika dia merasa haus. Apa aku perlu menyumbangkan darahku? Ya, darahku pasti bisa menuntaskan rasa hausnya!'

"Em, kau bisa mengambil darahku secukupnya."

"Ha? Apa yang kau katakan barusan? Tidak, tidak! Aku sangat haus sekarang. Jika aku memaksa meminum darahmu, aku tidak tahu apakah aku bisa mengendalikan nafsuku!"

Amber seakan tuli. Gadis itu semakin merapatkan tubuhnya kepada Giovanni. Amber memiringkan kepalanya sehingga mempertontonkan lehernya. Amber meraih tengkuk Giovanni dan menariknya hingga dia merasakan bibir Giovanni menempel pada lehernya.

"A-amber, aku tidak bisa..."

"Jangan menahannya, Gio. Minumlah sepuasmu. Tuntaskan hausmu akan darahku. Aku rela jika itu darahku, bukan orang lain. Aku percaya padamu."

Giovanni menahan nafasnya. Dengan jarak hidungnya yang sedekat ini dengan leher Amber, tidak bisa di pungkiri aroma darah gadis itu tercium sangat jelas.

Giovanni mencengkram erat pinggang Amber. Hidungnya menelusuri leher mulus gadis itu, dan...

Cup!

AMBER and the vampire prince (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ