PART 12

4.2K 391 32
                                    

Gibran tengah menonton TV dengan ditemani Olin. Memang hari ini adalah waktunya bersama Olin. Sebisa mungkin Gibran meluangkan waktu bersama anaknya. Tangannya mengusap-usap kepala Olin dengan sayang sementara Olin tidak terganggu sama sekali. Ia masih sibuk bermain bonekanya.

Tapi tiba-tiba balita itu melempar bonekanya dan menghadap ke arah Gibran dengan cemberut.

"Papa, kakak Indi mana? Katanya mau dateng hali ini, ko ga ada?"

Gibran meringis. Ia lupa sudah berjanji membawa Indira ke rumahnya.

"Olin kangen sama kakak Indi?"

Balita itu mengangguk.

"Mau ketemu sama kakak Indi?"

"Mauuu"

"Yaudah, Olin ganti baju dulu ya, abis itu kita ketemu kakak Indi

"Holeee" balita itu bersorak gembira.

Demi mewujudkan keinginan anaknya, akhirnya Gibran mendatangi kosan Indira. Mengingat terakhir kali mereka bertemu dalam keadaan kurang baik, maka Gibran berniat meminta maaf. Bisa saja kan permohonan maafnya dapat bonus dari Indira, ciuman mungkin?

Gibran menggeleng kepalanya. Ia menggendong Olin berjalan ke kamar kos Indira. Keningnya mengerut karena tidak mendapati jejak sendal Indira ataupun temannya. Namun Gibran berusaha berpikiran positif, bisa saja kan dua wanita itu menyimpan sendalnya di dalam.

Tok

Tok

Tok

"Indira"

Tok

Tok

Tok

"Indira, buka pintunya, ini saya"

Masih tidak ada sautan dari dalam membuat Gibran kembali mengetuk pintu Indira. Kali ini sedikit lebih keras.

"Indira!"

"Kakak Indi ga ada ya pa?"

"Sabar ya sayang, mungkin kakak Indi lagi bobo di dalam"

Lalu seseorang datang menghampiri Gibran dengan Olin. Mungkin gedoran Gibran membuatnya terganggu.

"Cari siapa ya om?"

Gibran langsung membalik badannya. Ia menatap seorang wanita yang sepertinya seusia Indira. Apa katanya tadi? Om? Emang Gibran setua itu sampai dipanggil Om?

"Saya mencari Indira"

"Indiranya udah pergi Om dua hari yang lalu"

"Pergi kemana?"

"Desa Suka Mundur Om, katanya KKN di sana"

Gibran mengangguk lemah. "Makasih ya infonya"

"Iya om sama-sama, kalo gitu saya masuk dulu. Mari om"

Dengan perasaan kecewa ayah dan anak itu meninggalkan tempat tinggal Indira. Kalau Olin kecewa karena ayahnya yang tidak menepati janji, maka Gibran kecewa kepada Indira karena pergi tanpa memberitahunya lebih dulu.

Begitu sampai di rumahnya, Gibran menidurkan anaknya di kamar. Olin memang tertidur di mobil. Anak itu masih merajuk dan tidak mau berbicara dengannya.

Gibran lalu teringat jika ia punya nomor handphone Indira. Ia merutuki dirinya yang jadi bodoh di saat seperti ini. Seharusnya ia menghubungi wanita itu terlebih dahulu sebelum mendatanginya.

Gibran kemudian menghubungi nomor Indira. Namun sampai tiga kali percobaan, operator seluler memberikan jawaban yang sama jika nomor yang ia hubungi sedang berada di luar jangkauan. Gibran teringat percakapannya dengan Indira tentang daerah tempatnya KKN yang terpencil dan akses jaringan yang sulit.

I Love You Mas G!Where stories live. Discover now