Chapter 1

3.8K 149 3
                                    

Dalam keadaan hujan seorang gadis berlari sambil memegang mulutnya keluar dari sebuah hotel. Gadis itu lalu menuju ke halte bus dan mendudukkan dirinya di sana. Gadis itu menaruhkan kedua belah tangan di atas wajahnya lalu menangis sepuas-puasnya. Kejadian yang baru sahaja terjadi kepadanya tidak dapat ia terima. Mengetahui dirinya yang tidak dapat diterima oleh kekasihnya membuatkan dirinya sangat stress malah rasa tidak mahu hidup di dunia ini lagi.

Gadis itu masih di dalam posisi yang sama dengan sedikit suaranya yang kedengaran kerna tangisannya yang semakin menjadi-menjadi.

Lalu kejadian yang baru sebentar tadi terjadi berputar-putar di benaknya.

Flashback#

Seorang gadis sedang menekan bel pada kamar 638 di sebuah hotel tanpa henti-hentinya. Lalu selang beberapa minit bel dibunyikan, keluar seorang laki-laki dengan t-shirt putih dan jeans hitam di depan pintu kamar.

"Kenapa kamu datang ke sini?" Tanya laki-laki itu dingin.

"Ya! Kenapa kamu menghindar dariku eoh?"

Laki-laki itu memicit-micit dahinya.
"Aku nggak menghindar darimu kok. Aku... aku hanya lagi busy kebelakangan ini."

"Kamu nggak perlu bohong sama aku, sehun. Kalau benar kamu lagi busy, sekurang-kurangnya kamu jawab dong panggilanku. Kamu sengaja ya hindar dariku?!"

Sehun, lelaki itu hanya menatap malas yeoja yang berada di depannya. Sebetulnya dia sudah tidak mahu berurusan dengan yeoja itu.

"Begini ya tiff. Sebenarnya aku sudah malas berantem sama kamu terus. Lebih baik kalau kita akhiri hubungan kita sampai di sini saja."

Tiffany, gadis itu sudah ingin mengalirkan air matanya. Ia cuba sedaya upaya agar bening itu tidak jatuh kerna dia tidak mahu dilihat lemah oleh sehun.

"Gampang sekali ya kamu minta kita akhiri setelah apa yang kamu lakukan padaku. Seharusnya kamu itu bertanggungjawab sehun! Bukannya malah minta supaya kita putus. Aku tidak terima." Walaupun dari tadi tiffany menahan air matanya agar tidak turun, namun bening itu dengan lajunya melimpah turun dari sudut matanya lalu membasahi seluruh wajah cantik tiffany.

"Apanya yang bertanggungjawab tiffany. Aku tidak pernah percaya kalau itu adalah milikku. Cuba kamu selidik lagi siapa anak dari kandunganmu itu." Sehun hampir ingin menutup pintu kamarnya tapi ditahan oleh tiffany.

"Kamu tega sekali sehun. Apa kamu lupa malam itu? Ini benar adalah anakmu. Kenapa kamu susah bangat mahu percaya padaku eoh?!" Tiffany masih dalam posisinya menahan pintu itu agar tidak ditutup oleh sehun. Sehun menatap tiffany dengan tampang frustasinya lalu membuka pintu yang ditahan tiffany sedikit luas.

"Aku tidak akan pernah percaya kalau itu adalah anakku selagi tidak ada bukti. Bisa ajakan kalau itu anakmu dengan lelaki lain."

Plak!!
Sebuah tamparan hinggap di pipi mulus sehun. Sehun memegang pipinya yang kemerahan akibat tamparan keras oleh tiffany.

"Kalau kamu memang tidak mahu bertanggungjawab ya udah. Tapi jangan sesekali kamu memburukkanku. Aku tidak pernah tidur dengan lelaki lain selain kamu, sehun!! Baiklah, kita akhiri sampai di sini saja. Selamat tinggal." Tiffany langsung lari dengan air mata yang tidak dapat dibendung menuju ke halte bus.

Flashback end#

Masih dalam posisi yang sama, esakan tiffany semakin kuat apabila mengingat kejadian tadi. Mata dan wajah tiffany memerah akibat tangisannya tadi dan ditambah pula dengan hujan yang kedinginan. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan tergesa-gesa masuk ke dalam atap di halte bus untuk berlindung. Lelaki itu lalu duduk di samping tiffany dan mengeratkan jeket yang dipakainya.

"Hikss..." Lelaki itu menolehkan wajahnya menuju ke sumber suara itu. Lelaki itu mengerutkan keningnya. Adakah suara tangisan itu berasal dari gadis yang berada di sebelahnya? Tapi bagaimana bisa jam-jam segini ada seorang gadis sedang mengangis di halte bus pada waktu hujan lagi. Lelaki itu semakin mendekatkan dirinya dengan gadis itu.

"Jeogiyo, neo gwaenchanayo?" Tanya lelaki itu. Tiffany masih dengan posisinya cuma dia sudah berhenti menangis. Detik selanjutnya tiffany menatap kearah lelaki yang berada di sebelahnya.

Tiffany menghapuskan jejak air matanya.
"Gwaenchanayo. Kamu tidak perlu khawatir." Lelaki itu menatapnya lalu tiba-tiba ia menghulurkan tangan kanannya didepan tiffany. Tiffany mengerutkan dahinya lalu ia sedikit mengangguk kerna paham apa yang lelaki itu lakukan.

Tiffany membalas huluran tangan lelaki itu.
"Xi luhan. Panggil saja luhan." Lelaki itu memperkenalkan dirinya. Tiffany sedikit tersenyum sebelum memperkenalkan namanya.

"Aku tiffany hwang. Kamu boleh panggil aku tiffany,tiff atau pany yang mana saja kamu suka." Tiffany menjawab sedikit ramah. Luhan sedikit tertawa mendengar perkenalan tiffany yang menurutnya lucu sebelum melepaskan salaman mereka.

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang