Home (6)

8 1 21
                                    

⚠️Episode ini mengandung beberapa konten sensitif seperti ucapan kasar, kekerasan ekstrim dan pemerkosaan. Kebijakan pembaca dibutuhkan⚠️

Ini sudah beberapa minggu semenjak Elia tinggal sendirian di kos dan Leo yang meninggalkannya.

Elia hidup dengan normal. Ia memutuskan untuk cuti kuliah satu semester, dan sedang bekerja paruh waktu di sebuah pabrik kecil yang memproduksi tisu toilet sebagai pekerja lapangan.

Padahal Elia seumur hidupnya belum pernah bekerja kasar seperti itu.

Gadis itu benar-benar hidup sederhana. Ia sangat teliti dalam menjaga dan mengelola aset peninggalan ibunya. Karena ia tahu, papanya sewaktu-waktu bisa saja memutarbalikkan keadaan.

Elia berganti baju, dari seragam ke baju biasa. Kaos katun motif garis-garis dengan celana jeans longgar.

Sekarang sudah pukul 10 malam. Biasanya Elia akan selesai pada pukul 8 malam, namun ia nekat untuk mengambil lembur demi mendapatkan uang tambahan di muka.

Lumayan, untuk akhir bulan.

******

Leo, Haris, Han dan Bintang sedang berada di ruang tamu kos. Mereka menyantap indomie kuah dengan nikmat setelah melewati hari yang panjang. Sebuah televisi besar menyala, menemani mereka mengusir kesepian.

"Pemirsa, warga kampung xxxx dihebohkan dengan penemuan jasad seorang wanita muda yang tertutup daun pisang, jasad tersebut ditemukan telah terpotong beberapa bagian."

"Diduga korban juga mengalami kekerasan seksual sebelum dibunuh."

"......polisi kini tengah melakukan identifikasi DNA pelaku melalui cairan sperma yang ditemukan pada tubuh korban."

Keempat pria muda itu berfokus pada berita yang dibawakan oleh pewarta.

"Wah bajingan! Beraninya sama cewek doang, dasar anjing!" Haris mengeluarkan sumpah serapahnya sembari menahan rasa pedas akibat tak sengaja mengunyah satu buah cabai utuh yang ikut dimasak bersama indomie.

"Emang ya, manusia sekarang pada gila. Kalo sange bisa bawa-bawa nyawa," sahut Bintang.

"Itu orang kayaknya kagak modal buat beli sex doll, makanya dia cari mangsa." Han ikut menimpali.

"Udah ah, ganti! Ganti! Gue gak sampai hati liat kayak beginian!" Haris merebut remote yang terletak di atas meja pendek, memindahkan saluran TV ke channel yang lebih santai.

Sementara Leo hanya menjadi pendengar ulung sambil sibuk menghabiskan satu mangkok besar berisikan 2 bungkus indomie.

*****

Leo merebahkan dirinya di kasur. Ia kekenyangan sampai rasanya ingin meledak. Tangan panjangnya meraih ponsel yang terjepit diantara tembok dan kasur. Setengah mengantuk ia mengecek satu per satu media sosialnya, membalas pesan-pesan mulai yang penting seperti grup tugas kelompok, sampai yang tidak penting-penting amat seperti pesan dari Mas Yuan yang berbunyi "kalo abis makan, dicuci piringnya, setan!"

Leo bangun dari posisi rebahannya. Ia hendak cuci muka dan menggosok gigi sebelum tidur. Namun baru saja ia akan berdiri, ponselnya berdering.

Menampakkan sebuah nama yang sudah berminggu-minggu ini ia amat rindukan.

El.

Dengan wajah berbinar, Leo mengangkat sambungan itu.

"Hai El! Kenapa telepon malam-malam?"

Senyuman lebar Leo pudar perlahan saat ia hanya mendengar sebuah deru nafas cepat di seberang sana.

"El?"

Taekwoon's UniverseKde žijí příběhy. Začni objevovat