#2 : Monolog

Mulai dari awal
                                    

Retta menyipitkan matanya saat memergoki Radit yang sedang menatapnya. "Gue secantik itu ya, sampai Lo nggak kedip ngeliatin gue?"

Radit mengucek matanya, lalu mengedip-kedipkan matanya. "Ta, hidung Lo makin kecil deh, kayaknya bakal berpindah ke pantat. Bibir Lo makin gede soalnya, hidung Lo enggak pede jadinya."

Demi kesehatannya dan menjaga pita suaranya agar tidak semakin serak. Retta hanya mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembusnya. Jika ia tidak dalam keadaan seperti ini, ia akan menunjukkan high note-nya seperti Lyodra Ginting. Lalu menyumpah serapahi mahluk berjenis kelamin laki-laki dihadapannya.


"Lo-!"

Retta melotot ketika satu suapan bubur memenuhi mulutnya. Alisnya saling bertaut dengan pipi yang menggembung. Di hadapannya Radit mengedipkan matanya.

"Lo jangan sok imut deh Ta, gue bisa gumoh lihatnya."

Dengan terpaksa Retta menelan semua bubur yang telah masuk ke dalam mulutnya. Tangannya bergerak cepat melempar sumpit hingga mengenai bagian belakang kepala Radit.

"DASAR KEMBARANNYA RAGIEL!!!"

🌡️🌡️🌡️

Retta menatap kosong buku diary miliknya. Berlembar-lembar telah dipenuhi oleh uneg-unegnya yang telah ia tumpahkan lewat tulisan. Lalu dipertengahan halaman terdapat foto yang telah dicetak. Foto yang mereka ambil tepat satu jam sebelum Marchel mengalami mereka berpisah. Retta mengusap foto itu, memandangnya dengan tatapan kosong. Ia kembali mengulang malam itu untuk kesekian kalinya.

Malam itu setelah merayakan anniversary, Marchel mengantarkannya pulang. Belum juga ia mengganti dressnya, ia mendapatkan kabar dari Ester, ibunda Marchel yang mengatakan bahwa Marchel mengalami kecelakaan. Tanpa meminta penjelasan lebih lanjut, ia langsung pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di sana, ia tidak bisa menemui Marchel karena dokter dan tim medis tengah menangani kekasihnya itu. Ester mengatakan bahwa anaknya mengalami benturan yang keras dibagian kepalanya. Berjam-jam ia menunggu hingga keesokan harinya, ia masih belum diizinkan untuk bertemu dengan Marchel. Ia hanya bisa menatap kekasihnya dibalik kaca yang menjadi pembatas antara ruangan pasien dan ruang tunggu. Dalam hati, ia terus memanggil nama kekasihnya berharap Marchel dapat mendengarnya. Ingin sekali ia mendekap kekasihnya seperti malam itu.

Rasanya semua itu tak mungkin. Malam yang begitu indah, tiba-tiba saja tergantikan oleh luka yang tak pernah ia kira. Bahagia yang tengah ia rasakan, dikecup oleh luka yang mengutuk lara. Malam itu, ia merasa sangat dicintai. Ia merasa bahwa ia wanita yang sangat beruntung. Namun sambaran luka itu menyadarkannya akan perasaannya yang terlalu dalam meskipun terlalu singkat waktu untuk kisah cintanya.

Retta mengusap sudut matanya yang basah. Lalu beralih pada foto yang ia tempel dihalaman berikutnya. Ia tersenyum kecut, menatap foto kekasihnya yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang terpasang ditubuhnya. Wajah pucat dan bibir yang nyaris tak berona itu membuatnya semakin sedih. Foto itu ia ambil delapan bulan yang lalu atau lebih tepatnya dua hari setelah kejadian malam itu.

Dua ratus tujuh puluh enam hari terhitung ia merindukan kekasihnya dengan sungguh. Tak pernah terjeda rindu yang datang menghampirinya. Setengah tahun ini, ia tak berjumpa dengan kekasihnya. Setelah dua bulan Marchel dirawat, orangtuanya memutuskan untuk memindahkan Marchel ke Singapura untuk berobat. Berawal dari masukan dokter yang merawat Marchel yang menyarankan agar kekasihnya itu ditangani oleh tenaga medis yang lebih profesional dan berpengalaman dalam menangani hal yang serupa dialami oleh Marchel.

Ia masih ingat monolog yang ia lakukan. Ia berbicara banyak, menceritakan hari-hari yang menyenangkan dengan senyuman, dengan amarah yang menggebu-nggebu saat ia menceritakan bagaimana kesalnya ia ketika mendapati hal yang menjengkelkan. Lalu ia kembali menangis saat menceritakan bagaimana sepinya hatinya tanpa sang kekasih. Tak peduli kekasihnya yang terbaring lemah itu mendengarnya atau tidak.

Ia pernah mengatakan dengan sungguh pada kekasihnya itu. Ia akan menunggu Marchel pulih dan tak akan pergi sampai Marchel sendiri yang memintanya untuk pergi.

🩹🩹🩹

Hola!!!!!

Desember telah berlalu, dan Januari mengawali kisah yang baru. Harapan-harapan baru, mimpi-mimpi baru, dan cerita baru dari Xrainy!!!!

Yeay!🎉🎊

Btw kalian pernah mengira gk, bakal dipertemukan oleh tuhan dengan seseorang? Entah itu orang baru atau seseorang dari masa lalu?


Nice to see you again guys🧚


Vote and comment 🚀🚀🚀

Xrainy, 110123

Hujan Kemarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang