"Bawa aku kembali masuk. Aku takut."

"Tenang, sayang. Aku ada bersamamu sekarang."

Giovanni menggendong Amber kembali memasuki apartemennya. Giovanni membaringkan tubuh Amber di kasur kamarnya.

Giovanni merogoh sesuatu dari sakunya yang ternyata itu adalah ponselnya. Giovanni menyerahkannya pada Amber yang menerimanya dengan antusias.

"Kenapa bisa ada padamu? Di mana Isabelle?"

"Aku menahannya di penjara kastil."

"APA?! KENAPA KAU MELAKUKAN ITU!?"

"Kenapa? Karena dia sudah lalai dalam menjagamu! Dia telah melanggar perintahku. Hukuman itu masih lah ringan untuknya."

"Lepaskan dia sekarang juga, Gio!"

"Kenapa aku harus melakukannya? Di masa depan, dia pasti akan melakukannya lagi."

"Aku bilang lepaskan dia sekarang juga! Atau aku-"

Bruk!

"Atau apa, hm? Mau apa dirimu?"

Giovanni menindih tubuh Amber. Amber terkejut dengan tindakan mendadak Giovanni. Jantungnya berdetak sangat cepat dengan posisinya sekarang.

Giovanni menelusuri wajah Amber. Amber memejamkan matanya merasakan sensasi sentuhan Giovanni. Lalu...

"Aduh!"

"Cepat tidur, sudah hampir menjelang pagi."

Amber cemberut. Dia sudah membayangkan dengan posisi mereka tadi, Giovanni akan... Amber menggelengkan kepalanya kuat-kuat. 'Apa yang kau pikirkan, Amber Charllene! Kenapa kau ketularan penyakit mesumnya Giovanni dan Axelle! Tidak, tidak boleh begini!'

Giovanni yang melihat tingkah Amber, sebenarnya tahu apa yang tengah gadis itu pikirkan. Akan tetapi, dirinya saat ini tidak bisa mengabulkan apa yang di pikirkan gadis itu. Ini semua demi keadaan Amber yang masih belum terlalu pulih.

"Silahkan tidur di sini. Aku akan tidur di kamar sebelah. Selamat malam menjelang pagi, my queen."

Kecupan singkat mendarat di bibir Amber. Amber mengedipkan matanya berkali-kali. Giovanni tersenyum sesaat lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Amber menenggelamkan wajahnya ke bantal dan menjerit di sana. Amber yakin jika ada orang lain yang melihatnya sekarang, pasti mereka menganggapnya sudah gila. Memang dia sudah gila karena sikap manis Giovanni padanya.

PAGI HARINYA~

"Hoamm...."

Amber duduk dan mengumpulkan nyawanya. Matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Amber terdiam sejenak.

Tok... Tok... Tok...

Amber berdiri dan membukakan pintu. Wajah Isabelle yang selalu tersenyum muncul di baliknya. Wajah Amber langsung ceria. Gadis itu langsung memeluk Isabelle erat.

"Aku senang kau kembali, Isabelle!"

"He he, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya, nona."

Amber melepaskan pelukannya dan menatap Isabelle sedih. Gadis itu menarik tangan Isabelle untuk memasuki kamarnya.

"Maafkan aku, karena diriku kau masuk penjara."

"Itu sudah sepantasnya saya terima, nona. Karena kecerobohan saya, anda berada dalam bahaya."

"Ini tetap menjadi salahku! Aku tidak tahu akan jadi seperti itu akhirnya."

"Tidak perlu meminta maaf lagi, nona. Lebih baik sekarang anda segera mandi. Saya akan menyiapkan sarapan untuk anda."

Amber langsung menuruti ucapan Isabelle. Sementara Isabelle, kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan calon ratunya. Ngomong-ngomong, Isabelle pernah bekerja di dunia manusia dan dirinya menjadi koki di salah satu restoran kecil, namun hanya bertahan sebentar.

Tepat saat Isabelle selesai menghidangkan semua makanannya, Amber datang ke meja makan. Gadis itu nampak segar kembali. Amber menatap makanan-makanan itu dengan semangat. Bau harumnya pun mengisi seluruh apartemen ini.

"Ini semua buatanmu?! Luar biasa!"

"T-terima kasih pujiannya, nona. Saya bisa memasak makanan manusia dari pengalaman kerja saya yang pernah bekerja di salah satu restoran."

"Tidak heran. Kalau begitu, aku akan mencobanya. Aku yakin tidak mengecewakan!"

"Silahkan menikmatinya, nona."

Amber makan dengan lahapnya. Di pertengahan acara makanannya, terselip beberapa pertanyaan di otaknya. Amber menjauhkan piringnya yang hampir kosong itu lalu menatap Isabelle yang masih berdiri menatapnya.

"Isabelle, boleh aku bertanya padamu?"

"Tentu saja."

"Apakah benar, jika manusia di gigit vampir akan terikat?"

"Ikatan itu akan terjadi apabila manusia itu sendiri telah di gigit lebih dari tiga kali oleh vampir itu sendiri. Namun, ikatan itu belum benar-benar sempurna tanpa adanya pertukaran darah. Yang bisa di katakan di dunia kami sebagai pernikahan."

"Apa ikatan ini bisa di putuskan?"

"Untuk pertanyaan itu, maafkan saya karena tidak berani untuk menjawabnya. Sekali lagi maafkan saya, nona."

Amber tidak bertanya lagi. Dia tidak berani memaksa Isabelle untuk menjawabnya, ia takut nanti Isabelle lagi yang akan menanggung kesalahan dirinya.

Amber melanjutkan makannya. Setelah itu gadis itu kembali ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada pelayannya itu. Isabelle sendiri juga merasa bersalah, namun dia juga tidak mau mengambil resiko apabila dia memberitahukan itu pada Amber.

Dia takut nanti Amber akan berbuat nekat. Ujung-ujungnya pasti dirinya sendiri yang akan mendapat hukuman lagi dari Giovanni. Bahkan lebih berat dari di penjara di bawah tanah kastil.

Amber di dalam kamarnya, membanting tubuhnya ke kasur. Meraih ponsel yang sudah penuh ia isi daya, lalu menghubungi Celine. Benar saja, baru dia mengaktifkan ponselnya, pesan beruntun dari Celine masuk semua.

"Maafkan aku Celine, sayang. Aku pergi tanpa memberitahumu lebih dulu. Bos ku mengajak semua karyawannya berlibur. Aku terlalu bersenang-senang sampai lupa untuk menghubungimu. Maafkan aku sekali lagi, ya?"

Beberapa menit, balasan masuk ke ponselnya. Respon Celine yang ia maklumi. Temannya itu marah-marah karena telah membuatnya khawatir setengah mati dengan kehilangannya tiba-tiba yang ternyata sedang bersenang-senang itu. Amber tertawa kecil dan bangga dengan otaknya yang mendapat alasan seperti itu.

Di lain tempat, tepatnya di pack yang di pimpin Axelle. Pria itu uring-uringan dan terus menerus menyerang gamma (prajurit) yang tengah berlatih dengannya.

Theodore, selaku betanya Axelle, mencoba menghentikkan tindakan Axelle yang menurutnya dapat membahayakan nyawa gamma-gamma itu.

"Alpha, mohon tenangkan diri anda dulu! Anda bisa membunuh para gamma-gamma itu!"

Axelle menepis kasar tangan Theodore darinya. Dia berganti menatap ganas betanya itu yang sudah dalam posisi siaga menerima serangan mendadak darinya.

"Aku hanya melatih mereka agar tidak menjadi prajurit-prajurit yang lemah! Aku tidak mau memiliki pasukan lemah seperti mereka-mereka ini yang sudah ambruk dari hanya serangan kecilku!"

"Ini bukan serangan kecil, Alpha! Anda hampir membunuh mereka semua! Hentikan saja latihan hari ini!"

"Kau berani memerintahku, Theo!? APA KAU ALPHA DI SINI!?"

Axelle mengeluarkan Alpha tonenya yang berhasil membuat para werewolf di sana menciut. Axelle menatap para werewolf-werewolf itu sebelum dirinya meninggalkan tempat latihan. Axelle pergi ke ruangannya dan lanjut membanting semua benda-benda yang tertata rapi di sana.

"ARGHH, SIAL! INI BISA MEMBUATKU GILA!"

Axelle menarik nafasnya dalam-dalam. Pria itu mendudukkan durinya di kursi yang menjadi satu-satunya benda yang masih berada tetap di tempatnya.

Axelle memijat keningnya, namun tiba-tiba bayangan senyuman manis seorang gadis terlintas begitu saja di pikirannya.

"Gracia..."

AMBER and the vampire prince (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu