BAB 13

276 32 0
                                    

Setibanya di rumah, mama yang sudah bangun rupanya menunggu di teras, dengan baju bagus seperti hendak plesiran. Saat Jasper dan supir menurunkan semua barang dari kereta, mama segera mendekat dan menyeret Jasper masuk kembali ke kereta kuda.

"Pa, mama ajak Jasper saja, barang-barangnya papa suruh pembantu rapikan di kamar Jasper." seru mama yang masih mendorong Jasper untuk masuk ke dalam kereta. Jasper menatap papanya, meminta tolong, tetapi papa hanya tersenyum pasrah.

Mama beralasan bahwa dia bermimpi buruk tadi, jadi dia harus menentramkan jiwa dan pikirannya. Caranya sederhana, lewat berbelanja. Akhirnya di sisa hari itu, Jasper menemani mama berkeliling di pusat kota buitenzorg, sekilas mereka memasuki satu toko kemudian pindah ke toko lain. Barang-barang belanjaan sudah menumpuk di kereta kuda, tapi mama belum juga puas. Kini, giliran sebuah toko perhiasan yang mereka singgahi.

Jasper duduk di bangku yang disediakan, menunggu mama mencoba berbagai macam perhiasan. Memandangi deretan perhiasan yang dipajang pada kotak kaca, perhatian Jasper tertuju ke sebuah kalung putih berliontin batu permata. Sontak Jasper berdiri mendekat.

"Tuan, saya ingin melihat kalung ini."

Jasper berkata kepada seorang pria Belanda tua di depannya sambil menunjuk ke kalung di dalam kotak kaca. Pria itu lalu mengeluarkan perhiasan dalam kotak itu dan meletakkannya dengan hati-hati ke tangan Jasper.

"Tuan punya selera yang bagus, kalung ini memang indah dan digemari banyak orang, tapi punya sejarah yang panjang, setiap saya menceritakannya semua calon pembelinya akan mundur dan memilih perhiasan yang lain."

Penjelasan meneer pemilik toko membuat rasa penasaran Jasper tergugah, diamatinya batu liontin yang sepertinya merupakan berlian asli.

"Oh, apa sejarah kalung ini, tuan?"

"Kalung ini dulunya milik seorang putri salah satu keluarga bangsawan Perancis, saat revolusi yang terkenal itu terjadi disana, pemiliknya menjual semua harta benda termasuk kalung ini kepada pedagang VOC pada tahun 1790. Menariknya, tidak ada yang tertarik membeli kalung ini, walaupun sudah dipajang di rumah lelang. Sepuluh tahun kemudian, VOC resmi bubar, kalung ini berpindah tangan ke pemerintah Netherlands. Setelah perang padri yang panjang di Sumatera Barat berakhir, gubernur Jenderal menghadiahkan kalung ini kepada seorang pribumi yang dianggap membantu pasukan pemerintah memenangkan perang. Naasnya baru seminggu memiliki kalung ini, keluarga pribumi itu dibunuh oleh pejuang inlanders karena dianggap berkhianat pada bangsa. Kalung ini salah satu rampasan yang dijual kepada pedagang tionghoa, yang malangnya dipenjara karena tuduhan menipu istri asisten residen. Kalung ini lantas dibeli papaku saat acara lelang di Batavia. Sampai sekarang kalung ini tidak tersentuh, tidak banyak yang punya keberanian untuk memilikinya."

Jasper mengamati kalung di tangannya lama, sekilas dilihatnya mama yang masih asyik mencoba berbagai macam perhiasan.

"Berapa harganya, tuan?"

"Anda tidak takut setelah mendengar kisahnya, tuan?"

"Tidak tuan, semua kejadian itu memang harus terjadi, kalung ini hanya kebetulan berada di tempat yang sama dengan alur sejarah. Saya tidak percaya ada benda yang menyimpan kutukan, itu hanya mitos yang sering didongengkan orang pribumi, semua terjadi karena ulah manusianya sendiri."

"Oh, anak muda dengan semua pemikiran modernnya, saya suka itu. Barangkali tuan sendiri yang ingin membelinya?"

"Bukan tuan, ini untuk seorang teman saya."

"Teman? Seorang wanita nampaknya."

Jasper tersenyum mendengar pernyataan bapak tua itu, digenggamnya kalung itu sambil membayangkan leher putih Tiana akan nampak semakin indah jika memakainya. Jasper segera membayar seribu gulden untuk kalung itu, sesuai harga yang mereka sepakati.

Jasper & TianaWhere stories live. Discover now