BAB 11

282 38 1
                                    



Kepergian Jasper membuat Tiana merasa kehilangan lawan bicara, walau bibi selalu mengatakan mereka tidak berbicara tapi berdebat. Apalagi hari ini mereka tidak bekerja, waktu kosong Tiana terlampau panjang untuk dihabiskan sendiri. Semua sudah dikerjakan, dari mengurus rumah hingga mengurus kebun, tapi hari belum juga beranjak siang.

Mata Tiana akhirnya tertuju pada tumpukan koran yang diberikan pak mandor kemarin. Hah, dia baru teringat keberadaan benda itu, biasanya Tiana akan segera membaca begitu tiba di rumah. Tapi Jasper berhasil membuat ia tidak mengacuhkan koran kesayangannya itu. Sedikit debu terkumpul di lembar paling atas. Tiana menatap bersalah dan merasa berdosa, seakan-akan koran-koran itu adalah makhluk hidup yang memiliki perasaan. Wajar saja, belum ada sekolah rakyat untuk pribumi. Mereka yang bersekolah hanyalah bangsawan bumiputera dan bangsa Belanda. Satu-satunya yang bisa Tiana lakukan sekadar membaca koran bekas, tetapi itu cukup untuk membuatnya senang.

Tiana sudah duduk di kursi, tangannya membuka koran pemberian dari pak mandor. Di halaman teratas surat kabar terbitan Hindia Belanda, matanya menangkap sekilas berita yang mengejutkan.

KABAR HINDIA

Penting.

Seorang Officer KNIL dinjatakan hilang, bernama Jasper van Dijk jang djoega meroepakan poetera Toean Antonie van Dijk dari Samarang. Barangsiapa jang memberi kabar ataoe menemoekan toean officer akan mendapatkan hadiah 3000 goelden.

3000 gulden? hampir setahun gaji para personel KNIL, sepuluh tahun gaji para buruh. Hanya untuk sebuah kabar, Tiana tiba-tiba merasakan hatinya nelangsa. Jika dia mengurus Jasper sembari memberi info tentu dia sekarang bisa mengantongi tiga ribu gulden, jangan ditanya betapa banyaknya uang itu. Bukannya Tiana tidak ikhlas membantu Jasper, tapi jika dipikir-pikir gajinya cuma 24 gulden sebulan, 288 gulden setahun, perlu waktu sepuluh tahun lebih untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Tetapi yang lebih penting lagi adalah siapa yang memberikan hadiahnya? Apa pemerintah Belanda sebaik itu? Memberikan hadiah sayembara yang besar untuk seorang prajurit yang hilang. Jika iya, seberapa penting Jasper bagi pemerintah Belanda? Tiba-tiba Tiana teringat akan janji Jasper membelikan tanah bagi bibi dan dirinya. Berarti pemuda itu memang benar anak orang kaya, bukan hanya bualannya semata.

"Ada berita apa, neng?" tanya bibi yang baru selesai mencuci.

"Tiana baru mau mulai baca, bi. Oh, akan ada tuan controleur baru yang akan bertugas disini bi, Namanya tuan Vincent de Jong. Ini fotonya, tidak begitu tua." Tiana menyerahkan koran di tangannya kepada bibi Aminah.

"Wah, bibi pernah melihat dia, di kantor tuan administratur pabrik, neng."

"Kapan bibi ke pabrik?"

"Beberapa hari yang lalu, bersama ceu Imah dan ceu Casmini. Kami disuruh pak mandor bantu-bantu pekerjaan di pabrik yang lagi banyak."

"Kok Tiana tidak diajak, bi?"

"Kamu kan sedang sibuk di rumah, neng. Bibi yakin kamu tak bakal mau diajak ke pabrik." Bibi berkata dengan nada kalem dan biasa, tetapi entah kenapa Tiana merasa tersindir.

"Ah, tidak kok, bi. Kalau diajak Tiana pasti mau?"

"Masa, neng? bibi malah ditanya ceu Casmini terus, kenapa kamu selalu langsung pulang setelah selesai menimbang daun teh, tidak pernah ngumpul lagi."

"Yang benar, bi? Ceu Casmini bilang begitu?"

"Besok tanyakan langsung ke orangnya."

"Tidak ah, nanti Tiana diajak gosip yang tidak-tidak. Bi, bibi percaya tidak dengan janji Jasper kemarin?"

Jasper & TianaWhere stories live. Discover now