"Kamu ini!"

Axelle menyodorkan makanan yang menurutnya Amber akan menyukainya. Axelle menyendokkan sesuap ke Amber. Amber menerima suapan itu sedikit ragu-ragu. Setelah merasakan rasa makanan itu di lidahnya, matanya langsung tak berkedip.

"I-ini... Ini enak sekali! Aku suka, aku suka! Mau lagi!"

"Pelan-pelan saja makannya. Aku tidak akan merebutnya darimu, kok."

Amber yang menyadari sikapnya yang terlalu seperti orang yang baru saja mengenal makanan enak, langsung bertingkah biasa-biasa saja dan tentu saja menahan malunya.

Axelle memperhatikan Amber dalam diam. Bibirnya sesekali menyunggingkan senyum tipis. Suatu ingatan melintas di kepalanya. Ini sesuatu yang ingin dia katakan pada gadis itu sejak tadi.

"Em, nona Amber?"

"Hm?"

"Sudah dengar berita tentang blood moon malam ini?"

"Ah, sudah. Kenapa?"

"Tidak apa. Aku hanya ingin memberitahumu, jangan keluar rumah malam ini."

Amber menghentikkan acara makannya. Kini berganti fokus menatap Axelle dengan sebal. Axelle menaikkan satu alisnya.

"Kenapa begitu?! Dia juga mengatakan seperti itu padaku! Memang apa masalahnya kalau aku keluar?! Aku memang ingin melihatnya!"

"Dia? Dia siapa maksudmu?

"Giovanni! Apa yang terjadi dengan kalian berdua! Aku tidak mau tahu, aku akan tetap melihat fenomena itu malam ini!"

"Tidak! Tolong dengarkan aku dulu, nona Amber. Ini demi keamananmu!"

"Apa hubungannya dengan keamananku dalam fenomena alam itu?! Tidak masuk akal!"

"Ayolah, nona Amber! Aku mohon, menurut sajalah pada kami. Atau kalau tidak, bangsa kami akan membahayakanmu!"

"Ha?"

Axelle terkejut dengan perkataan yang barusan ia lontarkan. Rahasia besarnya hampir saja bocor! Axelle berdehem sebentar dan meraih pundak Amber.

"Maksudku, banyak manusia-manusia jahat yang akan mencelakaimu di luar sana jika kau keluar malam-malam. Itu yang sebenarnya ingin kami sampaikan padamu. Dalam fenomena ini, pasti banyak orang yang akan keluar rumah. Insiden pencopetan atau apapun pasti akan terjadi. Aku tidak mau kau sampai mengalaminya. Mengertilah..."

Amber terdiam. Gadis itu menatap dalam mata Axelle yang ia anggap menyimpan banyak misteri. Namun, perkataan pria itu menurutnya ada benarnya. Ia tidak tahu, haruskah dirinya percaya atau tidak.

Amber melepaskan tangan Axelle di pundaknya. Gadis itu berjalan memasuki kamarnya dan menutup pintunya. Meninggalkan Axelle sendiri di ruang tamu. Axelle menghela nafas.

"Seorang manusia yang punya hubungan dengan bangsa seperti kami, akan menjadi sasaran empuk bagi bangsa kami juga. Amber dekat denganku dan Giovanni, ini sesuatu yang buruk!"

Axelle menatap pintu kamar Amber sekali lagi, lalu memutuskan pergi dari kediaman gadis itu. Pria itu memacu mobilnya meninggalkan tempat itu.

Di kamar Amber sekarang. Gadis itu masih mengomel dengan tidak jelasnya. 'Aku hanya melihat bulan itu dari depan rumahku saja, tidak ke mana-mana. Kenapa mereka berdua tidak jelas sekali!' batinnya kesal.

Amber mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ia ingin mencari berita tentang apakah benar ada insiden yang di katakan Axelle tadi padanya di saat fenomena blood moon tahun-tahun yang lalu. Jika benar, ia akan menurut dan jika tidak, tentu saja dia akan tetap melihatnya.

"Hm, dasar pembohong! Tidak ada berita seperti itu di internet. Adanya malah hoax tentang kemunculan bangsa-bangsa vampir dan apalah itu. Eh tunggu...!"

Amber mengingat kata yang di ucapkan Axelle tadi padanya yang langsung pria itu ralat. 'Bangsa kami...? Axelle tadi mengatakan itu, kan? Apa mungkin...?! Ah, itu jelas tidak mungkin! Amber, apa yang kau pikirkan ini!'

Amber mematikan ponselnya dan menyamankan pose berbaringnya. Ia akan melanjutkan tidur yang sempat tertunda karena kedatangan Axelle tadi. Matanya terpejam perlahan dan akhirnya terlelap.

Jam terus berputar, dari siang hari menjadi malam hari. Amber bangun dan melirik jam di dinding. Mata gadis itu melotot. Buru-buru ia pergi mandi dan keluar kamarnya. Sepertinya gadis itu tertidur lumayan lama. Dilihat dari jam sekarang yang menunjukkan sudah pukul enam sore.

Amber ingat kalau makanan yang di bawa Axelle siang tadi masih banyak, ia pun mengurungkan niatnya untuk masak makan malam. Ia akan menghangatkan makanan itu saja.

Ia makan sambil menonton berita, menunggu kapan kemunculan bulan itu malam ini. Beberapa menit hingga gadis itu merasa bosan. Amber membuang bungkus makanannya dan mengambil sweater di gantungan baju.

Amber mengunci pintu rumahnya dan memutuskan untuk berjalan-jalan. Tidak seru rasanya jika hanya menyaksikan fenomena alam itu seorang diri, jadi dia memutuskan mencari tempat yang lumayan ramai. Ia tidak khawatir tentang ucapan Axelle tadi karena itu tidaklah benar mengenai pencopetan atau kejahatan lainnya.

Dia berjalan ke jalanan yang lumayan ramai ini, hingga kakinya berhenti di depan tempat kerjanya. Dia terlihat bingung dengan cafe tempatnya kerja yang masih buka.

Amber memeriksa pesan yang Giovanni kirimkan tadi siang padanya, ia tak salah baca. Pria itu meliburkan dirinya hari ini, lantas kenapa cafenya buka? Ia pikir cafenya tutup. Apa hanya dirinya saja yang di suruh libur?

Amber melangkahkan kakinya memasuki cafe tersebut. Ia tertuju pada tempat di mana teman-teman kerjanya itu berkumpul. Scarlett yang melihat kedatangannya langsung memberitahukan ke temannya.

"Hay, Amber. Kau sudah sehat, kan?"

"Ah, bagaimana kau tahu kalau aku sedang sakit?"

"Pak Giovanni yang memberitahu pada kami. Kenapa kau malah ke sini, tidak istirahat saja di rumah?"

"Begitu, ya. Giovanni memang menyuruhku untuk tidak masuk hari ini, tapi aku merasa bosan jika harus di rumah seharian terus. Sekaligus juga aku ingin melihat fenomena blood moon itu."

"Oh, jangan memaksakan dirimu. Kalau kau merasa lelah, cepatlah pulang."

"Ha ha, kau baik sekali. Terima kasih, teman-teman."

Amber dan temannya itu saling melontarkan candaan. Tak sengaja mata Amber melihat keluar jendela cafe tersebut. Axelle baru turun dari mobilnya lalu di susul Giovanni yang juga baru turun dari mobilnya.

Mereka pergi, tapi tidak memasuki cafe. Gerak-gerik mereka terlihat aneh. Amber merasa sangat penasaran tentang mereka berdua. Apakah mereka akan bertengkar seperti hari itu? Kalau iya, dia tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Teman-teman, sepertinya aku punya sesuatu yang harus di kerjakan. Aku pergi dulu, ya. Semoga harimu menyenangkan!"

"Baiklah, Am! Semoga kau cepat sehat juga dan kembali bekerja bersama kami!"

"Tentu!"

Amber berlari kecil meninggalkan mereka untuk mengikuti kedua pria itu pergi. Amber menatap keadaan pepohonan rimbun yang ada di samping cafe tersebut. Meskipun begitu, cahaya bulan masih menyinarinya hingga ia masih bisa melihat cukup jelas.

Amber melangkah dengan hati-hati. Ia yakin keduanya pasti pergi ke sini. Dan memang benar, dia melihat Giovanni dan Axelle sedang berbicara serius sekali di lihat dari wajah mereka.

Amber berjalan mendekat dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Gadis itu lebih memfokuskan telinganya mendengar pembicaraan mereka berdua.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now