Prolog

860 68 9
                                    

.
.
.
.
Hello, Phiest!
Maaf, ya, cerita ini sempet aku unpublish dan setelah sedikit revisi dadakan, akhirnya aku putusin publish kembali di hari yang sama.
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣👣👣

Tetes demi tetes hujan yang bulirnya mulai menyebar membasahi permukaan jendela mobil kian menyurut di luar sana, pun hembusan angin kencang yang menerbangkan dedaunan gugur beberapa saat lalu kini tampak kembali tenang. Cuaca buruk di Seoul hari ini sudah berlalu sejak dua jam lalu. Damai sekali, genggaman erat oleh seorang pria yang terlelap di samping Naree juga turut melengkapi.

Pria paruh baya yang menduduki kursi kemudi di hadapannya ini juga tidak tampak terusik sama sekali. Seolah sesuatu yang terjadi di bagian kursi belakang mobil yang ia kemudiakan merupakan hal yang lumrah adanya. Sungguh, sorot mata dingin itu bagaikan jeruji besi bagi Naree.

"Hangat sekali. Aku paling suka jika kau menggenggam tanganku erat seperti ini, Naree. Kau yang terbaik."

Gadis itu menangis dalam diam. Wajah pucat tak berona, mata tegang semerah darah, dan bibir kering pecah-pecah bak grumosol di musim panas. Rasa nyeri dan kram masih betah bersemayam di perutnya kendati sudah tiga hari ia menjalani istirahat total. Tubuhnya seolah lemah dan lumpuh.

Ingin sekali meraung pada dunia mencurahkan rasa sakit yang diderita. Apakah mungkin? Apakah pria di sebelahnya ini akan memberi izin mentah-mentah? Bermimpi saja! Diperbolehkan untuk menginap di rumah sakit lebih dari dua hari saja sudah untung-untungan.

"Taehyung, perutku masih sakit. Bisa geser sedikit?"

"Wahhh, Lee Naree. Kau mulai pandai merayu, ya? Baiklah, aku akan bergeser lebih dekat lagi untuk memberimu pelukan. Kau merindukan aku, hm?"

Pria berkulit tan itu kian meringsek mendekat. Memeluk tubuh ringkih Naree yang terlihat rapuh seperti ranting kering di hutan saat kemarau.

"Taehyung ... ini ... benar-benar sakit."

"Apa aku menyakitimu?"

"Tidak bukan begitu, Taehyung. Jangan menangis, kau tidak menyakitiku. Taehyung lepaskan benda ini sebentar, kumohon."

"Tidak tidak, kau kesakitan karena aku. Aku jahat. Aku lelaki brengsek, 'kan?" tanya pria bermarga Han itu dengan nada bicara mendadak parau. Matanya mulai berkaca-kaca, bibirnya mencebik kecewa. Lantas, Han Taehyung mulai menampar kedua pipinya bergantian. Dengan keras dan tanpa jeda, hingga menimbulkan bunyi benturan antar lapisan epidermis kulitnya kian menggema. Menusuk gendang telinga Lee Naree bagai jarum tak kasat mata.

"Taehyung berhenti melakukan itu! Borgolnya ... akh, ini semakin menyakitiku."

Han Taehyung ..., selalu tahu apa yang mampu membuat hati Lee Naree luluh.

Seophiaa
[07/10/22]

Tes ombak, kalo banyak yang suka nanti lanjut 💜🤗

(Un)Conditionally [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang