Pacaran pertama

93 12 5
                                    

"Aku selalu menyukaimu, sejak dulu sekali."

(Bagas)

____________________

Happy reading;)




"Kak berapa kali gue bilang masuk tuh ketuk pin—"

"Perlu gue hajar si Denta?"

Acha menghentikan jemarinya yang masih menulis, mengerjap-ngerjap pada serentetan kalimat yang berisi tugas miliknya. Hampir selesai.

Ini siapa yang laporan ke Kak Adit?! Andra? Verel? Atau ... Bagas?!

"Lo tau dari mana?" tanya Acha, balik badan menatap kak Adit yang juga menatapnya ... kasian.

Acha menghela nafas berat. "Nggak usah, biarin aja. Gue udah ngasih dia cukup pelajaran dan ... tolong jangan natap kasian kaya gitu ke gue ya! Gue baik-baik aja!"

"I see, gue punya adek yang hebat kan?" Kak Adit senyum, terus merentangkan tangan, menawarkan pelukan. "Mau peluk nggak?"

Acha senyum, terus bangkit dari duduk untuk meluk kak Adit. Hangat dan nyaman.

"Maaf ya, ngebiarin kamu denger kalimat sampah dari dia. Maaf karena Kak Adit terlambat tau," ucap Kak Adit menepuk-nepuk kepala Acha.

Acha mengangguk dalam dada kak Adit, berusaha menahan tangisnya.

                                   ***

Acha memijit pelipisnya, menatap penampakan Bagas dengan sepeda milik nya yang kini berada di depan rumah Acha.

"Lo ngapain deh?"

"Ngajak Lo sepedaan sore, biar nggak suntuk di rumah." Bagas dan cengiran tengilnya nggak tau kenapa keliatan ganteng. Duh, Cha.

"Kita bukan anak SD! Dan, demi deh Lo masih nyimpen sepeda itu?" tanya Acha, merujuk pada sepeda yang sekarang keliatan tua. Itu sepeda yang sama yang dulu sering di pakai cowok itu untuk berangkat sekolah SD.

Dan ngebonceng Acha juga tentunya. Ala-ala orang pacaran.

"Yang bisa main sepeda bukan anak SD doang ya, paham? Ayok cepet, atau Lo mau motoran aja? Ngebut gitu?"

Acha memicing sengit, kemudian mendengus. Ia bergerak keluar rumah dan menutup pintu, berjalan mendekat sambil mengikat asal rambutnya menjadi satu.

"Hehe."

"Nggak usah haha-hehe!"

Terus gimana? Yaudah Acha ngebonceng dah sepeda milik Bagas dan mereka goes sepeda keliling komplek.

Bagas nih emang bocah nya penuh modus, tiap ada polisi tidur, laju sepedanya nggak di pelanin, jadi kepala Acha mesti nubruk punggung cowok itu. Belum tangannya yang jadi reflek pegang pinggang Bagas.

"Dipeluk juga nggak papa, Ris, sumpah deh!" ucapnya mesem-mesem, seneng dia kerena agenda modusnya berhasil.

"Nggak usah banyak gaya deh, nanti kalau jatuh terus gue kenapa-kenapa Lo mau tanggung jawab?!"

"Mau mau aja sih, ntar gue bawa ke rumah sakit kok, atau ke KUA sekalian?"

"Nggak lucu, Gas, serius deh."

"Hehehehe." Diam sebentar, Bagas ngomong lagi, "inget nggak? Dulu Lo pernah jatuh naik sepeda di tikungan rumah gue bareng si Nisa gara gara ngindarin mobil. Nyusruk ke tanaman tetangga buahahaha."

Acha meringis mengingat kenangan itu. Rumah Bagas emang ada di tikungan gitu, nah pas itu Acha abis balik latihan Pramuka bareng temen namanya Nisa, dan sialnya waktu ditikungan ada mobil yang tau tau Dateng nggak pake klakson.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kejebak Para MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang