14 (Harus bagaimana?)

1.6K 156 12
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

Neo terdiam akan ucapan Louis, otaknya begitu lambat memproses ucapan seseorang yang baru saja resmi menjadi kekasihnya itu. Berlahan mata Neo turun melihat perut Louis dan kembali melihat Wajah imutnya.

"Kenapa? Kenapa ekspresi mu seperti itu? Bukankah kau baru saja bahagia berbaikan denganku? Dan kau baru saja mengaku mencintaiku" tanya Louis sedih, melihat Neo terdiam kaku.

Louis sudah menduga hal ini, kebahagiaan dihatinya sirna sudah. Lagian Neo mana bisa bertanggung jawab toh mereka saja masih sekolah.

"Aku tau kau akan memberikanku tiga pilihan, pertama aborsi, kedua meninggalkanku, dan ketiga kau membiarkanku bunuh diri di sini. Aku sudah menduga hal itu" sedih Louis, air matanya kembali jatuh menuruni pipinya yang lembut itu.

Neo tak menenangkannya, Neo malah berlahan menatap langit.








"YAAAAAAAAYYYY!!!"








Louis refleks menutup kedua telinganya saat Neo tiba-tiba berteriak sangat keras bahkan para siswa yang berlalu lalang dibawah sana mendongkak
"Bagus! Itu berarti aku bisa bereproduksi dengan baik" dramatis Neo memegang kedua bahu Louis yang keheranan akan tingkahnya.

"Aborsi apanya?! Kita sudah diberikan anak ya masa di aborsi, aku ingin  punya anak kalau bisa sekaligus dua" ucap Neo dan Louis mendorongnya pelan karena merasa bahwa Neo malah bercanda
"Aku serius! Aku sekarang benar-benar serius Neo" kesal Louis.

"Kau fikir aku sedang bercanda? Wajahku memang dari lahir sudah seperti ini. Aku juga sedang serius" heran Neo, ia suka anak-anak, dan tentu saja ia senang akan punya anak
"Aku yang kesal dengan ucapanmu yang menilaiku seburuk itu. Apa? Aborsi lah, bunuh dirilah, kabur lah. Hei aku memang seperti ini tapi aku tak sebrengsek itu" lanjut Neo
"Ini masalah besar Neo, kita masih sekolah. Aku takut" jujur Louis, ia takut dengan orang tuanya juga masa depannya.

"Lui, selama ada aku. Aku akan menyelesaikan masalah ini. Tenang saja. Sekarang fokus ujian kelulusan bulan depan, diam untuk sementara karena bila orang tua kita tau dan sekolah tau mereka tak akan membiarkan kita lulus. Hanya sebulan. Sebentar lagi Lui. Aku janji. Kau bisa bertahan dalam waktu dekat inikan?" tanya Neo, ia tak mau sekolah Louis berakhir.

"Kau serius Nemo?" tanya Louis penuh harap
"Aku serius dan aku tak pernah bermain soal hal seperti ini" Neo menatap serius Louis yang kini berlahan legah. Selama ada Neo ia tak perlu takut.

Neo memeluk Louis yang kini berlahan tenang dalam pelukannya, sedangkan Neo mulai menyusun rencana demi rencana dikepalanya agar bisa menyelamatkan Louis dari amukan ayah atau ibunya dan rencana hidup mereka selanjutnya. Neo sadar, sekarang ia tak bisa banyak bermain seperti hari-hari kemarin karena hidupnya saat ini bukan miliknya sendiri.

Walaupun usianya begitu muda, dan masa remajanya akan berakhir. Tapi dia harus bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat pada orang yang ia cintai.

'Tenang saja Lui, kau akan baik-baik saja'


.
.

"Nemo!! Turunkan aku!! Ini tuh malu-maluin!" ucap Louis saat Neo kini mengendongnya di belakang punggung dari lantai atas atap sekolah sampai dilantai menuju kelas mereka"Tidak bisa, tangga itu bahaya untukmu, naik turun tangga aku akan mengendong...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nemo!! Turunkan aku!! Ini tuh malu-maluin!" ucap Louis saat Neo kini mengendongnya di belakang punggung dari lantai atas atap sekolah sampai dilantai menuju kelas mereka
"Tidak bisa, tangga itu bahaya untukmu, naik turun tangga aku akan mengendongmu" ucap Neo sedangkan Louis menutup wajahnya menahan malu saat beberapa siswa terheran-heran menatap mereka
"Aku malu!"
"Abaikan saja mereka"

Sekelas tiba-tiba heboh karena Neo dan Louis bersama pada hal belakang ini mereka berjauh-jauhan. Neo sudah menurunkn Louis dan menarik pelan tangannya memasuki kelas. Ia mengambil tas Louis yang ada di samping bangku Khao.

"Pindah kau! Mulai sekarag Lui duduk ditempatnya" Neo mengusir first
"Ohooo mentang-mentang sudah baikan" ejek First mengambil tasnya dan pindah duduk bersama Khao lagi.

Louis hanya bisa menahan malu karena kelakuan Neo yang berlebihan padanya. Mana anak-anak sekelas mengoda mereka, dan Neo malah senyum-senyum sajasaja dengan bangganya.

Louis diam-diam tersenyum saat jemari Neo menggenggam jemarinya diatas meja.

"Besok aku akan bertanding untuk terakhir kalinya, kau akan datang menontonku kan?" tanya Neo
"Terakhir kali? Kau benar-benar berhenti bermain basket karena aku sudah seperti ini?" tanya Louis
"Tenang saja. Terakhir kali karena bulan depan kan kita sudah ujian. Kemudian kita fokus ke masa depan" Senyum Neo.

"Bukankah kau sangat suka bermain basket? Itu cita-citamukan?  Kau tim nasional loh" ucapan Louis membuat Neo mengeleng pelan
"Menjadi atlet basket itu hobby dan talentaku yang berharga. Tapi cita-citaku bukan itu" senyum Neo
"Cita-citamu apa?"
"Memiliki dua anak laki-laki kemudian bekerja seperti ayah lainnya" senyum Neo membuat Louis tersipu malu.

"sejak kapan kau bisa berkata-kata manis" ejek Louis
"Aku sungguhan tau" ucap Neo masih mengenggam jemari Louis lembut.

.
.
.

Tbc



.

N/a :

Apa Neo bener-bener kurang kerjaan sampai notic semua story gw yg gak berfaedah -_-" Tapi dia emang ramah kesemua fansnya, gak heran.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Secret love (Neo_Louis) Where stories live. Discover now