19. first love

1.1K 130 32
                                    

You will always be inside my heart

(Kau akan selalu ada dalam hatiku)

Itsumo anatadakeno bashogaarukara

(Kau akan selalu memiliki tempat untukmu sendiri)

I hope that I have a place in your heart too

(Kuharap aku juga punya tempat di hatimu)

Now and forever you are still the one

(Sekarang dan selamanya kaulah satu-satunya)

•••

Dua insan bercumbu dengan warna cinta yang menyilaukan. Umpama dua utas tali yang saling lilit untuk menjalin kasih. Mencicipi indahnya nirwana duniawi dari segala pagut, hisap, dan desah.

Labium Jimin kenyal. Memberi sensasi seperti menyesap agar-agar yang rapuh retak. Sedangkan milik Jungkook yang tipis masih terus menari-nari di atasnya. Bak menorehkan puisi cinta yang dibacakan oleh lenguhan Jimin. Jungkook ketagihan.

Tubuh Jimin dibaringkan kembali secara perlahan. Jungkook memiringkan wajah untuk memperdalam ciuman. Geli di bagian bawah perut menyengat mereka berdua ketika leher Jungkook dikunci oleh lengan mungil.

Berselang semenit, Jungkook mengambil langkah berikut. Jemarinya yang panjang mulai meremas pinggul Jimin dan merambat ke bongkahan sintal. Mendobrak kewarasan Jimin sebab gelenyar panas yang seketika mengepul di bagian bawahnya.

"Mhh..."

Selang infus lantas bergerak-gerak kacau mengikuti ke mana tangan Jimin bergerak. Anak rambut Jungkook ditariknya, kemudian dibelai lembut ketika si pria besar melepas remasan.

Mereka berkali-kali saling jilat dan kulum. Unjuk kepada segala saksi bisu di ruangan ini, betapa mereka saling cinta dan teguh mengikuti garis asa untuk meleburkan dua karakter bertolakbelakang.

Jungkook, biasa dimanja dan tidak pernah tahu cinta sebelumnya. Yang kesulitan mandiri walau ia ingin, sampai memaksakan diri membangun sebuah kantor hukum di usia muda. Yang sudah banyak main dan menjamah cukup banyak tubuh, tapi tidak sesintal Jimin.

Sedangkan Jimin, sejak kecil ia sulit menerima hadirnya orang baru. Terbiasa akan kesendirian. Tumbuh menjadi lelaki mandiri dengan masa depan cemerlang yang sempat disumbat oleh insiden di usia dua puluh. Kemudian hidup seolah ia tak butuh apa pun, siapa pun, kecuali one night love dengan orang asing. Tapi kini, Jungkook membuatnya ketergantungan.

Dua karakter bertolakbelakang yang tengah antusias dalam masa-masa menyatu. Tak sedetikpun bibir terlepas. Napas mulai panas dan menderu.

Namun demikian, gelora mereka diharuskan pupus karena ketukan pada pintu. Jungkook menarik diri dengan berat hati. Jimin lantas merona malu-malu seperti mentari pagi.

"Jungkook sudah di sini... Apakah aku masih bermimpi?"

Jungkook mampu membaca warna napsu Jimin yang sudah memuncak. Pria pirangnya sudah sangat kacau karena ulah ia.

Jungkook tersenyum, kemudian menyugar rambut Jimin yang lepek ke belakang. Bibirnya berbisik di depan hidung Jimin, hampir bersentuhan. "Bersabarlah... Sembuh lebih dulu, okay?"

cingulomania | KookminWhere stories live. Discover now