3. serendipity

2.5K 258 18
                                    

Ijen gyeote wajwo

(Sekarang datanglah kepadaku)

Uriga doeeojwo

(Kau dan aku menjadi kita)

I don't wanna let go no

(Aku tidak akan membiarkanmu pergi)

•••

06.02 p.m.

Jungkook mendengus. Bola matanya berputar malas. Kegiatannya mencumbu leher jenjang Jimin harus terhenti begitu saja. Tapi ia ingat, sebelum Jimin mabuk ia sempat memesan makanan.

Tidak mungkin ia mengabaikan kurir di depan rumahnya. Selepas menyodorkan selembar uang pas, Jungkook kembali memasuki kamar dengan sekotak makanan di genggaman.

Jimin menggulung diri dalam selimut. Pakaiannya sudah habis dilucuti Jungkook. Namun sayang, interupsi tak terduga tadi membuat kesejatian Jungkook kembali tertidur. Sama pulasnya dengan pemuda di atas ranjang.

Jungkook tak mungkin tega untuk mengganggu. Mengingat Jimin yang jatuh ke alam mimpi sebab empat botol whiskey. Lagipula ini masih senja, masih ada belasan jam sebelum pagi menyingsing.

Tubuh besar itu duduk di sisi Jimin, menyugar helaian blonde ke belakang menjauhi kening. Lalu Jungkook menunduk, mengabaikan dentuman keras di dada, berusaha membubuhi sebuah kecupan di kening Jimin. Tapi...

Duduknya kembali menegap. Hatinya gagal memenangi pergolakan.

Tidur yang nyenyak, manis pirangku.

•••

Di dalam mansion besar, keheningan menyapu seluruh sudut. Terutama di ruang tamu, atmosfer terasa begitu dingin dan canggung. Yoongi tidak berpikir Taehyung akan kembali datang setelah sempat pulang sore tadi.

Sepasang mata kucing menyendu. Seolah mengasihani perjuangan tak ada habisnya dari sosok di hadapan. Sosok berambut keriting yang tengah duduk dengan sebuah kotak kecil terbuka, menunjukkan cincin emas putih bertabur permata di dalamnya.

"Yoongi... Bagaimana? Kau mau menjadi kekasihku?"

Taehyung pikir, ia dan Yoongi tak perlu memulai segalanya dari awal. Keduanya telah saling mengenal lama. Bila tiba - tiba pertunangan terjadi di antara mereka, itu pun hal yang wajar. Tapi Yoongi selalu menolaknya. Jadilah Taehyung menawarkan status ringan sekarang ini.

"Tae-hyung... Aku..."

Bahu Yoongi merosot. Lidahnya terasa kelu dan terpaku. Bukan tanpa alasan ia selalu menolak Taehyung. Dan itu bukan berarti ia membenci si keriting. Justru ia sangat mencintainya.

Tapi ucapan Jimin selalu berdengung dalam pendengaran Yoongi. Membangun sekat tinggi antara dirinya dan si keriting.

Jimin dan Yoongi biasa ditinggal kedua orang tua mereka pergi jauh sejak kecil. Saling menopang dan membahagiakan dengan cara masing-masing. Hal itu membuat Yoongi selalu menjadikan Jimin pegangan dalam memilih opsi yang kehidupan beri padanya.

"Aku mencintainya juga, Jimin hyung... Salahkah aku menerima Taehyung?"

"Kau tidak tau Taehyung itu pria seperti apa, Yoongi."

cingulomania | KookminTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon