10. Of Course I'm

95 6 1
                                    

"Jadi, di mana letak toko kuenya Lee Haechan?" Tanya Renjun, yang sudah geram oleh Haechan.

Bagaimana tidak geram. Kalau sedari tadi mereka mutar mengelilingi jalan yang Haechan maksud, namun mereka sama sekali tidak menemukan toko kue di sini. Tidak ada toko kue di daerah sini.

Haechan mengigit pipi dalamnya. "Tadinya di sini, Njun. Tapi kenapa malah hilang?" Gumam Haechan, yang bingung mengenai letak toko kue.

"Intinya kamu tau tidak, di mana sebenarnya tempat kuenya?" Geram Renjun, yang sudah sangat lelah di bawa muter-muter oleh Haechan.

"Tidak." Cicit Haechan.

"Tempatnya udah berubah. Tadinya beneran ada di sini. Aku berani sumpah, Njun." Sambung Haechan.

"Kita pulang! Nanti biar aku yang bicara sama Eomma, kalau toko kuenya tidak ada." Ucap Renjun, yang langsung pergi. Haechan langsung memutar balikkan stirnya.

"Njun, tidak ada niatan untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang? Memangnya kamu tidak lapar?" Tanya Haechan.

"Kamu ingin makan?" Tanya balik Renjun.

Haechan langsung menyahuti perkataan Renjun tanpa pikir panjang. "Tentu saja! Kau pikir aku menawarimu, untuk dirimu saja?!" Desis Haechan.

"Mau makan apa?" Tanya Renjun, tidak memproteskan ucapan Haechan.

"Eum. Bagaimana kalau Kimchi--"

"Tidak ada Kimchi Jiggae! Yang lain!" Titah Renjun. Ia sudah sangat bosan memakan kimchi jiggae kalau makan bersama Haechan.

Haechan memberengut kesal. "Kalau begitu kenapa bertanya?! Yaudah donkatsu aja!" Final Haechan.

Haechan langsung menjalankan mobil-nya menuju restaurant donkatsu. Setelah sampai, mereka langsung memesan, dan makan saat makanan mereka tiba.

Haechan yang melihat Renjun kesusahan makan, karena rambutnya yang panjang. Ia langsung beranjak dari kursinya, dan langsung mengikat rambutnya Renjun.

Renjun yang sedang asyik makan, ia pun menghentikan kegiatannya sejenak. Ia tersenyum ketika Haechan menguncir rambutnya, lalu makan kembali.

"Terima kasih." Ucap Renjun.

"Kali ini kunciran kamu ke mana lagi?" Tanya Haechan, yang saat ini sudah duduk di hadapan Renjun, dan langsung melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

"Aku juga tidak tau." Sahut Renjun.

"Eum, Renjun. Kenapa mau sama Mark Lee?" Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Haechan. Ia sangat penasaran mengenai hal ini.

"Karena aku menyukainya. Ah tidak, aku mencintainya." Dusta yang Renjun keluarkan begitu saja.

"Mencintainya? Apakah kamu tau kalau tidak ada yang namanya cinta, apalagi keseriusan ketika menjalin kasih di usia 20 tahun ke bawah." Ucap Haechan.

"Aku tau." Balas Renjun.

"Berati ada kemungkinan berpindah hati?" Tanya Haechan.

"Aku tidak tau." Balas Renjun.

"Kenapa kau tidak putus saja sama Mark Hyung, lalu menjalin kasih dengan aku?" Tawar Haechan.

"Kau dan aku cocok sekali. Kamu pendiam, aku pecicilan. Kamu seorang vokal, aku juga seorang vokal. Kau kaya, aku pun juga kaya. Kamu pintar, aku sedikit pintar. Coba kau bayangkan kalau kau sama aku menjadi satu? Anak kita berdua akan menjadi stromi kedua. Harta kekayaan aku, dan juga harta kekayaan kamu. Bukan-kah itu hebat?" Ujar Haechan.

"Tidak bisa seperti itu Haechan-ah. Cinta itu tidak bisa memandang dari sebuah harta kekayaan." Seru Renjun.

"Tentu saja bisa! Kenapa tidak bisa? Kau tau? Banyak orang yang menikah melalui perjodohan karena ingin mempertahankan harta kekayaan keluarga mereka, agar tidak jatuh di tangan yang salah. Setelah mereka di jodohkan, akan tumbuh bibit cinta, dan akhir-nya saling mencintai." Ucap Haechan.

"Aku tidak ingin cinta tanpa paksaan." Seru Renjun, yang ingin melihat usaha Haechan lebih jauh.

"Tapi aku ingin, dan aku akan pastikan kamu putus dari Mark. Setelah itu? Terikat dengan diriku. Aku tidak perduli apakah kamu cinta sama aku atau tidak." Balas Haechan.

"Kamu tidak cinta kepada aku Haechan-ah. Kamu terobsesi kepada diriku." Seru Renjun, yang maunya tuh Haechan mantapin dulu hatinya.

"Aku tidak perduli Huang Renjun." Balas Haechan, menatap Renjun dengan tatapan serius.

"Terserah kau." Pasrah Renjun. Ia tidak mau menyahuti perkataan gila Haechan.

---

Setelah makan bersama Renjun, Haechan pun kembali ke rumahnya. Ya walaupun percuma kembali, kalau nantinya dia akan pergi lagi ke rumah Renjun.

"Ya tuhan, kenapa rumah Haechan ramai sekali?" Tanya Haechan begitu masuk kamar, terdengar suara gaduh.

Haechan langsung aja masuk ke dalam untuk memastikan apakah ada orang jahat atau tidak.

"Eomma, Appa? Kalian sedang apa? Bertengkar?" Tanya Haechan yang melihat kegaduhan antara orang tuanya.

"Haechan, Haechan mau punya adik lagi, kan? Iya kan?" Tanya Johnny, Appa-nya yang sedang menatap Haechan.

"Adik-adik! Kau yang mengandung ya! Kalau kau yang mau mengandung, ayo kita buat adik buat Haechan sama Dery!" Tolak Ten yang menolak ide gila Johnny, yang ingin menambah anak. Padahal anak mereka sudah besar dan tinggal memanen hasil.

Tapi apa yang Johnny lakukan? Meminta anak lagi? Bukannya Ten tidak mau, tapi emang Ten tidak mau punya anak lagi! Ia itu warga yang sangat baik, yang mengikuti program pemerintah, 2 anak lebih baik. Toh walaupun mereka belum mendapatkan anak perempuan, Ten tetap tidak mau! Ya walaupun anak mereka tidak ada yang waras, seperti kelakuan Ten dan Johnny ketika muda.

"Ayolah sayang. Rumah sangat sepi sekali." Pinta Johnny yang masih merayu Ten agar mau mempunyai anak.

"Kau bakar saja ini rumah biar ramai! Satu komplek bakalan ramai lihatin rumah kita kebakaran!" Kekeh Ten yang masih tidak ingin termakan rayuan Johnny.

Haechan lelah! Ia sangat lelah melihat pertengkaran kedua orang tuanya yang sangat kekanakan dan tidak tau umur! Umur mereka sudah--- tidak tau! Haechan lupa! Yang jelas udah tua deh! Tapi lihat aja tingkah dan kelakuannya! Seperti remaja labil yang baru saja menikah.

"Eomma Appa, daripada kalian membuat anak? Haechanie yang akan kasih kalian anak." Ucap Haechan, menegahkan mereka berdua.

Johnny dan Ten yang awalnya berdebat pun jadi terhenti mendengar ucapan Haechan.

"Apa maksud kamu?! Jangan mengada!" Peringat Ten, yang sudah menatap Haechan dengan tatapan tajamnya.

Haechan menghela nafas-nya kasar. Ucapan Haechan kan benar! Daripada mereka berdua berdebat tidak jelas, lebih baik Haechan yang punya anak.

"Haechan tidak bercanda Eomma, Appa! Haechan akan kasih kalian anak, asal kalian mau nikahin Haechan sama Renjun!" Ucap Haechan frustasi.

"Haechan--"

"Aish! Haechan tidak mau mendengar alasan kalian! Pokoknya Haechan mau nikah dengan Huang Renjun! Kalian harus mengadakan perjodohan antara Haechaniee dengan Renjun!" Pinta Haechan, yang sudah merengek kepada kedua orang tuanya.

"Kamu suka sama Renjun, anaknya Winwin sama Yuta?" Tanya Ten, menatap anaknya yang sedang merajuk.

"Tentu saja!" Ucap Haechan dengan penuh keyakinan.

"Ya sudah, nanti malam akan Appa bicarakan dengan Yuta Appa."

TO BE YOUR BOYFRIEND - HYUCKRENWhere stories live. Discover now