3. What The Hell?!

79 6 0
                                    

"Kyaaaa Huang Renjun!" Pekik Haechan kaget, dan langsung menutupi tubuh shirtless-nya, ketika melihat Renjun yang sudah duduk di atas ranjang. Di dalam kamarnya, tanpa memalingkan wajahnya, begitu melihat tubuh telanjang bagian atasnya.

"Chan, otot perut-mu sangat bagus sekali. Apakah boleh aku menyentuh-nya?" Tanya Renjun dengan nada polosnya.

Bahkan saat ini Renjun sudah beranjak dari ranjang, menghampiri Haechan yang tengah menatap Renjun, dengan tatapan penuh kebingungannya.

"Yak! Kau mau apa?" Tanya Haechan panik, dan berusaha memegang handuk yang menutupi tubuhnya. Ketika Renjun berusaha untuk membuka handuk-nya.

"Izinkan aku untuk memegang otot perut-mu itu! Kau tau? Ketika aku melihat otot perut-mu? Otot perut-mu seperti meledek diriku untuk segera aku pegang. Jadi, biarkan aku memegang-nya sekali saja. Kalau kau tidak mengizinkan aku untuk memegang-nya secara berulang kali." Pinta Renjun, yang saat ini sudah berubah menjadi sebuah rengekan.

Haechan menganga begitu mendengar ucapan Renjun. Wanita yang ada di hadapan-nya ini benar-benar gila.

*grep* *bruk* Haechan menahan kedua tangan Renjun, yang sedari tadi menggerayangi tubuh-nya. Lalu mengungkung tubuh Haechan di atas ranjang milik-nya.

Ketika Haechan mendorong tubuh Renjun, untuk mengungkung tubuh Renjun? Handuk yang Haechan kenakan untuk menutupi otot perutnya terbuka. Menampilkan otot perut yang sangat indah. Bahkan mata Renjun sudah terjaga, untuk melihati otot perut Haechan yang sangat menawan. Renjun juga sudah menghitung, bahwa Haechan mempunyai delapan kotak di perut-nya.

Ah kedua puting Haechan sangat seksi, ketika membentuk kotak seperti itu. Berbeda dengan Renjun yang bulat nan berisi.

"Apakah aku boleh menyusu di milik-mu? Sungguh, puting-mu sangat menggoda-ku." Ucap Renjun, menggoda Haechan dengan kerlingan matanya.

Haechan menggeram rendah. Renjun benar-benar sudah membangunkan singa yang tengah tertidur pulas di bawah sana.

"Injuniee, biasakan ketuk pintu dulu sebelum masuk." Ucap Haechan, yang masih berusaha untuk menormalkan akal pikiran-nya, untuk tidak menerkam Renjun sekarang juga.

"Aku sudah mengetuk pintu. Namun kau tidak menjawab-nya. Jadi, ya aku masuk sendiri. Kan yang penting aku sudah mengetuk pintunya terlebih dahulu." Ucap Renjun, yang sama sekali tidak merasakan aura gelap dari Haechan.

"Haechaniee. Apakah aku boleh merasakan bibir-mu? Sungguh, bibir-mu sangat menggoda untuk aku cium." Ucap Renjun, yang lagi lagi dengan nada polosnya.

Apakah Renjun tidak tau kalau saat ini Hacehan sedang menahan sesuatu,  yang sangat bergejolak saat ini. Terlebih ketika dirinya melihat pakaian yang sangat minim, yang di pakai Renjun.

Haechan itu lelaki normal, yang juga akan tergoda ketika melihat tubuh--errr lupakan! Haechan bisa lebih gila kalau membayangkan hal itu.

"Apakah kau berniat menggoda diriku?" Tanya Haechan, yang saat ini sudah menggeram. Suaranya bahkan lebih berat dari biasanya.

Namun Huang Renjun tetap belum menyadari hal itu. Ia mau menggoda Lee Haechan lebih jauh. Karena biasanya dia yang selalu di goda Haechan.

"Menggoda seperti apa? Bukankah kamu yang sering kali menggoda diriku? Jadi, menggoda seperti apa yang kau maksud?" Tanya Renjun.

Bukannya menjawab, Haechan malah memberikan pertanyaan lain untuk Renjun. "Kau sangat ingin merasakan bibir-ku?" Tanya Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala antusias oleh Renjun.

"Apakah boleh?" Tanya Renjun penuh semangat. Ia ingin melihat sampai mana keberanian seorang 'Lee Haechan'.

"Tapi kau harus berjanji untuk membiarkan aku beristirahat, dan jangan mengganggu akuku beristirahat. Bagaimana?" Tawar Haechan, karena pikirannya saat ini sudah sangat kacau. Dan ingin segera mengakhiri ini dengan Renjun, karena dia takut lost control.

Tanpa berpikir panjang, Renjun langsung menganggukkan kepala-nya. "Call! Aku tidak akan mengganggu dirimu yang sedang beristirahat, sampai bangun!"

Perlahan tapi pasti, Haechan mulai mendekatkan wajahnya, mengikis jarak antara dirinya dan Renjun.

"Jangan menganggu aku Huang Renjun. Tunggu sampai bibir ini menabrak bibir-mu." Ucap Haechan, memperingati Renjun yang ingin mendekatkan bibirnya.

Renjun hanya bisa mendesah pasrah, dan menunggu bibir mereka menyatu. Dia benar-benar gak tau kalau saat ini Haechan tengah serius, dan tidak ada niatan bercanda.

*cup* bibir Haechan berhasil mendarat di bibir Renjun.

'Manis.' Satu kata yang keluar dalam hati Haechan, begitu menempelkan kedua bibir mereka.

Tanpa sadar, Haechan sudah mulai melumat bibir Renjun. Gerakannya lembut, namun menggairahkan.

Haechan dapat menebak kalau ini ciuman pertama Renjun. Terlihat Renjun sangat payah dalam mengimbangi permainan.

*sshhh* ringisan yang keluar dari mulut Renjun, begitu Haechan mengigit bibir bawah-nya.

Berbeda dengan Haechan yang saat ini sudah tersenyum penuh kemenangan. Ia mulai memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Renjun. Ia langsung menautkan lidahnya dengan lidah Renjun. Mengabsen setiap rongga mulut Renjun.

Renjun benar-benar terbuai akan ciuman Haechan. Haechan sangat hebat dalam hal berciuman! Ah! Renjun jadi iri dengan perempuan yang akan bersanding dengan Haechan! Renjun yakin kalau perempuan itu dapat merasakan bibir Haechan, serta permainan gila Haechan setiap saat dirinya ingin. Ah atau bahkan setiap hari?

"Ah~~" desahan yang keluar dari mulut Renjun, begitu lehernya merasakan sedotan yang sangat kuat dari mulut Haechan.

Tanpa sadar, Renjun mulai meremas rambut Haechan dengan kuat. Bukan karena sedotan di lehernya saja! Namun tangan Haechan yang sudah mulai menjelajahi tubuh bagian atasnya.

"Haechan-ah. Maaf ganggu kegiatan kamu. Tapi, apakah kamu bisa menutup pintunya terlebih dahulu? Bagaimana kalau nanti ada yang membuka, dan mengganggu kegiatan kita?" Ucap Renjun yang sukses membuat Haechan tersadar akan perbuatannya.

Haechan langsung melepaskan ciumannya. Ia langsung berpindah tempat, yang semula mengungkung tubuh Renjun, jadi berpindah menjadi di sebelah Renjun, dengan nafas yang masih tersenggal.

"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut Haechan, sebelum melepaskan kungkungan Renjun.

Renjun yang melihat itu pun, ia langsung menautkan kedua alisnya penuh keheranan. Ia langsung beranjak dari tidurnya.

"Kenapa minta maaf sih?!" Omel Renjun, yang langsung menatap Haechan frustasi. Ia merasa kalau Haechan menyesal karena telah berciuman dengan dirinya.

"Lalu, kenapa berhenti sih?!" Racau Renjun, yang sudah sangat kesal kepada Haechan. Padahal dia sangat menikmati kegiatan Haechan tadi.

"Kamu ingin aku menutup pintunya lebih dulu?" Tanya Renjun, yang saat ini sudah beranjak ingin menuju pintu kamar Haechan. Namun tertahan karena tangan Haechan yang sudah mencekal lengannya.

"Keluar." Usir Haechan kepada Renjun.

"Loh kenapa keluar? Ayo kita lanjuti kegiatan tadi!" Pinta Renjun, yang saat ini sudah merengek kepada Haechan.

Padahal Renjun sangat menikmati tadi. Kenapa tiba-tiba berhenti? Kalau begini, lebih baik Renjun tidak usah bicara tadi! Biar Haechan bisa melanjutkan kegiatannya.

'Bodoh kau Lee Haechan!' Rutuk Haechan pada dirinya sendiri. Setelah tersadar apa yang telah ia lakukan kepada Renjun.

"Ingat janjimu Huang Renjun. Kau tidak akan mengganggu diriku yang ingin beristirahat, sampai aku terbangun, setelah aku mencium dirimu, dan kau sudah mendapatkannya. Jadi, sekarang aku mohon kau keluar dari kamar-ku, dan jangan sampai mengganggu diriku sampai terbangun."

Renjun ingin protes. Namun ia urungkan ketika diri-nya melihat wajah Haechan yang sangat lelah, dan memang sangat membutuhkan istrahat.

Dengan langkah guntai, Renjun pun mulai keluar dari ruangan Haechan. 'Apa yang telah kau lakukan Huang Renjun?!'

TO BE YOUR BOYFRIEND - HYUCKRENWhere stories live. Discover now