ke - 30

60 30 54
                                    


Asahi memasuki rumahnya dengan lesu, dan tentu memakai masker untuk menutupi wajahnya yang babak belur.

"Ekhmmm"

Seketika Asahi membeku di tempat ketika mendengar suara deheman itu, dan lampu yang tadinya gelap menjadi menyala.

Asahi melihat ke sampingnya, ternyata sudah ada ayah Asahi yang berdiri dengan tangan yang di silang di depan dada, dan tentu dengan wajah yang terlihat sangat marah.

"Asahi kemari" Perintah ayah Asahi dengan nada datar, dan mata yang menatap wajah Asahi tajam.

Asahi menghampirinya, lalu menundukkan kepalanya.

"Asahi, guru les kamu bilang jam 2 kamu sudah pulang, tapi sekarang jam 7 dan kamu baru sampai rumah"

"A-ayah a-a.. ku"

"Jangan beralasan Asahi, seorang penjual es krim di taman kota menghubungi ayah"

Ya memang setelah kekacauan itu, pemilik tempat es krim meminta Asahi untuk memberikan nomor telepon ayahnya guna ganti rugi dan mempertanggung jawabkan perbuatan Asahi, dan Asahi memberikannya.

Dengan kasar ayah Asahi menarik masker yang di kenakan Asahi, terlihat wajah Asahi yang sudah tidak karuan.

"Huh!" Ayah Asahi memijit pelipisnya, kenapa anaknya menjadi seperti ini.

"Asahi kamu tau kan bila seperti ini? dan sekolah tau tingkah kamu, mereka akan mencatat riwayat hukuman itu Asahi"

"Sehingga akan sulit untuk kamu mendaftar di Universitas ternama!!"
Bentak ayah Asahi, badan Asahi bergemetar. Asahi meremas remas tangannya yang basah.

"Tapi ayah, mereka yang meny"

"Asahi berhenti berlatih taekwondo" Sela ayah Asahi sembari memegang pundak putranya, Asahi menegakkan kepalanya menatap sang ayah.

"Sejak awal ayah sudah tidak suka kamu bergaul dengan oh Jaeri, karena dia kamu sudah berani melawan ayah"

"Kalau pun bila kamu tidak merengek dan berjanji akan mengikuti Olimpiade dan memenangkan nya, tak sudi ayah memasukkanmu ke tempat taekwondo itu"

Dia ingin sekali menyangkal perkataan ayahnya 'ini bukan salah Oh Jaeri" tapi entah mengapa satu kata saja sangat sulit Asahi ucapkan, lidahnya terasa kelu.

"Asahi dengarkan ini baik baik, daripada kamu bergaul dengan manusia sampah seperti dia, lebih baik kamu membaca buku yang telah ayah berikan"

"T-tapi..... "

"Jangan berteman dengan Oh Jaeri lagi"
Sela ayah Asahi

"Masuk kamarmu, ayah akan memberikan hukuman untukmu"

.
.
.
.

"Buka bajumu" Perintah ayang Asahi.

Asahi berkeringat dingin, ini adalah hukuman yang sangat Asahi hindari.
Sudah cukup di betisnya, mengapa harus di badannya juga?

Tapi Asahi tetapi menuruti perkataan Ayahnya, lalu berdiri menghadap tembok. Dia menutup matanya rapat rapat, sebelum akhirnya.

CTAK

Ikat pinggang kulit ayahnya melayang mengenai punggungnya.

Asahi menggigit bibir nya kuat, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara karena rasa sakit di punggungnya.

Pasalnya bila dia mengeluarkan suara atau pun menangis, ayahnya itu akan menambahkan hukumannya.

Setelah mendapat 50 cambukan, akhirnya ayahnya pun berhenti.

Ayah Asahi memegang pundak Asahi, lalu menatapnya teduh anak semata wayangnya itu.

"Asahi, ayah begini karena ayah sayang padamu, kamu mengerti kan?" Ucap beliau.

"Ayah hanya tidak ingin Asahi anak yang baik, menjadi anak berandalan karena pengaruh buruk dari gadis itu"

Asahi mengangguk ragu "iya ayah, Asahi tak apa apa"

"Baik lah sekarang renungkan semua itu, ayah harap kamu menyesalinya dan menjadi anak yang baik Asahi" Tegasnya, setelah itu berlalu pergi meninggalkan Asahi.

Setelah kepergian Ayahnya, Asahi terduduk dengan badan menyender di samping ranjang, dan menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya.

'Bukan ini yang Asahi mau' batinnya.


'Ayah yang marah besar'

'Harusnya Asahi jadi anak baik saja'

'Harusnya Asahi tidak berkelahi'

'Dan menurut apa yang ayahnya perintahkan, bukannya begini'

Dan rasanya malam ini, menjadi malam yang panjang untuk seorang Asahi.

Malam yang seharusnya sudah terbiasa untuk Asahi.

Tapi tetap saja, Asahi takut.

Dengan Ayahnya sendiri.


I'M SORRY || Hamada Asahi [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang