Tsundere

1.5K 121 1
                                    

Lucas dan Jeno adalah sepasang teman sejak SMP. Keduanya saling mengenal sejak kelas 7 sebelum akhirnya di kelas 8 menjadi teman sekelas.

Jeno itu tipikal anak laki-laki pendiam, tidak banyak bicara dan juga sosok yang tidak pandai dalam bergaul. Dia lebih memilih menyendiri untuk ketenangannya, sehingga tak banyak orang mengenal sosoknya.

Berbanding berbeda dengan Lucas. Dia merupakan tipe anak laki-laki yang berteman asal berteman, tak peduli ingin bersama siapa asalkan mempunyai figur teman dalam lingkup kehidupannya. Jika dikatakan ekstrovert, mungkin bukan, introvert, juga bukan. Lucas lebih didefinisikan separuh antara ekstrovert juga introvert.

Lucas sesekali menemani Jeno, mengingat keduanya sudah saling mengenal satu sama lain. Tentunya dengan seperti itu, Jeno merasa lebih nyaman lantaran memiliki teman yang sudah dikenalnya. Untuk beradaptasi dengan situasi baru, Jeno masih belum mampu. Masih ada rasa malu untuk menunjukkan, apalagi kebiasaan yang selalu menyendiri sudah melekat kuat dalam diri Jeno.

Suatu hari, kebiasaan Lucas waktu kelas 7, yakni sering tidak masuk sekolah kembali diulanginya di kelas 8 selang beberapa hari setelah liburan sekolah berakhir. Entah apa yang membuat Lucas seringkali alfa sampai guru mulai jengkel akibat Lucas yang tidak ada kapoknya meskipun berulang kali keluar-masuk BK untuk dimintai penjelasan.

Dari hari senin sampai sabtu, terkadang Lucas bisa masuk sekolah 2 sampai 3 kali. Akibat sering tidak berangkat, membuat Lucas ketinggalan banyak pembelajaran.

Jeno tidak ingin Lucas tinggal kelas karena sering tidak berangkat. Pada akhirnya, Jeno memutuskan untuk datang ke rumah Lucas. Rumahnya cukup jauh, beruntung Jeno mempunyai sepeda sebagai kendaraannya.

Pada sabtu siang sehabis jam sekolah berakhir, Jeno pulang ke rumah sebentar untuk berganti pakaian dan juga makan. Seusai itu, Jeno lekas pergi setelah mendapat izin dari neneknya. Mengendarai sepeda menuju rumah Lucas yang letaknya lumayan jauh jika ditempuh menggunakan sepeda. Apalagi rumah Lucas berada dekat dengan hutan.

Beberapa menit kemudian tibalah Jeno di sana. Rumah kayu sederhana sebab Lucas merupakan anak yang dikatakan kurang mampu. Jeno langsung saja memarkirkan sepedanya di pinggir jalan lalu melangkah mendekati rumah tersebut.

Tak sampai 10 detik Jeno memanggil Lucas, rupanya sudah direspons oleh ibunya Lucas. Wanita itu mempersilakan Jeno masuk ke dalam rumah dengan sambutan yang baik dan terbilang ramah.

"Maaf ya rumahnya kecil."

Jeno tersenyum lalu mengatakan tidak apa-apa. Rumah itu memang kecil, bahkan terdapat tempat tidur di dekat dapur, tidak ada ruang tamu sama sekali. Ada satu kamar di samping dapur, dan bagian pintunya hanya ditutupi menggunakan kain panjang berwarna merah.

Jeno menatap Lucas yang tengah bermain game bersama teman-temannya di atas tempat tidur dekat dapur. Ibu Lucas berulang kali memanggil, tetapi Lucas tak menyahuti saking asyik bermain game di ponselnya.

"Biarkan saya saja, bu." Jeno akhirnya turun tangan. Ia dengan berani mengambil handphone di tangan Lucas sehingga empunya melotot tak percaya. Lucas menoleh hendak memprotes, namun niatnya urung mengetahui siapa yang merampas secara paksa ponsel itu.

"Jeno, sedang apa kamu di sini?"

Jeno memandang layar handphone Lucas yang menampilkan sebuah game populer. Ia kembali menatap Lucas yang masih tak menyangka jikalau teman sekelasnya itu berada di rumahnya.

"Aku datang ke sini ingin mengatakan kalau kamu sudah terlalu sering tidak masuk sekolah. Sebentar lagi kenaikan, kamu tidak boleh bersikap seenaknya. Kenapa kamu tidak berangkat sekolah?"

Lucas diam tidak merespons. Ia mengakui itu, ia memang sengaja tidak masuk sekolah.

"Lucas, kamu ketinggalan banyak materi. Gimana misalnya kamu tidak naik kelas? Aku ke sini tidak hanya ingin mengingatkan kamu, tapi juga membantu kamu mengulas materi yang tertinggal. Aku sengaja mencatatnya supaya kamu mempelajarinya ulang sebagai bahan untuk ulangan nanti."

Jeno melirik teman-temannya Lucas yang juga tengah memandanginya. Bisa-bisanya Lucas berteman dengan anak remaja begitu, tak heran apabila Lucas sudah berani merokok. Sebenarnya berteman itu tak memandang usia, tetapi pergaulan Lucas seperti saat ini sangatlah salah. Dia berteman dengan anak-anak yang perilakunya mirip berandalan. Manalagi ibunya Lucas juga terlihat tidak mempermasalahkan anaknya merokok sampai bergaul sembarangan.

"Ayo belajar, aku akan menjelaskannya."

Lucas terkekeh dan patuh saja. Setelah mengatakan kepada teman-temannya untuk melanjutkan bermain tanpa dirinya, Lucas meninggalkan tempat dan membawa Jeno ke samping rumah di mana rupanya terdapat tempat lagi. Bentuknya seperti sebuah kamar dan memang terdapat karpet di dalamnya.

"Kamu seharusnya tidak perlu jauh-jauh sampai ke sini. Pasti kamu lelah, ingin aku buatkan minum?" tanya Lucas menawarkan.

"Tidak Lucas, tolong jangan mengulur waktuku. Kita mulai saja materinya lalu selesaikan sekarang juga. Di mana bukumu?"

Lucas tersadar jika dirinya belum mengambil buku. Dia tertawa kikuk lantas berdiri, izin untuk mengambil peralatan menulis.

Sekembali Lucas, dia duduk di depan Jeno yang bersandar di samping pintu sambil membaca-baca materi sebelumnya. Lucas tak hentinya tersenyum.

"Oke kita mulai ...."

Jeno menjelaskan secara rinci layaknya seorang guru materi yang Lucas tinggal. Dengan perlahan dan sabar, Jeno tak patah semangat membantu Lucas untuk belajar.

Keduanya selesai saat pukul setengah empat sore saking banyaknya materi. Jeno sibuk membenahi buku-buku yang berserak ke dalam tas sekolahnya. Setelah selesai ia pamit ingin pulang.

"Mau aku antarkan?" tanya Lucas.

"Tidak, aku membawa sepeda. Catatan terakhirku untuk kamu, usahakan untuk terus berangkat sekolah. Kamu harus memikirkan masa depan kamu."

"Iya pak guru, saya mengerti," balas Lucas disertai kekehan. Membuat empunya yang digoda mendengus kesal.

"Bu, saya pamit pulang ya. Maaf sebelumnya karena telah menganggu waktunya." Jeno membungkukkan badannya sopan kepada wanita yang merupakan ibu Lucas.

"Iya nak, hati-hati saat di jalan. Kamu diterima sekali di rumah ini. Datanglah jika ingin dan bantu Lucas supaya mau berangkat sekolah. Anak itu memang sulit dinasehati."

Jeno tersenyum kemudian melangkah meninggalkan rumah Lucas. Lucas berdiri di pinggir jalanan, melambaikan tangannya kepada Jeno yang hanya dibalas senyuman tipis oleh anak laki-laki itu.

"Anak itu baik," ucap seorang remaja laki-laki. Dia menghampiri Lucas yang masih belum berniat pergi dari tempatnya.

"Aku tahu dan aku menyukainya."

AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang